40
C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di
Lingkungan Sitanala di Tangerang Keuskupan Agung Jakarta
Pada bagian ini akan dilaporkan hasil penelitian dan pembahasannya yang akan disajikan secara berurutan bertitik tolak pada tabel variabel penelitian yang
diungkap seperti tercantum pada tabel 1. Jumlah responden yang penulis wawancarai sebanyak 14 orang.
Sebelumnya penulis merencanakan mewawancarai 16 orang responden. Dengan demikian, ada pengurangan 2 orang dari yang direncanakan sebelumnya. Adapun
perincian identitas responden tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Identitas Responden
N = 14 Keterangan Jumlah
Prosentase Jenis Kelamin
Laki-laki RL = 1-7
Perempuan RP = 1-7
7 7
50 50
Jumlah 14 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah total responden yang diwawancarai berjumlah 14 orang. Mereka merupakan umat mantan penderita
kusta yang berdomisili di lingkungan Sitanala di Tangerang. Responden laki-laki RL berjumlah 7 orang 50. Responden perempuan RP berjumlah 7 orang
50 setengah dari jumlah total responden.
41
Tabel 3 Usia Responden
N = 14 Keterangan Usia
Jenis Kelamin
Laki-laki RL = 1-7 Perempuan RP = 1-7
± 46 th - 79 th
± 48 th - 72 th. Dalam prosesnya, ada responden yang diwawancarai secara bersama dan
ada juga yang diwawancarai secara individu. Responden yang diwawancarai bersama ada 4 pasang yaitu suami istri. Sedangkan 7 responden lainnya
diwawancarai sendiri-sendiri di rumah responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada tanggal 1 – 14 Maret 2015. Jumlah responden yang
diwawancarai adalah 14 orang mantan penderita kusta dari rencana awal 16 orang, 2 orang diantaranya sudah meninggal dunia. Penulis melaksanakan
wawancara dengan berkunjung ke rumah-rumah responden secara bergiliran. Durasi wawancara ± 10 menit – 25 menit. Mata pencaharian responden mayoritas
membuka usaha mandiri di rumahnya. Sebagian kecil dari mereka bekerja sebagai tukang sapu jalan dan ibu rumah tangga.
Pada bagian ini akan disampaikan laporan hasil penelitian pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang menurut urutan
pertanyaan wawancara terstruktur berdasarkan variabel-variabel penelitian yang diungkap.
42
1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Variabel ini mencakup beberapa pertanyaan yang berfungsi untuk mendapatkan gambaran bagaimana pembinaan iman mantan penderita kusta di
lingkungan Sitanala di Tangerang Keuskupan Agung Jakarta dilaksanakan. a. Frekuensi Kehadiran Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman di
Lingkungan Sitanala Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang kehadiran
peserta dalam pembinaan iman, RL 3 yang didukung oleh RL 4; RL 5; RL 6; RL 7; RP 6; RP 7 menjawab hampir selalu datang dalam pelaksanaan pembinaan
iman di lingkungan Sitanala. Namun sebagian kecil responden mengungkapkan tidak aktif karena adanya faktor cuaca dan kondisi kesehatan yang tidak
mendukung responden untuk hadir dalam pembinaan iman.
b. Ketercapaian Tujuan Pembinaan Iman Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang ketercapaian
tujuan pembinaan iman, RL 1 yang dikuatkan oleh RL 2; RL 6; RL 7; RP 3; RP 6 dan RP 7 menangkap tujuan pembinaan iman yakni semakin meresapi arti
pengalaman sehari-hari, bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran Allah dalam kenyataan hidup sehari-hari. Responden semakin berkembang
imannya, berharap mengamalkan cinta kasih, perhatian, persaudaraan dan makin diteguhkan imannya. Sedangkan sebagian responden yang lain menjawab tujuan
dari pembinaan iman ini membantu responden untuk lebih peduli, menghargai, dan menghormati satu sama lain sehingga responden sanggup memberikan
43 kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat. Pada umumnya
responden mengatakan tujuan dari pembinaan iman di lingkungan Sitanala di Tangerang secara keseluruhan tercapai.
c. Relevansi Tujuan dengan Kebutuhan Hidup Peserta Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan mengenai relevansi
tujuan pembinaan iman dengan kebutuhan hidup peserta, menurut RL 1 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 tujuan pembinaan iman adalah dapat membantu responden
dalam pembaharuan hidupnya dan perkembangan imannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan demikian hubungan antar responden semakin
diteguhkan. Namun untuk mantan penderita kusta tujuan yang relevan dengan kebutuhan sehari-harinya adalah suatu perhatian dan kepedulian dari pembina
maupun umat lain sehingga tujuan pembinaan iman ini dapat membantu responden menjadi lebih percaya diri, tidak putus asa dan tidak minder
. Proses
pembinaan iman ini telah dipahami oleh responden sebagai dorongan untuk semakin menguatkan dan mengembangkan hidup berimannya.
Namun tidak hanya diresapkan saja tetapi juga diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari
dalam menjalin relasi dengan keluarga bahkan masyarakat sekitar.
d. Proses Pelaksanaan Pembinaan Iman di Lingkungan Sitanala Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan mengenai proses,
sebagian besar responden menjawab bahwa prosesnya diawali dengan doa yang kemudian dilanjutkan pembacaan Kitab Suci. Bacaan Kitab Suci yang didengar
44 selanjutnya dibahas dan disharingkan. Sedangkan sebagian kecil menjawab
adanya tanya jawab saat pembahasan Kitab Suci. Namun secara keseluruhan proses pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala dari awal hingga saat
ini tidak ada kesulitan sehingga dapat berjalan dengan baik.
e. Sarana dalam Pembinaan Iman Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kelima,
sarana pembinaan iman di lingkungan Sitanala dirasakan belum cukup sehingga
pembinaan iman terkesan monoton dan membosankan. Hal ini disebabkan karena pembina kurang kreatif untuk menggunakan sarana lain yang bisa digunakan
seperti Audio Visual. RL 1 yang didukung oleh jawaban RL 2 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 mengungkapkan bahwa sarana yang digunakan hanya mencakup lilin, salib,
Kitab Suci serta pendukung lainnya seperti patung, rosario, lingkaran adven untuk masa-masa liturgi tertentu sehingga sarana dalam pelaksanaan pembinaan iman
hanya begitu-begitu saja.
f. Metode dalam Pembinaan Iman
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang metode dalam pembinaan iman, metode yang digunakan cukup menarik tetapi kurang kreatif
sehingga kadang terasa membosankan. RL 1 yang dikuatkan oleh jawaban RL 2 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah sharing
dan tanya jawab. Responden mengungkapkan pembinaan iman terasa
45 membosankan karena hanya sharing dan tanya jawab tanpa ada metode yang lain
seperti bercerita, menonton, diskusi dll.
2. Partisipasi Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman
Partisipasi mantan penderita kusta dalam pembinaan iman ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan peserta dalam pembinaan iman di lingkungan
Sitanala Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan mengenai partisipasi
mantan penderita kusta dalam pembinaan iman ini, secara umum keterlibatan responden menurut jawaban RL 1 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 hanya sebagai peserta.
Alasan responden tidak terlibat aktif secara langsung dalam tugas-tugas yang ada karena kondisi fisik dan penglihatan yang tidak memungkinkan. Namun rasa
minder dan kurang percaya diri yang masih menjadi sebab utama responden tidak mau terlibat dalam melaksanakan tugas yang lain tertentu dalam pembinaan iman
selain menjadi peserta.
3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Variabel ini berfungsi untuk mengetahui manfaat yang dialami oleh mantan penderita kusta setelah mengikuti pembinaan iman. Usaha tersebut dilihat
dari segi tanggapan mantan penderita kusta tentang manfaat pembinaan iman. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang manfaat
pembinaan iman, RL 2 yang didukung jawaban oleh RL 3; RL 5; RL 7 dan RP 1 – RP 7 mengatakan bahwa pembinaan iman di lingkungan Sitanala cukup