24 perairan Kabupaten Majene pada bulan November sampai April, di perairan
Kabupaten Barru pada bulan Februari sampai Agustus, dan di perairan Kota Makassar pada bulan April sampai Juli. Musim paceklik penangkapan ikan
layang di perairan Kabupaten Mamuju pada bulan Desember sampai Februari, di perairan Kabupaten Majene pada bulan Mei sampai Juli, di perairan Kabupaten
Barru pada bulan November sampai Desember, dan di perairan Kota Makassar pada bulan Januari sampai Maret. Hasil tangkapan terbanyak di perairan pantai
barat Sulawesi Selatan pada saat suhu permukaan laut 29 C Najamuddin 2004.
Penelitian penangkapan ikan layang hubungannya dengan perubahan kondisi oseanografi pada luasan yang terbatas, yaitu perairan Kabupaten Pangkep yang
berada di perairan pantai barat Sulawesi Selatan menunjukkan selain suhu permukaan laut, salinitas dan kedalaman juga mempengaruhi distribusi layang
Anggraini 2008. Berbagai hasil penelitian tentang musim penangkapan ikan di perairan
pantai barat Sulawesi Selatan mengindikasikan adanya pergeseran daerah penangkapan pada setiap musim penangkapan, yang disebabkan adanya
perubahan suhu permukaan laut dan klorofil-a. Demikian pula di perairan lainnya juga menunjukkan adanya pergeseran lokasi penangkapan ikan dan jumlah hasil
tangkapan yang disebabkan perubahan suhu permukaan laut dan klorofil-a, antara lain Amri 2008 di perairan Selat Sunda; Amri et al. 2006 di perairan Teluk
Tomini; Almuas dan Jaya 2006 di perairan Laut Cina Selatan; Hendiarti et al. 2005 di perairan Laut Jawa; Sadhatomo dan Subhat 2000 di perairan Laut
Flores; Gaol et al. 2004 di perairan Selat Bali. Kajian hubungan sumberdaya ikan dengan kondisi oseanografi dilakukan untuk memprediksi kelimpahan dan
ketersediaan ikan, karena variabel-variabel lingkungan lebih mudah diukur dibandingkan sumberdaya ikan itu sendiri Laevastu dan Hayes 1982; Bakun
1996; Bakun et al. 1982.
2.6 Dinamika Armada Penangkapan Ikan
Armada penangkapan ikan adalah sekumpulan unit penangkapan ikan yang melakukan sejumlah upaya untuk memperoleh sejumlah ikan. Sejumlah
ikan atau produksi tangkapan sangat bergantung pada upaya penangkapan dan sediaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Untuk memaksimalkan produksi
25 tangkapan, nelayan melakukan introduksi dengan mengefisienkan waktu
penangkapan dan penggunaan teknologi penangkapan Purwanto 1990. Introduksi tersebut menyebabkan adanya interaksi antara dinamika populasi ikan
dengan dinamika armada penangkapan Hilborn 1985. Upaya
penangkapan merupakan ukuran dari jumlah alat tangkap yang beroperasi untuk mendapat sejumlah hasil tangkapan atau juga merupakan
gambaran dari intensitas armada penangkapan ikan yang beroperasi. Dengan kata lain upaya penangkapan ikan adalah waktu dan frekuensi operasi penangkapan
yang dikerahkan oleh berbagai unit penangkapan ikan untuk mendapatkan sejumlah sumberdaya ikan. Keadaan ini menunjukkan bahwa alat tangkap adalah
suatu kekuatan fishing power atau kemampuan untuk menangkap catchability sumberdaya ikan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepadatan
stok ikan dimana dilakukan kegiatan penangkapan. Dengan demikian upaya penangkapan dalam biologi perikanan merupakan gambaran tentang kelimpahan
ikan Widodo 1986; 2001; Purwanto 1990; Widodo dan Suadi 2006; Maunder et al.
