sebesar 29.2, metode modifikasi II BAM 2001 sebesar 44.4, metode Abdi I pada penelitian sebelumnya Abdi, 2007 sebesar 22.5, sedangkan dengan
menggunakan metode Abdi II yaitu sebesar 6.7. Dari hasil ini diketahui bahwa tingkat persentase isolasi C. jejuni dengan metode modifikasi I BAM
2001, metode Abdi I, dan metode Abdi II lebih kecil dibandingkan dengan metode modifikasi II BAM 2001.
C. MEDIA SELEKTIF DALAM ISOLASI CAMPYLOBACTER JEJUNI
Pada penelitian ini digunakan 2 media untuk isolasi Campylobacter jejuni, yaitu CBPA dan mCCDA. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
keefektifan kedua media dalam isolasi C. jejuni dari sampel karkas ayam. Media CBPA Columbia Blood Preston Agar merupakan media yang umum
digunakan dalam isolasi C. jejuni. Secara umum, persiapan media CBPA lebih panjang daripada media mCCDA. Pada persiapan media CBPA dibutuhkan
darah lisis + suplement preston oxoid SR0117 sebagai campuran media. Darah lisis yang digunakan umumnya berasal dari darah kuda atau darah
domba. Penambahan darah lisis ini bertujuan untuk menetralisasi produk racun yang mungkin terbentuk akibat media terpapar oleh cahaya maupun
udara. Campylobacter jejuni sangat sensitif terhadap keberadaan senyawa peroksida dan superoksida yang merupakan produk yang terbentuk dari media
akibat reaksi kimia yang dikatalis oleh cahaya. Bolton dan Robertson, 1982. Selain itu, darah lisis yang mengandung ion Fe dapat meningkatkan sifat
aerotoleran C. jejuni Stern dan Kazmi, 1989. Penambahan suplemen preston oxoid SR0117 pada media CBPA
berfungsi sebagai suplemen pertumbuhan bagi Campylobacter. Selain itu, suplemen preston juga merupakan antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain selain Campylobacter. Hal ini karena preston mengandung polymyxin B, rifampicin, trimethoprim, dan cyclohexamide,
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain, sedangkan Campylobacter resisten terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
Media mCCDA Modified Campylobacter Blood-Free Selective Agar Base merupakan media yang disempurnakan dari media CCDA. Media
mCCDA sekarang banyak digunakan dalam isolasi C. jejuni. Hal ini dikarenakan persiapan media yang mudah dan tidak memerlukan banyak
campuran bahan lain. Persiapan media mCCDA tidak memerlukan penambahan darah lisis, cukup dengan penambahan suplemen oxoid SR0155
dan FBP Growth Factor Supplement. Peran darah lisis digantikan oleh senyawa charcoal, sodium pyruvate dan ferrous sulfate yang terdapat pada
media tersebut. Selain itu, media mCCDA juga mengandung senyawa cefoperazone yang mampu menghambat pertumbuhan Campylobacter jenis
lain Bolton dan Robertson, 1982. Seperti halnya pada media CBPA, penambahan suplemen oxoid SR0155 pada media mCCDA berfungsi sebagai
supplemen pertumbuhan bagi Campylobacter dan merupakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri selain Campylobacter.
