Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Peran Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kesehatan

ISPA merupakan urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Belawan. Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Belawan didapatkan bahwa sebagian besar dari peserta yang datang berobat ke puskesmas memiliki kebiasaan merokok. Dan sebagian besar perilaku merokok itu dilakukan oleh kepala keluarga laki-laki. Selain itu dari penuturan beberapa warga yang merupakan peserta PBI, ditemukan bahwa mereka sudah lama merokok dan mampu menghabiskan rokok sebanyak satu bungkus 9 sampai 15 batang per hari. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015 Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan publik dan beberapa instansi kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional dan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap perbaikan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam kepesertaan Penerima Bantuan Iuran PBI 2. Sebagai bahan masukan kepada Puskesmas Belawan terhadap gambaran hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerjanya. 3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya bidang ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan

Notoatmodjo 2010 merumuskan bahwa dari aspek biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skinner dalam Notoatmodjo 2010 juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus- Organisme-Respons teori S-O-R. Berdasarkan teori S-O-R ini, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Perilaku Tertutup covert behavior Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. 2. Perilaku terbuka overt behavior Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo 2010 maka perilaku kesehatan health behavior adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor- faktor yang mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan, Universitas Sumatera Utara makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati observable maupun yang tidak dapat diamati unobservable yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Becker dalam Notoatmodjo 2010 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yaitu: 1. Perilaku Sehat Health Behavior Perilaku sehat adalah perilaku- perilaku atau kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Contoh perilaku sehat ini adalah perilaku tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat. Hampir 50 pria dewasa di Indonesia adalah perokok. 2. Perilaku Sakit Illness Behavior Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah kesehatan yang lain. 3. Perilaku Peran Orang Sakit The Sick Role Behavior Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran roles, yang mencakup hak-haknya rights, dan kewajiban sebagai orang sakit obligation. Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit the sick role behavior. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang overt behavior. Secara garis besar terdapat 6 tingkat pengetahuan seseorang yaitu: 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat kembali recall memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan misalnya apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk, dan sebagainya. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. 3. Aplikasi application Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondiri real sebenarnya . 4. Analisis analysis Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Universitas Sumatera Utara 5. Sintesis synthesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak. Dalam Notoatmodjo 2003 ada indikator- indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan yaitu: 1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya. 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi jenis- jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit- penyakit atau bahaya- bahaya merokok, perlunya istirahat yang cukup, dan sebagainya. 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan Universitas Sumatera Utara penerangan rumah yang sehat, akibat polusi polusi air, udara, dan tanah bagi kesehatan, dan sebagainya.

2.1.4 Sikap dan Perilaku Kesehatan

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Newcomb juga menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksaanaan motif tertentu. Jadi jelas bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport dalam Notoatmodjo 2010, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek 3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Ketiga komponen di atas secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, peranan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangatlah penting. Sebagai contoh, seorang ibu mendengar tahu penyakit demam berdarah penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak menderita demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja Universitas Sumatera Utara sehingga ibu tersebut berniat kecenderungan bertindak untuk melakukan 3M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu berniat melakukan 3M terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah. Selain itu sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan antara lain: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan objek. 2. Menanggapi responding Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai valuing Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab responsible Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya orang lain.

