ISPA merupakan urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Belawan.
Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Belawan didapatkan bahwa sebagian besar dari peserta yang datang berobat ke puskesmas memiliki kebiasaan
merokok. Dan sebagian besar perilaku merokok itu dilakukan oleh kepala keluarga laki-laki. Selain itu dari penuturan beberapa warga yang merupakan
peserta PBI, ditemukan bahwa mereka sudah lama merokok dan mampu menghabiskan rokok sebanyak satu bungkus 9 sampai 15 batang per hari.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional
JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan
Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja
Puskesmas Belawan tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN Penerima Bantuan Iuran PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja
Puskesmas Belawan tahun 2015
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan
publik dan beberapa instansi kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan Kesehatan
Nasional dan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap perbaikan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam kepesertaan
Penerima Bantuan Iuran PBI 2.
Sebagai bahan masukan kepada Puskesmas Belawan terhadap gambaran hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku
merokok di wilayah kerjanya. 3.
Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya bidang ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan
Notoatmodjo 2010 merumuskan bahwa dari aspek biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang
bersangkutan. Skinner dalam Notoatmodjo 2010 juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan
dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus- Organisme-Respons teori S-O-R. Berdasarkan teori S-O-R ini, perilaku manusia
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1.
Perilaku Tertutup covert behavior Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. 2.
Perilaku terbuka overt behavior Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo 2010 maka perilaku kesehatan health behavior adalah respons seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor- faktor yang mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan,
Universitas Sumatera Utara
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati
observable maupun yang tidak dapat diamati unobservable yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Becker dalam Notoatmodjo 2010 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yaitu:
1. Perilaku Sehat Health Behavior
Perilaku sehat adalah perilaku- perilaku atau kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Contoh perilaku sehat ini adalah perilaku tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung
meningkat. Hampir 50 pria dewasa di Indonesia adalah perokok. 2.
Perilaku Sakit Illness Behavior Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang
yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah kesehatan yang lain.
3. Perilaku Peran Orang Sakit The Sick Role Behavior
Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran roles, yang mencakup hak-haknya rights, dan kewajiban sebagai orang sakit
obligation. Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit the sick role behavior.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan
sebagainya Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang overt behavior.
Secara garis besar terdapat 6 tingkat pengetahuan seseorang yaitu: 1.
Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat kembali recall memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan
misalnya apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk, dan sebagainya.
2. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
secara benar. 3.
Aplikasi application Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondiri real sebenarnya . 4.
Analisis analysis Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Sintesis synthesis
Menunjukkan pada
suatu kemampuan
untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang
anak menderita malnutrisi atau tidak. Dalam Notoatmodjo 2003 ada indikator- indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan yaitu: 1.
Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana
mencari pengobatan, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi jenis- jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit- penyakit
atau bahaya- bahaya merokok, perlunya istirahat yang cukup, dan sebagainya.
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat air bersih,
cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan
Universitas Sumatera Utara
penerangan rumah yang sehat, akibat polusi polusi air, udara, dan tanah bagi kesehatan, dan sebagainya.
2.1.4 Sikap dan Perilaku Kesehatan
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Newcomb juga menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksaanaan motif tertentu. Jadi jelas bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala
dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Menurut Allport dalam Notoatmodjo 2010, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave.
Ketiga komponen di atas secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, peranan pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi sangatlah penting. Sebagai contoh, seorang ibu mendengar tahu penyakit demam berdarah penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak menderita
demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja
Universitas Sumatera Utara
sehingga ibu tersebut berniat kecenderungan bertindak untuk melakukan 3M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu
berniat melakukan 3M terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah. Selain itu sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan antara lain:
1. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan objek.
2. Menanggapi responding
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai valuing
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab responsible
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya orang lain.
2.1.5 Persepsi dan Perilaku Kesehatan
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya
Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, 2010. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus inderawi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman dan sebagainya Fitriani, 2011. Persepsi seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi tingkah laku
seorang individu. Berarti tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil persepsi terhadap lingkungan dia hidup. Hal yang dilakukan dan
tidak dilakukan dengan alasan banyak hal, selalu didasarkan pada batasan- batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif. Persepsi ini meliputi semua proses
yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan. Oleh karena itu
setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama seperti dalam mempersepsikan penyakit dalam masyarakat. Sebagai contoh perilaku
merokok dalam masyarakat, sebagian orang mempersepsikan perilaku merokok sebagai penyakit dan kebiasaan yang buruk, namun bagi sebagian lagi perilaku
merokok itu merupakan hal yang biasa dan wajar-wajar saja. Sebagaimana persepsi merupakan proses pengamatan, maka hal- hal yang
dapat diamati tersebut disebut objek persepsi. Objek persepsi dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1. Manusia, termasuk juga kehidupan sosial manusia, nilai- nilai kultural, dan
hal lain, yang disebut dengan istilah persepsi interpersonal. 2.
Benda- benda mati dan makhluk hidup selain manusia. Menurut Notoatmodjo 2005 ada dua faktor yang memengaruhi persepsi,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang
Universitas Sumatera Utara
melekat pada objeknya, dan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
1. Faktor eksternal
a. Kontras
Merupakan cara termudah untuk menarik perhatian baik kontras warna, ukuran, bentuk, dan gerakan. Contohnya adalah iklan rokok
yang dibuat oleh perusahaan rokok dengan menggunakan papan iklan yang besar sehingga tampak lebih menarik perhatian daripada yang
kecil dan polos. Perusahaan rokok juga selalu berusaha menampilkan iklan yang menarik untuk menarik perhatian kaum muda.
b. Perubahan intensitas
Merupakan cara untuk menarik perhatian seperti perubahan suara yang tiba-tiba keras atau perubahan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan.
c. Pengulangan
Proses ini membuat stimulus yang pada awalnya tidak masuk dalam rentang perhatian, menjadi perhatian bagi orang.
d. Sesuatu yang baru
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu yang telah diketahui. Contohnya, cara terapi kesehatan yang
baru dan berbeda dibandingkan terapi biasa akan segera menarik perhatian orang.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Universitas Sumatera Utara
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian orang lain juga. Contohnya, ada suatu kurumunan orang di
suatu tempat akan membuat orang lain tertarik untuk ikut melihat apa yang dilihat oleh kurumunan orang tersebut.