Penambahan FBP ferrous sulfate, sodium metabisulfite, dan sodium pyruvate pada media mCCDA bertujuan untuk meningkatkan sifat
aerotoleran dari jenis Campylobacter. Senyawa FBP mampu mencegah akumulasi fotokimia yang umumnya merupakan turunan oksigen yang bersifat
racun bagi Campylobacter dan dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri C. jejuni. Penambahan FBP ini pada media pengkaya seperti Bolton Broth juga
dapat meningkatkan
ketahanan Campylobacter,
menjaga bentuk
karakteristiknya, pergerakannya, dan meningkatkan viabilitasnya ketika harus disimpan dalam suhu refrigerator 4
C Chou et al dalam Doyle 1989. Media CBPA dan mCCDA yang telah dipersiapkan dalam bentuk agar
cawan sebaiknya langsung digunakan untuk isolasi C. jejuni. Hal ini untuk menghindari kerusakan media akibat paparan cahaya dan udara. Menurut
Fricker dalam Doyle 1989, penyimpanan media agar cawan sebaiknya dilakukan pada tempat yang gelap, dibawah kondisi yang minim oksigen, dan
pada suhu refrigerator suhu 4 C. Pada umumnya, penyimpanan media agar
cawan pada kondisi ini dapat bertahan selama 1 minggu. Untuk mengamati keberadaan C. jejuni dan mengisolasinya dari
sampel dapat dilakukan dengan melakukan gores kuadran pada media CBPA dan mCCDA yang telah dipersiapkan dengan cairan hasil inkubasi Bolton
Broth, pelet, darah lisis, suplemen dan FBP. Setelah digores, media CBPA dan
mCCDA kemudian di inkubasi secara mikroaerofilik pada suhu 42 C selama
48 jam. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh pada media CBPA dan mCCDA
diamati keberadaan
C. jejuninya.
Koloni yang
diduga Campylobacter jejuni pada media mempunyai bentuk yang datar, melebar,
tidak beraturan, berwarna keabu-abuan dan sedikit berlendir Hu dan Kopecko, 2003. Koloni diduga C jejuni yang ditemukan pada penelitian ini
tampak seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Koloni diduga C. jejuni pada media CBPA kiri dan
mCCDA kanan Adapun hasil isolasi C. jejuni dari 84 sampel karkas ayam
menggunakan dua media yaitu CBPA dan mCCDA dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil isolasi C. jejuni dengan media CBPA dab mCCDA
Kota Jumlah Sampel
Sampel diduga C. jejuni Media CBPA
Media mCCDA Bogor
48 11
13 Jakarta
36 16
14 Total
27 27
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dari 48 sampel karkas ayam wilayah Bogor, sebanyak 11 sampel diduga tercemar C. jejuni oleh media
CBPA, dan sebanyak 13 sampel oleh media mCCDA. Sedangkan, dari 36 sampel karkas ayam wilayah Jakarta, sebanyak 16 sampel diduga tercemar C.
jejuni oleh media CBPA, dan sebanyak 14 sampel oleh media mCCDA. Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan tingkat keefektifan antara media
CBPA dan media mCCDA dalam isolasi C. jejuni.
Berdasarkan hasil evaluasi klinis dan laboratorium terhadap beberapa media isolasi Campylobacter yang dilakukan Gun-Monro et al 1987, dapat
diketahui bahwa pada media Preston CBPA koloni C. jejuni yang dapat tumbuh mencapai 7.76 ± 0.52 Log CFUml dan pada media mCCDA
sebanyak 7.91 ± 0.36 Log CFUml dari penanaman kembali 70 strain C. jejuni pada kedua media tersebut. Selain itu, hasil isolasi C. jejuni dari 70 sampel
feses positif tersimulasi diperoleh data bahwa setelah inkubasi selama 48 jam, media CBPA dapat mengisolasi sebanyak 64 sampel atau 91, dan media
mCCDA sebanyak 69 sampel 99. Dari hasil ini, dapat dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan keefektifan yang cukup besar antara media CBPA dan
media mCCDA dalam isolasi C. jejuni Gun-Monro et al, 1987. Walaupun
demikian, media
mCCDA sedikit
lebih efisien
dibandingkan media CBPA terkait waktu persiapan medianya. Di sisi lain, pengamatan koloni yang tumbuh pada media CBPA jauh lebih mudah jika
dibandingkan pada media mCCDA. Hal ini dikarenakan warna media CBPA yang merah cerah akibat adanya penambahan darah lisis dapat memudahkan
saat pengamatan dan pengidentifikasian koloni C. jejuni
D. KONDISI ISOLASI CAMPYLOBACTER JEJUNI