2.1.5 Persepsi dan Perilaku Kesehatan

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya Universitas Sumatera Utara Notoatmodjo, 2010. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus inderawi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya Fitriani, 2011. Persepsi seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi tingkah laku seorang individu. Berarti tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil persepsi terhadap lingkungan dia hidup. Hal yang dilakukan dan tidak dilakukan dengan alasan banyak hal, selalu didasarkan pada batasan- batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif. Persepsi ini meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan. Oleh karena itu setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama seperti dalam mempersepsikan penyakit dalam masyarakat. Sebagai contoh perilaku merokok dalam masyarakat, sebagian orang mempersepsikan perilaku merokok sebagai penyakit dan kebiasaan yang buruk, namun bagi sebagian lagi perilaku merokok itu merupakan hal yang biasa dan wajar-wajar saja. Sebagaimana persepsi merupakan proses pengamatan, maka hal- hal yang dapat diamati tersebut disebut objek persepsi. Objek persepsi dibedakan dalam dua bentuk yaitu: 1. Manusia, termasuk juga kehidupan sosial manusia, nilai- nilai kultural, dan hal lain, yang disebut dengan istilah persepsi interpersonal. 2. Benda- benda mati dan makhluk hidup selain manusia. Menurut Notoatmodjo 2005 ada dua faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang Universitas Sumatera Utara melekat pada objeknya, dan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. 1. Faktor eksternal a. Kontras Merupakan cara termudah untuk menarik perhatian baik kontras warna, ukuran, bentuk, dan gerakan. Contohnya adalah iklan rokok yang dibuat oleh perusahaan rokok dengan menggunakan papan iklan yang besar sehingga tampak lebih menarik perhatian daripada yang kecil dan polos. Perusahaan rokok juga selalu berusaha menampilkan iklan yang menarik untuk menarik perhatian kaum muda. b. Perubahan intensitas Merupakan cara untuk menarik perhatian seperti perubahan suara yang tiba-tiba keras atau perubahan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan. c. Pengulangan Proses ini membuat stimulus yang pada awalnya tidak masuk dalam rentang perhatian, menjadi perhatian bagi orang. d. Sesuatu yang baru Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu yang telah diketahui. Contohnya, cara terapi kesehatan yang baru dan berbeda dibandingkan terapi biasa akan segera menarik perhatian orang. e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak Universitas Sumatera Utara Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian orang lain juga. Contohnya, ada suatu kurumunan orang di suatu tempat akan membuat orang lain tertarik untuk ikut melihat apa yang dilihat oleh kurumunan orang tersebut. 2. Faktor internal a. Pengalaman dan pengetahuan Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Contohnya, seorang anak yang pernah disuntik oleh dokter dan merasa sakit, akan cenderung menangis dan menghindar dari dokter setiap bertemu dokter. Hal ini karena pengalaman disuntiknya yang sakit sebelumnya. b. Harapan Harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap stimulus. Contohnya, ketika seseorang membawa pasien gawat darurat ke rumah sakit dan dia melihat seseorang datang dengan jas putih, maka dia akan langsung mengira bahwa orang berjas putih itu adalah dokternya. Bila orang tersebut bukan dokter, maka si pembawa pasien akan merasa kecewa dan segera mencari dokter. c. Kebutuhan Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan orang Universitas Sumatera Utara tersebut menginterpretasikan stimuls secara berbeda. Contohnya, jika seseorang memiliki uang yang lebih dari biasanya, maka dia akan merasa bahwa uang tersebut banyak sekali. Namun, ketika kebutuhan yang akan dibeli memiliki harga yang jauh lebih besar, maka uang yang awalnya dirasakan banyak itu akan terasa sedikit. d. Motivasi Motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang, sehingga persepsi setiap orang itu akan berbeda tergantung kepada sekuat apa motivasi yang dimilikinya. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya, maka dia akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif baginya. e. Emosi Emosi seseorang akan memengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Jika emosi seseorang baik, maka situasi di sekitarnya akan terlihat baik dan jika emosi seseorang jelek, maka situasi di sekitarnya terlihat jelek juga. Contohnya, jika seseorang merasa takut dengan operasi, maka setelah operasi dia akan merasa lebih sakit dibandingkan orang yang tidak merasa takut dengan operasi. f. Budaya Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda dan cenderung menjadi lebih kritis. Namun, akan memersepsikan bahwa orang-orang di luar kelompoknya sama saja. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Skema Perilaku Kesehatan Notoatmodjo, 2010

2.2 Peran Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo 2003 meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor- faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda ini dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Selain itu dalam Notoatmodjo 2010 dikatakan bahwa ada faktor psikologis yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis ini adalah sikap. Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam Persepsi Pengetahuan Keyakinan Keinginan Motivasi Niat Sikap Perilaku Kesehatan Pengalaman Fasilitas Sosiobudaya INTERNAL RESPONS EKSTERNAL Universitas Sumatera Utara komponen sosio psikologis karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap juga merupakan kesiapan tatanan saraf neural setting sebelum memberikan respons konkret dan termasuk ke dalam salah satu faktor internal individu. Selain faktor sosio psikologis, ada juga faktor situasional yang dapat mempengaruhi respons manusia dalam bentuk perilaku. Faktor situasional ini merupakan faktor lingkungan atau faktor eksternal dimana manusia itu berada atau bertempat tinggal. Faktor situasional ini mencakup: 1. Faktor ekologis, seperti keadaan alam, geografis, iklim, cuaca, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku seseorang. 2. Faktor desain dan asitektur, seperti struktur dan bentuk bangunan, serta pola pemukiman juga dapat mempengaruhi perilaku manusia yang tinggal di dalamnya. 3. Faktor temporal, seperti waktu pagi, siang, sore, dan malam pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi perilaku seseorang. 4. Suasana perilaku, seperti tempat keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah kampus, kerumunan massa akan membawa pola perilaku seseorang. 5. Faktor teknologi, seperti perkembangan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang. 6. Faktor sosial, seperti: Universitas Sumatera Utara a. Umur, merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi, dan angka kesakitan serta angka kematian selalu menunjukkan keadaan yang dihubungkan dengan umur. b. Status pekerjaan, adalah suatu kegiatan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan pekerjaan ini sangat menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan. c. Pendidikan, dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan. Menurut Gunarsa serta Charles Abraham dan Eamon Shanley dalam Sihombing 2014,faktor yang mempengaruhi pernyataan seseorang adalah latar belakang individu yang berbeda-beda seperti berikut ini: 1. Umur Semua tingkatan umur memberikan persepsi berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan. 2. Pendidikan Pendidikan dan pengetahuan seseorang yang kurang, membutuhkan lebih banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memperhatikan aspek yang berbeda dari objek yang ditemui sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian, dan minatnya masing-masing. Universitas Sumatera Utara 3. Pekerjaan Masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat penghasilan yang berbeda juga. Biasanya, masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berpendidikan formal rendah menimbulkan sikap masa bodoh, pengingkaran, dan rasa takut yang tidak mendasar. 4. Jenis kelamin Laki-laki lebih cenderung dapat mengendalikan emosinya dan berpikir lebih kritis daripada perempuan, sehingga dapat memengaruhi persepsinya.

2.3 Rokok

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

1 1 19

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 2

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

2 3 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 11

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 17

1. Nomor Responden - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 12