2006; McCluskey dan Rebecca 2008, Cardinale et al. 2009 Efisiensi dalam penangkapan ikan dilakukan nelayan dengan
menggunakan berbagai teknologi penangkapan ikan, antara lain memperbesar ukuran perahu atau kapal, menggunakan berbagai alat bantu untuk mendeteksi
ikan maupun sebagai atraktor untuk memikat ikan pada areal tangkap dari suatu jenis alat tangkap. Tindakan efisiensi menyebabkan terjadi perubahan upaya
penangkapan dari tahun ke tahun dan kompetisi diantara armada penangkapan menyebabkan terjadi perubahan keadaan stok perikanan Hilborn 1985; Purwanto
1990; Widodo 2001; Rijnsdorp et al. 2000; Branch 2005; Atmaja dan Nugroho 2006.
Informasi upaya
penangkapan dibutuhkan untuk menginterpretasi perubahan produksi ikan guna menentukan seberapa besar efisiensi penangkapan
ikan yang dapat menguntungkan dan mengurangi overfishing Branch et al. 2006. Karena dampak terhadap perikanan dapat dideterminasi dari dua bagian utama,
yaitu upaya penangkapan dan kondisi habitat dimana upaya penangkapan dilakukan, sehingga evaluasi dan monitoring perubahan upaya penangkapan dapat
26 menjadi informasi penting untuk tindakan pengelolaan perikanan McCluskey dan
Lewison 2008. Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam melakukan
evaluasi guna keperluan pengelolaan perikanan, yaitu pendekatan strukturalanalitik dan pendekatan global. Pendekatan strukturalanalitik, yaitu
pendekatan dengan cara mencoba menjelaskan sistem sumberdaya perikanan melalui komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut, yaitu
penambahan, pertumbuhan dan mortalitas. Pendekatan global adalah pendekatan yang mencoba menjelaskan sistem sumberdaya perikanan tanpa memperhatikan
komponen yang membentuknya, melainkan berdasarkan data tangkapan, upaya tangkap, produksi dan nilai produksi Boer dan Azis 2007.
Karakteristik alat tangkap merupakan penentu perbedaan upaya penangkapan, dimana karakteristik tersebut adalah metode atau teknik
penangkapan ikan dari setiap alat, misalnya alat tangkap dengan prinsip penangkapan melingkarkan akan berbeda dengan alat tangkap dengan prinsip
ditarik, sehingga kekuatan dan kemampuan tersebut akan berbeda terhadap sumberdaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan Widodo 2001. Terdapat
dua pengertian upaya penangkapan berdasarkan satuan pengukurnya, yaitu: 1 upaya penangkapan nominal dan 2 upaya penangkapan efektif. Upaya
penangkapan nominal diukur berdasarkan jumlah nominalnya, antara lain jumlah kapal, alat tangkap, maupun trip penangkapan yang distandarkan dengan satuan
baku. Upaya penangkapan efektif diukur berdasarkan besarnya dampak yang ditimbulkan terhadap kelimpahan sediaan ikan atau laju kematian akibat kegiatan
penangkapan Cunningham et al. 1985 yang dikutip oleh Purwanto 1990. Interaksi antara alat tangkap dengan sumberdaya ikan yang menjadi tujuan
penangkapan akan mempengaruhi keadaan atau kemampuan produksi sumberdaya ikan itu sendiri Gambar 6. Kemampuan produksi sumberdaya ikan adalah
bagaimana sumberdaya ikan tumbuh dan berkembang untuk menjadi stok perikanan.
27
Gambar 6 Hubungan antara jumlah upaya penangkapan dan hasil tangkapan dari suatu stok ikan dalam keadaan ekuilibrium Widodo dan
Nurhudah 1995.
Peningkatan jumlah upaya penangkapan sebagaimana di Gambar 6 lebih lanjut akan memberikan hasil tangkapan dengan laju peningkatan yang lebih
rendah, sehingga kurva hasil tangkapan yang merupakan fungsi dari jumlah upaya penangkapan akan menurun A ke B dan pada akhirnya lebih banyak
upaya penangkapan akan secara nyata menurunkan hasil tangkapan C ke D Widodo dan Nurhudah 1995.
