63 menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan
bersifat terbuka dan objektif. Sikap pembimbing perlu ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka pada latar belakang keadaan dan permasalahan peserta Sumarno
Ds, 2012:19.
b. Langkah II : Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual Tujuan dari langkah ini mengajak peserta untuk memperdalam saat
refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup. Refleksi ini membantu peserta untuk menggali secara lebih dalam pemahaman
mereka yang tindakannya meliputi alasan, minat, asumsi, ideologi segi pemahamannya, sumber-sumber historis segi kenangannya, konsekuensi
historis yang diharapkan dan dibayangkan segi imajinasinya. Dalam langkah ini, pendamping bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pertemuan yang
menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sambung saran peserta dan mengundang refleksi kritis setiap peserta. Selain itu pendamping mampu
mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta,
mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan
apa yang dirahasiakan peserta. Pendamping perlu menyadari kondisi peserta lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya Sumarno Ds, 2012:20.
64 c. Langkah III : Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau Langkah ini, bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan
Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Tradisi
mengungkapkan tanggapan iman jemaat Kristiani sepanjang sejarah perwahyuan ilahi, seperti terungkap dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi,
spiritulitas, devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Visi kristiani mengungkapkan janji dan tanggung jawab yang berasal
dari Tradisi yang bertujuan untuk mendorong jemaat beriman supaya berpartisispasi di dalam menengakkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
tengah-tengah kehidupan manusia. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan perwahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan
karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas perwahyuan tersebut. Sifat perwahyuan ilahi: dialogal, dan menyejarah Sumarno Ds,
2012:20. Pembimbing perlu menghormati Tradisi dan Visi Kristiani sebagai yang
otentik dan normatif. Cara dan isi tafsiran bertujuan untuk memberikan informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani menjadi miliknya
serta dapat menggunakan metode yang tepat. Selain itu, pembimbing bersikap tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran. Pembimbing harus
mengikutsertakan kesaksian iman, harapan dan hidupnya sendiri dalam memberikan tafsiran sehingga harus membuat persiapan yang matang Sumarno
Ds, 2012:21.
65 d. Langkah IV : InterpretasiTafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani
dengan Tradisi dan Visi Peserta Pada langkah keempat ini peserta diajak untuk mendialogkan hasil
pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi dan pokok langkah ketiga. Dialog peserta mempertanyakan bagaimana nilai-nilai Tradisi dan
Visi Kristiani meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan, dan mengundang mereka untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan semangat, nilai
dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah. Tujuan dalam langkah ini adalah mangajak peserta untuk menemukan dirinya
sendiri nilai hidup yang hendak digaris bawahi. Di satu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi Kristiani,
dilain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi Kristiani. Peran pendamping yaitu menghormati kebebasan dan hasil penegasan
peserta termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing. Selain itu meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman
hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani. Pendamping mampu mendorong peserta untuk merubah sikap dari pendengar pasif menjadi
pihak yang aktif. Selanjutnya, mampu mendengar dengan hati tanggapan, pendapat dan pemikiran peserta Sumarno Ds, 2012:22.
e. Langkah V : Keputusan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ini
Pada langkah ini, pembimbing mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan
66 Allah yang terus berlangsung dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja dan
visi Kristiani. Peran seorang pembimbing dalam langkah kelima ini yaitu menyadari hakikat praktis, inovatif dan transformatif. Pembimbing mampu
merumuskan pertanyaan yang operasional serta menekankan sikap optimis yang realistis pada peserta. Selanjutnya pembimbing dapat merangkum hasil langkah
pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu peserta dan mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi maupun bersama. Pada rangkaian
penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan dan niat-niat yang sudah diungkapkan Sumarno Ds, 2012:22.
B. Alasan Pemilihan
Shared Christian Praxis SCP Sebagai Model Katekese untuk Meningkatkan Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita
Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang Pada umumnya ada beberapa model katekese yang dapat digunakan
dalam proses pembinaan iman yaitu model pengalaman hidup, model biblis, model campuran: biblis dan pengalaman hidup, model Shared Christian Praxis
SCP dan lain sebagainya. Dalam bab ini penulis menawarkan katekese model Shared Christian Praxis SCP yang menekankan proses berkatekese bersifat
dialogal dan partisipasif yang dimaksudkan untuk mendorong peserta lebih aktif secara pribadi maupun bersama dan saling meneguhkan satu sama lain.
Heryatno 1997:1 menyadur pandangan Thomas H. Groome yang menyatakan
bahwa katekese model Shared Christian Praxis SCP ini bermula dari pengalaman hidup peserta, yang direfleksikan secara kritis dan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani supaya muncul sikap
67 dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Dalam Shared
Christian Praxis SCP peserta dapat mengungkapkan pengalaman hidupnya berdasarkan situasi konkret yang dialaminya. Katekese model ini berpusat pada
kehidupan konkret peserta. Pengalaman konkrit peserta sebagai titik tolak dari sharing sehingga peserta semakin menyadari dan mampu menemukan nilai-nilai
dari pengalaman iman hidupnya. Peserta sebagai subjek yang terbuka dan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pengalamannya. Sharing yang terjadi
tidak hanya dialog antar peserta dan pendamping, melainkan antar peserta itu sendiri. Sehingga katekese ini bersifat dua arah.
Model ini merupakan salah satu contoh katekese yang cocok digunakan mantan penderita kusta untuk membantu mereka meningkatkan mutu dan kualitas
pelaksanaan pembinaan iman. Banyak sarana dan media yang dapat digunakan untuk membantu peserta mempermudah menghayati segala kesaksiannya. Model
ini bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta yang menjadi dasar untuk direfleksikan dan diteguhkan melalui bacaan Kitab Suci. Peserta yang diajak
untuk berani mengungkapkan pengalaman hidupnya. Dalam kenyataan, mantan penderita kusta mempunyai semangat untuk
ikut hadir terlibat dalam pembinaan iman di lingkungan Sitanala Tangerang, namun kegiatan pembinaan iman ini hanya dilaksanakan pada masa-masa tertentu.
Pembina yang kurang kreatif akan membuat peserta merasa bosan dan hanya monoton. Mantan penderita kusta ini perlu dukungan dan kepedulian dari umat
lain secara individu maupun bersama.
68 Bertolak dari kenyataan, Shared Christian Praxis SCP merupakan salah
satu katekese yang cocok untuk membantu mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang agar semakin dikuatkan dan diteguhkan imannya. Selain itu,
umat lingkungan semakin peduli terhadap mantan penderita kusta dan saling menghargai antar umat satu dengan yang lain. Pembina diajak untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pelaksanaan pembinaan iman yang ada menjadi lebih kreatif dan berwarna sehingga peserta tidak merasakan bosan namun lebih
menarik peserta untuk semakin terlibat. Dengan proses yang menarik diharapkan peserta mampu terbantu menjadi lebih percaya diri, tidak putus asa dan tidak
minder untuk ikut terlibat.
C. Usulan Program
1. Pengertian Program
Program adalah landasan untuk menentukan tema dan sub tema dengan isi serta urutan-urutan rencana yang akan dilaksanakan. Selain itu, pembina
menyusun langkah-langkah konkret pelaksanaan yang meliputi waktu, analisa langkah, ringkasan hasil dan penanggung jawab. Pada dasarnya, program
menyangkut keseluruhan rangkaian kegiatan pembinaan iman. Dengan demikian, perencanaan yang sistematis dan terarah dapat membantu pembina untuk
memudahkan suatu proses yang akan dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan Suhardiyanto, 2010:4.
69
2. Tujuan Program
Tujuan dari program ini adalah untuk membantu meningkatkan mutu dan kualitas pembinaan iman di lingkungan Sitanala Tangerang agar pelaksanaan
pembinaan iman semakin menarik dan memudahkan umat menghayati pengalaman hidupnya. Selain itu, umat semakin tergerak untuk lebih peduli,
menghargai dan menghormati khususnya mantan penderita kusta. Penulis berharap supaya mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala semakin
menguatkan dan meneguhkan satu sama lain sehingga menjadi percaya diri, tidak minder dan tidak putus asa.
3. Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok yang dituju dalam program ini adalah untuk mantan penderita kusta dan umat di lingkungan Sitanala Tangerang agar semakin peduli
dan menghargai satu sama lain. Selain itu, mantan penderita kusta semakin merasakan sapaan dan sentuhan dari umat lain yang tidak mengalami sakit kusta.
4. Rumusan Tema dan Tujuan
Tema Umum : Menghayati Penderitaan Kristus
Tujuan : Bersama pembimbing, peserta semakin mampu menjadi
pribadi beriman sejati akan Yesus Kristus, sehingga dari pengalaman sakit kusta tetap membuat peserta menjadi
percaya diri, tidak putus asa. Subtema I
: Kristus Rela Menderita Demi Umat Manusia
70 Tujuan
: Bersama-sama pembimbing, peserta semakin menyadari arti penderitaan Kristus yang rela menderita bagi orang
lain. Subtema II
: Penderitaan Kristus Menjadi Sumber Kekuatan. Tujuan
: Bersama pembimbing, peserta menyadari penderitaan Kristus yang menjadi kekuatan bagi jiwa manusia
sehingga semakin berani melawan rasa kurang percaya diri dan takut.
Subtema III : Penderitaan Kristus sebagai Penggerak dan Inspirasi
Mantan Penderita Kusta Tujuan
: Bersama pembimbing, peserta mampu menyadari penderitaan Kristus yang memberikan dorongan untuk
semakin berani berkembang dalam iman guna mewujudkan kepedulian kepada sesama.
Subtema IV : Kristus Menderita karena Cinta Kasih-Nya kepada
Umat Manusia Tujuan
: Bersama pembimbing, peserta mampu menghayati penderitaan Kristus dan menjadi pewarta cinta kasih Allah
dalam setiap kehidupan umat sehari-hari.
71
4. Matriks
Tema : Menghayati Penderitaan Kristus
Tujuan : Bersama pembimbing, peserta semakin mampu menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan sejati akan Yesus Kristus
dalam setiap penderitaan. Dengan demikian peserta mampu meneladani pribadi Yesus Kristus dalam menghayati penderitaannya.
No. Sub Tema
Tujuan Uraian Materi
Metode Sarana
Sumber Bahan
1 Kristus Rela
Menderita demi Umat Manusia
Bersama-sama pembimbing, peserta semakin menyadari
arti penderitaan Kristus yang rela menderita bagi
orang lain - Penderitaan Arision
Harlim demi menghidupi keluarganya
- Perikop Injil Yoh16:29-33. Penderitaan Yesus yang
rela menderita bagi orang lain.
- Informasi - Tanya
jawab - Sharing
- Refleksi - Film “Kulalui
Penderitaan, Kutemukan
Kegembiraan Bersama”
- Laptop - LCD
- Speaker - Perikop Injil
- Lilin dan salib - Madah Bakti
- Yoh 16:29-33 - Hadiwiyata,
A.S. 2007. Tafsir Injil
Yohanes. Yogyakarta:
Kanisius. Hal: 233
2 Penderitaan Kristus Menjadi
Sumber Kekuatan.
Bersama pembimbing, peserta menyadari
penderitaan Kristus yang menjadi kekuatan bagi jiwa
manusia sehingga semakin - Tuhan akan datang
memberikan kekuatan untuk bangkit dan
mencoba mengatasi masalah
- Perikop Injil Yoh 14:1-12. - Sharing
- Refleksi -Tanya jawab
- Informasi - Perikop Injil
- Film “Dalam Yesus
Kekuatanku” - Lilin dan salib
- Yoh 14: 1-12 - Bergant, Dianne
dan Robbert J Karris 2002.
Tafsir Alkitab 71