2. Faktor internal
a. Pengalaman dan pengetahuan
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
diperoleh. Pengalaman masa lalu atau yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Contohnya, seorang
anak yang pernah disuntik oleh dokter dan merasa sakit, akan cenderung menangis dan menghindar dari dokter setiap bertemu
dokter. Hal ini karena pengalaman disuntiknya yang sakit sebelumnya. b.
Harapan Harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap
stimulus. Contohnya, ketika seseorang membawa pasien gawat darurat ke rumah sakit dan dia melihat seseorang datang dengan jas putih,
maka dia akan langsung mengira bahwa orang berjas putih itu adalah dokternya. Bila orang tersebut bukan dokter, maka si pembawa pasien
akan merasa kecewa dan segera mencari dokter. c.
Kebutuhan Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang
perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan orang
Universitas Sumatera Utara
tersebut menginterpretasikan stimuls secara berbeda. Contohnya, jika seseorang memiliki uang yang lebih dari biasanya, maka dia akan
merasa bahwa uang tersebut banyak sekali. Namun, ketika kebutuhan yang akan dibeli memiliki harga yang jauh lebih besar, maka uang
yang awalnya dirasakan banyak itu akan terasa sedikit. d.
Motivasi Motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang, sehingga persepsi
setiap orang itu akan berbeda tergantung kepada sekuat apa motivasi yang dimilikinya. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk
menjaga kesehatannya, maka dia akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif baginya.
e. Emosi
Emosi seseorang akan memengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Jika emosi seseorang baik, maka situasi di sekitarnya akan
terlihat baik dan jika emosi seseorang jelek, maka situasi di sekitarnya terlihat jelek juga. Contohnya, jika seseorang merasa takut dengan
operasi, maka setelah operasi dia akan merasa lebih sakit dibandingkan orang yang tidak merasa takut dengan operasi.
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda
dan cenderung menjadi lebih kritis. Namun, akan memersepsikan bahwa orang-orang di luar kelompoknya sama saja.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Skema Perilaku Kesehatan Notoatmodjo, 2010
2.2 Peran Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo 2003 meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun
dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor- faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda ini dibedakan menjadi dua yaitu: 1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya jenis kelamin,
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya. 2.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Selain itu dalam Notoatmodjo 2010 dikatakan bahwa ada faktor psikologis yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor
psikologis ini adalah sikap. Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam Persepsi
Pengetahuan Keyakinan
Keinginan Motivasi
Niat Sikap
Perilaku Kesehatan
Pengalaman Fasilitas
Sosiobudaya
INTERNAL RESPONS
EKSTERNAL
Universitas Sumatera Utara
komponen sosio psikologis karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap juga merupakan kesiapan tatanan saraf neural setting
sebelum memberikan respons konkret dan termasuk ke dalam salah satu faktor internal individu.
Selain faktor sosio psikologis, ada juga faktor situasional yang dapat mempengaruhi respons manusia dalam bentuk perilaku. Faktor situasional ini
merupakan faktor lingkungan atau faktor eksternal dimana manusia itu berada atau bertempat tinggal. Faktor situasional ini mencakup:
1. Faktor ekologis, seperti keadaan alam, geografis, iklim, cuaca, dan
sebagainya yang mempengaruhi perilaku seseorang. 2.
Faktor desain dan asitektur, seperti struktur dan bentuk bangunan, serta pola pemukiman juga dapat mempengaruhi perilaku manusia yang tinggal
di dalamnya. 3.
Faktor temporal, seperti waktu pagi, siang, sore, dan malam pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi perilaku
seseorang. 4.
Suasana perilaku, seperti tempat keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah kampus, kerumunan massa akan membawa pola perilaku
seseorang. 5.
Faktor teknologi, seperti perkembangan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang.
6. Faktor sosial, seperti:
Universitas Sumatera Utara
a. Umur, merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam
penyelidikan epidemiologi, dan angka kesakitan serta angka kematian selalu menunjukkan keadaan yang dihubungkan dengan umur.
b. Status pekerjaan, adalah suatu kegiatan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan pekerjaan ini sangat menentukan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. c.
Pendidikan, dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya
kesehatan. Menurut Gunarsa serta Charles Abraham dan Eamon Shanley dalam
Sihombing 2014,faktor yang mempengaruhi pernyataan seseorang adalah latar belakang individu yang berbeda-beda seperti berikut ini:
1. Umur
Semua tingkatan umur memberikan persepsi berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan dan pengetahuan seseorang yang kurang, membutuhkan lebih banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memperhatikan aspek yang
berbeda dari objek yang ditemui sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian, dan minatnya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan
Masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat penghasilan yang berbeda juga. Biasanya, masyarakat yang berpenghasilan
rendah dan berpendidikan formal rendah menimbulkan sikap masa bodoh, pengingkaran, dan rasa takut yang tidak mendasar.
4. Jenis kelamin
Laki-laki lebih cenderung dapat mengendalikan emosinya dan berpikir lebih kritis daripada perempuan, sehingga dapat memengaruhi persepsinya.
2.3 Rokok