Berdasarkan hasil evaluasi klinis dan laboratorium terhadap beberapa media isolasi Campylobacter yang dilakukan Gun-Monro et al 1987, dapat
diketahui bahwa pada media Preston CBPA koloni C. jejuni yang dapat tumbuh mencapai 7.76 ± 0.52 Log CFUml dan pada media mCCDA
sebanyak 7.91 ± 0.36 Log CFUml dari penanaman kembali 70 strain C. jejuni pada kedua media tersebut. Selain itu, hasil isolasi C. jejuni dari 70 sampel
feses positif tersimulasi diperoleh data bahwa setelah inkubasi selama 48 jam, media CBPA dapat mengisolasi sebanyak 64 sampel atau 91, dan media
mCCDA sebanyak 69 sampel 99. Dari hasil ini, dapat dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan keefektifan yang cukup besar antara media CBPA dan
media mCCDA dalam isolasi C. jejuni Gun-Monro et al, 1987. Walaupun
demikian, media
mCCDA sedikit
lebih efisien
dibandingkan media CBPA terkait waktu persiapan medianya. Di sisi lain, pengamatan koloni yang tumbuh pada media CBPA jauh lebih mudah jika
dibandingkan pada media mCCDA. Hal ini dikarenakan warna media CBPA yang merah cerah akibat adanya penambahan darah lisis dapat memudahkan
saat pengamatan dan pengidentifikasian koloni C. jejuni
D. KONDISI ISOLASI CAMPYLOBACTER JEJUNI
Campylobacter jejuni membutuhkan kondisi yang sesuai dalam pertumbuhannya. Menurut Bolton dan Coates 1984, C. jejuni perlu kondisi
mikroaerofilik dan akan tumbuh baik pada kondisi udara yang mengandung 5- 6 O
2
, dan 10 CO
2
. Variasi kandungan udara yang berlebihan dapat meningkatkan produk racun turunan oksigen, seperti peroksida dan
superoksida. Pada konsentrasi CO
2
4-10 dan O
2
17 diperlukan suplemen supaya beberapa jenis Campylobacter dapat tumbuh baik pada media agar.
Untuk mengkondisikan mikroaerofilik pada jar anaerob, yang merupakan tempat inkubasi C. jejuni digunakan alat bantu anoxomat. Alat anoxomat, jar
anaerob, dan tabung gas tampak seperti pada Gambar 7
Gambar 7. Tabung gas, anoxomat, dan jar anaerob dari kiri
Anoxomat merupakan alat elektronik yang dirancang untuk dapat mengatur komposisi udara yang akan masuk ke jar anaerob dari tabung gas.
Komposisi udara yang akan dimasukkan ke jar anaerob dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Pada penelitian ini, komposisi udara mikroaerofilik
yang dirancang ada dalam jar anaerob adalah 6 O
2
, 79,7 N
2
, 7,1 CO
2
, dan 7,1 H
2
. Selain membutuhkan kondisi mikroaerofilik, C. jejuni juga
membutuhkan suhu yang tepat dalam pertumbuhannya. Menurut Humprey 1986, pendeteksian keberadaan C. jejuni pada sampel bahan pangan dapat
ditingkatkan dengan pra-pengkayaan pada suhu 37 C selama 4 jam, dan
dilanjutkan pada suhu 43 C. Pada penelitian ini, tahap pra pengkayaan
dengan BPW 0.1 dan tahap pengkayaan dengan Bolton Broth, dilakukan inkubasi pada suhu 37
C selama 2 jam dan kemudian dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu 42
C selama 48 jam. Sedangkan, pada saat inkubasi media CBPA dan mCCDA yang telah digores kuadran, hanya digunakan suhu
42 C selama 48 jam. Inkubasi pada suhu 37
C, bertujuan untuk menumbuhkan semua jenis Campylobacter yang mungkin ada didalam sampel
karkas ayam, sedangkan inkubasi suhu 42 C bertujuan agar Campylobacter
yang berkembang baik hanya jenis C. jejuni, dan beberapa jenis yang lain. Menurut Hu dan Kopecko 2003, semua Campylobacter dapat tumbuh pada
suhu 37
o
C, sedangkan spesies Campylobacter termofilik seperti C. jejuni, C. lari, dan C. coli dapat tumbuh dengan baik pada 42
o
C. Untuk mengkondisikan
suhu ini, digunakan inkubator suhu 37 C dan 42
C. Pengkondisian suhu 42 C pada inkubator tampak seperti Gambar 8.
Gambar 8. Jar anaerob didalam inkubator 42
C
E. IDENTIFIKASI CAMPYLOBACTER JEJUNI