Dalam suatu armada yang relatif homogen upaya penangkapan biasanya diukur sebagai produk dari dua terminologi dan dijumlahkan dari seluruh unit dari
armada tersebut. Pada keadaan yang sederhana kekuatan menangkap dari semua kapal mungkin dianggap sama, demikian pula waktu penangkapan untuk
mengoperasikan alat tangkap. Oleh sebab itu upaya penangkapan menjadi sama dengan jumlah kapal, CPUE catch per unit effort adalah hasil tangkapan kapal
per tahun Widodo dan Suadi 2006. Trend upaya penangkapan merupakan bagian penting yang dapat
digunakan untuk mengetahui trend kelimpahan ikan, ketika data kelimpahan ikan tidak tersedia. Demikian juga ketika CPUE menurun merupakan gambaran dari
penurunan kepadatan stok. Hal tersebut dari berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang linear antara CPUE dengan kepadatan stok McCluskey dan
Lewison 2008.
A B
C D
H as
il T a
n g
k apa
n
Jumlah Upaya Penangkapan
28 Cara lain yang lebih mudah untuk mengekspresikan hubungan CPUE
sebagai fungsi upaya penangkapan fishing effort adalah menggunakan model produksi surplus linear Schaefer Sparre dan Venema 1999, sebagai berikut:
Y f a b i, bila
i
dimana Y f = hasil tangkapan dalam bobot per unit upaya pada tahun i,
f =
upaya penangkapan tahun i i = 1,2,……..n
Kemiringan b, harus negatif bila hasil tangkapan perunit upaya Yf, menurun untuk setiap peningkatan upaya penangkapan, f.
Yf adalah juga sebagai fungsi biomassa dari kemampuan tangkap Widodo 1986 yang diekspresikan sebagai berikut:
Y f q B dimana U
Y f maka U
f q B f = q B
dengan demikian B
U q
dimana, Y
= hasil tangkapan pada stok dalam keadaan ekuilibrium U
= CPUE pada saat stok ekuilibriun B
= Biomassa dari stok dalam kondisi steady state q = catchability koefisien kemampuan tangkap
Persamaan model
surplus produksi linear di atas menunjukkan ukuran stok
yang diekspresikan CPUE yang di pengaruhi catchability. Perubahan catchability dari tahun ke tahun adalah untuk menyesuaikan perubahan teknologi penangkapan
ikan, karena catchability berdampak terhadap distribusi dan tingkah laku populasi ikan. Dengan demikian setiap upaya penangkapan menyebabkan perubahan
proporsi stok pada suatu perairan dan CPUE berhubungan dengan kelimpahan stok sebagai akibat dari perubahan catchability Gulland 1983.
Mortalitas penangkapan
adalah proporsi total stok yang diproduksi oleh suatu unit penangkapan dan merupakan ukuran dari:
1 Area yang dipengaruhi oleh suatu alat tangkap dalam satu unit upaya
2 Proporsi ikan yang pada suatu area yang ditahan alat tangkap.
29 3
Rasio densitas pada lokasi penangkapan terhadap rata-rata densitas di seluruh area yang didiami stok
Dengan demikian densitas stok sama dengan hasil tangkapan dari satu unit upaya penangkapan dibagi dengan hasil perkalian ketiga faktor tersebut. Ukuran
kelimpahan stok dari mortalitas penangkapan dapat diketahui apabila kemampuan menangkap setiap jenis unit penangkapan ikan juga diketahui, sehingga koreksi
atau standarisasi upaya penangkapan atas perubahan yang terjadi dapat dilakukan Gulland 1983; Widodo 2001a. Standardisasi upaya penangkapan berkaitan
dengan mengamati kemampuan penangkapan dari setiap unit, mengukur lama penangkapan, atau jumlah operasi penangkapan.
3 METODOLOGI UMUM
3.1 Lokasi Penelitian