1.2 Perumusan masalah
Perairan pantai barat Sulawesi Selatan memanjang dari utara ke selatan dengan 3 tipikal perairan pantai yang berbeda, yaitu: 1 bagian utara adalah perairan pantai
terbuka dan relatif dalam; 2 bagian tengah adalah perairan pantai yang berbentuk teluk, 3 bagian selatan adalah perairan pantai yang dangkal dengan gugusan pulau
dan terumbu karang Gambar 1. Perubahan kondisi lingkungan perairan pantai, dominan ditentukan topografi dan garis pantai serta pengaruh daratan Birowo 1982.
Perbedaan kondisi lingkungan perairan pantai akan berpengaruh terhadap ikan pelagis kecil yang hidup di bagian permukaan atau dekat permukaan, karena komposisi dan
jumlah spesies yang menyusun dalam suatu ekosistem akan berbeda sesuai dengan daerah geografik Nybakken 1982.
Selain faktor lingkungan kegiatan penangkapan ikan juga dapat berdampak terhadap jumlah ketersediaan ikan pada suatu perairan Rounsefell 1975. Beberapa
hasil penelitian tentang perikanan pelagis kecil di perairan pantai barat Sulawesi Selatan menyimpulkan tingkat pengusahaan ikan pelagis telah mencapai optimum
untuk wilayah perairan Sulawesi Selatan. Misalnya penelitian Dwiponggo 1983, Gafa et al. 1993 menggunakan data produksi dan upaya penangkapan tahun 1984-
1988 yang mencakup Selat Makassar dan Laut Flores, menyimpulkan tingkat pemanfaatan untuk kurun waktu tahun 1984-1988 belum melewati maximum
sustainable yield MSY. Hasil kajian stok DKP-LIPI 2001 menyatakan tingkat
pemanfaatan ikan pelagis kecil di Selat Makassar-Laut Flores sebesar 55,06. Nurhakim et al. 2007, menyatakan status perikanan pelagis kecil di wilayah
pengelolaan perikanan WPP Selat Makassar-Laut Flores berada pada status moderate
. Status moderate adalah keadaan perikanan dimana upaya penangkapan pada tingkat rendah. Namun potensi yang tersedia terbatas untuk penambahan upaya
penangkapan ICCAT secretariat 2007. Penelitian yang dilakukan Pet-Soede 1999 pada perairan Kepulauan Spermonde, perairan pantai barat Sulawesi Selatan bagian
selatan menggunakan data tahun 1977-1995 menyimpulkan spesies pelagis kecil memiliki trend produksi yang berbeda, dimana beberapa jenis ikan menunjukkan
trend menurun dan lainnya meningkat. Demikian juga upaya penangkapan, berdasarkan jenis unit penangkapan menunjukkan trend berbeda.
Beberapa hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan pemanfaatan ikan pelagis kecil di Selat Makassar telah optimum, sehingga perlu prinsip kehati-hatian
untuk meningkatkan pemanfaatan ikan pelagis kecil. Namun penelitian yang dilakukan pada lokasi yang spesifik, Kepulauan Spermonde, menunjukkan terdapat
perbedaan trend produksi berdasarkan jenis ikan maupun trend upaya penangkapan dari berbagai unit penangkapan. Dengan demikian evaluasi pada kawasan perikanan
yang berbeda ekosistem dapat secara spesifik mengklarifikasi kondisi perikanan, karena tekanan terhadap sumberdaya ikan akibat kegiatan penangkapan ditentukan
ukuran dari area alat tangkap dalam satuan unit upaya, serta proporsi ikan dalam suatu area yang dapat ditahan alat tangkap Widodo 2001a. Selain itu setiap
kawasan perikanan memiliki keunikan sebagaimana perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Keunikan perairan dengan ekosistem yang berbeda menyebabkan kondisi
biofisik perairan juga berbeda dan berdampak terhadap distribusi ikan. Perubahan kelimpahan ikan di suatu kawasan perairan sebagai akibat dari
respons ikan terhadap perubahan kondisi lingkungan laut Laevastu dan Hayes 1981; Sundermeyer et al. 2005; Amri et al. 2006; Brander 2007. Respons ikan terhadap
perubahan lingkungan menyebabkan ikan tidak berada dalam suatu kawasan yang sempit tapi tersebar luas secara terbatas di setiap kawasan perairan. Kegiatan
penangkapan ikan membutuhkan informasi distribusi ikan untuk mengefisienkan waktu operasi penangkapan ikan. Namun distribusi ikan hanya dapat diklarifikasi
dengan perubahan lingkungan laut. Perubahan lingkungan laut berkaitan dengan iklim, misalnya untuk perairan Indonesia yang secara tetap dalam setahun bergantian
pengaruh munson. Evaluasi kelimpahan ikan berdasarkan kegiatan penangkapan ikan maupun
perubahan lingkungan laut dibutuhkan untuk tindakan pengelolaan perikanan tangkap. Melakukan evaluasi dalam suatu kawasan perikanan membutuhkan data
runut waktu yang panjang, sehingga dapat menilai berbagai perubahan, baik upaya penangkapan ikan maupun kondisi lingkungan laut. Evaluasi tersebut merupakan
input untuk identifikasi pengelolaan perikanan tangkap. Data yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi, baik perikanan tangkap maupun oseanografi, saat ini banyak
tersedia yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun data yang tersedia masih kurang dimanfaatkan, khususnya untuk mengevaluasi perikanan tangkap di perairan pantai
barat Sulawesi Selatan.
Keterangan: Bagian utara, perairan pantai terbuka garis merah; bagian tengah,
perairan teluk garis ungu; dan bagian selatan, perairan dangkal dengan gugusan pulau garis hijau.
Gambar 1 Karakteristik perairan pantai barat Sulawesi Selatan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian