BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. CAMPYLOBACTER spp.
Campylobacter awalnya dikenal sebagai bakteri yang menyebabkan infeksi dan aborsi pada domba, sapi dan hewan ternak. Namun, dalam dua
puluh tahun terakhir, bakteri ini ternyata diketahui sebagai bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada sistem pencernaan manusia. Bahkan lebih
sering daripada Salmonella dan Shigella. Pada awalnya, Campylobacter disebut vibrio, karena bentuknya yang bergelombang dan seperti spiral. Pada
awal 1970, mikroba ini diklasifikasikan dalam genus Campylobacter Cappucino dan Sterman, 1993. Hal ini didasarkan atas ditemukannya fakta
bahwa Campylobacter tidak dapat memfermentasikan karbohidrat selayaknya bakteri vibrio lainnya dan Campylobacter juga mengandung basa guanin dan
sitosin pada DNA-nya Veron dan Chatelain dalam Doyle, 1989 Menurut Anonim a 2005, klasifikasi Campylobacter adalah sebagai
berikut: Kingdom
: Bacteria Phylum
: Proteobacteria Kelas
: Epsilon Proteobacteria Ordo
: Campylobacterales Famili
: Campylobacteraceae Genus
: Campylobacter
Karakteristik morfologi dari spesies Campylobacter yaitu berukuran sangat kecil lebar 0.2 sampai 0.5
m dan panjang 0.5 sampai 5 m, berbentuk batang bergelombang, tipis, ada juga yang berbentuk zig-zag atau
seperti spiral, tidak membentuk spora, merupakan bakteri gram negatif, katalase positif, dapat mereduksi nitrat, tidak dapat menghidrolisis gelatinurea
dan sangat motil yaitu dengan mengunakan flagel yang terdapat pada satu atau dua ujung tubuhnya. Campylobacter jejuni tidak dapat memfermentasi
karbohidrat, sehingga energi diperoleh dari asam amino atau dari komponen- komponen intermediet pada siklus asam trikarboksilat. Campylobacter
merupakan bakteri yang bersifat mikroaerofilik yaitu dapat tumbuh optimal dengan kadar oksigen rendah. Komposisi gas atmosfer untuk pertumbuhan C.
jejuni yaitu 5 O
2
, 10 CO
2
, dan 85 N
2
Stern et al., 1992. Semua Campylobacter dapat tumbuh pada suhu 37
o
C, sedangkan spesies Campylobacter termofilik seperti C. jejuni, C. lari, dan C. coli dapat
tumbuh dengan baik pada 42
o
C Hu dan Kopecko, 2003. Walau begitu, ada beberapa perbedaan karakter antara C. jejuni dan C. coli yaitu C. jejuni tidak
dapat tumbuh pada suhu 30.5 C, dapat menghidrolisis hippurate, sensitif
terhadap 2,3,5 triphenyltetrazolium chloride TTC, sedangkan C. coli memiliki karakter yang berkebalikan. Pada media pertumbuhan, semua
Campylobacter tumbuh dengan baik pada pH 5.5-8.0 dan keberadaan NaCl 1.75. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan C. jejuni yaitu pada kisaran 6.5-
7.5 dan tidak tumbuh pada pH di bawah 4.9 Stern et al., 1992. Campylobacter lebih sensitif daripada bakteri patogen lain terhadap
kondisi kering, panas, asam, disinfektan, dan irradiasi. Sehingga bakteri ini baik tumbuh pada kondisi in vivo. Campylobacter memerlukan kondisi khusus
untuk dapat diisolasi dan ditumbuhkan, seperti kondisi udara yang harus rendah kadar oksigennya, suhu yang sesuai, dan memerlukan media yang
selektif. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka akan sulit melakukan isolasi Campylobacter seperti C. jejuni. Karena sifatnya yang sensitif, C. jejuni
mudah mengalami perubahan morfologi dari bentuk batang bergelombang menjadi bentuk kokus. Perubahan morfologi ini mudah terjadi jika kondisi
lingkungan tinggi kadar oksigennya dan saat C. jejuni telah memasuki fase stasioner pertumbuhannya. Pada saat C. jejuni memasuki fase stasioner, maka
bakteri ini sulit untuk diisolasi karena sifatnya berubah menjadi non culturable dan bentuknya menjadi kokus Doyle, 1989
Campylobacter dapat bertahan dalam air pada suhu 4
o
C selama beberapa minggu, dan dapat bertahan pada suhu di atas 15
o
C selama beberapa hari. Menurut McClure dan Blackburn 2003, umumnya Campylobacter tidak
dapat bertahan sebaik bakteri patogen lain seperti Salmonella, tetapi bakteri ini dapat bertahan lama dalam makanan yang disimpan pada suhu rendah.
Menurut Stern et al. 1992, C. jejuni tahan pada makanan yang disimpan
dalam suhu 4-7
o
C, tetapi bakteri ini tidak dapat tumbuh pada suhu pembekuan.
Campylobacter dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan uji katalase yaitu Campylobacter katalase positif dan katalase
negatif. Umumnya penyebab penyakit pada manusia dan infeksi pada hewan ternak disebabkan oleh Campylobacter katalase positif, seperti C. jejuni, C.
coli, dan C. laridis. Namun salah satu spesies Campylobacter katalase negatif juga dapat menjadi penyebab penyakit pada manusia seperti C. upsaliensis
Stern et al., 1992.
B. CAMPYLOBACTERIOSIS