45 membosankan karena hanya sharing dan tanya jawab tanpa ada metode yang lain
seperti bercerita, menonton, diskusi dll.
2. Partisipasi Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman
Partisipasi mantan penderita kusta dalam pembinaan iman ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan peserta dalam pembinaan iman di lingkungan
Sitanala Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan mengenai partisipasi
mantan penderita kusta dalam pembinaan iman ini, secara umum keterlibatan responden menurut jawaban RL 1 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 hanya sebagai peserta.
Alasan responden tidak terlibat aktif secara langsung dalam tugas-tugas yang ada karena kondisi fisik dan penglihatan yang tidak memungkinkan. Namun rasa
minder dan kurang percaya diri yang masih menjadi sebab utama responden tidak mau terlibat dalam melaksanakan tugas yang lain tertentu dalam pembinaan iman
selain menjadi peserta.
3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Variabel ini berfungsi untuk mengetahui manfaat yang dialami oleh mantan penderita kusta setelah mengikuti pembinaan iman. Usaha tersebut dilihat
dari segi tanggapan mantan penderita kusta tentang manfaat pembinaan iman. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang manfaat
pembinaan iman, RL 2 yang didukung jawaban oleh RL 3; RL 5; RL 7 dan RP 1 – RP 7 mengatakan bahwa pembinaan iman di lingkungan Sitanala cukup
46 bermanfaat karena mereka merasa tidak sendirian. Berkat pembinaan iman
mereka saling meneguhkan dan menyemangati satu sama lain. Ada pula sebagian kecil responden yang semakin percaya akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan
mereka sehingga mereka menjadi lebih percaya diri dan berani. Dari berbagai manfaat yang dialami responden, pembinaan iman ini mendorong mereka agar
lebih semangat untuk bangkit menjalani kehidupan dalam keluarga maupun bermasyarakat.
4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan
Iman Variabel ini berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala di Tangerang Keuskupan Agung Jakarta.
a. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman di Lingkungan Sitanala
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang faktor-faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman, menurut jawaban RL 2; RL 3; RL 4;
RL 6; RL 7; RP 6; RP 7 faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman adalah adanya kesadaran dari diri sendiri. Pembinaan iman sangat dibutuhkan untuk
membantu responden dalam menghayati, mendalami dan mengembangkan iman hidupnya sehingga niat dari pribadi responden sangat tinggi. Sebagian kecil
responden terdorong untuk mengikuti pembinaan iman karena adanya kepedulian dari sesama umat yang saling mengingatkan dan juga untuk memberikan contoh
kepada anak dan cucunya sehingga pembinaan iman dapat terlaksana dengan baik.
47 b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman di Lingkungan
Sitanala Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang faktor-faktor
penghambat pembinaan iman, menurut jawaban RL 1 – RL 7 dan RP 1 – RP 7 faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman pada umumnya adalah kesehatan
karena keadaan fisik para responden yang kurang sempurna. Selain itu para responden merasa malas karena cuaca yang tidak mendukung dan minimnya biaya
untuk transportasi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
di Lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian tentang
pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta. Dalam pembahasan ini penulis membaginya sesuai
dengan urutan variabel penelitian yang telah diuraikan di atas dan disusun dengan dukungan berbagai sumber serta pemahaman dari penulis sendiri.
1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Pembinaan iman mantan penderita kusta secara umum terlaksana dengan baik karena didukung oleh keterlibatan peserta, tujuan yang relevan, proses yang
lancar, sarana dan metode. a. Dari Segi Peserta
Para peserta yang dimaksudkan disini adalah para mantan penderita kusta yang ada di lingkungan Sitanala di Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap pertanyaan pertama, pada mulanya kehadiran peserta pada pelaksanaan
48 pembinaan iman mantan penderita kusta hampir selalu datang. Namun seiring
berjalannya waktu ada beberapa peserta yang mulai tidak aktif karena kondisi kesehatan yang sudah tidak kuat. Kendati demikian, pembinaan iman yang
dilaksanakan mempunyai pengaruh yang cukup positif terhadap perkembangan iman mereka. Hal ini dapat dilihat dari semangat mantan penderita kusta dalam
hidupnya meski sudah tidak aktif mengikuti pembinaan iman. Ada sebagian kecil peserta yang tidak datang disebabkan kondisi jarak tempuh yang jauh menuju
tempat dilaksanakannya pembinaan iman dan tidak memungkinkan untuk berjalan jauh.
Berdasarkan pengalaman yang penulis lihat, peserta pembinaan iman di lingkungan Sitanala ini yaitu mantan penderita kusta dan umat lainnya. Mantan
penderita kusta sebenarnya lebih membutuhkan pendekatan secara pribadi yang berupa perhatian khusus agar bisa merasakan kasih sayang dan sapaan yang
mendalam. Namun masih cukup memprihatinkan bagi mereka yang rajin mengikuti pelaksanaan pembinaan iman karena hanya dilaksanakan pada saat-saat
tertentu saja yakni Masa Adven, Masa Prapaskah, Bulan Rosario dan doa-doa tertentu.
Mereka sangat mengharapkan pembinaan iman yang secara rutin dilaksanakan seminggu sekali di lingkungan Sitanala. Pembinaan iman ini
memenuhi kebutuhan mereka untuk semakin dekat menjalin relasi dengan sesama sehingga mereka merasa diterima, dihargai dan diperhatikan. Dengan demikian,
pertemuan pembinaan iman dan komunikasi iman umat yang kontinu dapat memperdalam hubungan inter-relasi atau hubungan pribadi antar pribadi
Sarjumunarsa, 1985: 53.
49 b. Dari Segi Tujuan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kedua, secara umun tujuan dari pembinaan iman ini dapat tercapai karena makna yang didapat dari
pembinaan iman dapat diterapkan oleh peserta dalam hidup sehari-hari secara pribadi dan bersama.
Pembinaan iman mempunyai tujuan membantu umat supaya hidup beriman mereka semakin berkembang dengan membuka diri akan
kehadiran Allah di tengah-tengah mereka sebagai sebuah pertobatan. Dari hari ke hari mereka diharapkan semakin menghayati pengalaman hidupnya menurut
semangat dan teladan Yesus Kristus. Umat beriman mengalami dan menyadari seluruh pengalaman hidupnya ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus
untuk mengantar mereka kepada Allah Bapa. Umat beriman tidak diselamatkan sendiri-sendiri namun dipanggil selaku anggota umat. Akan tetapi disadari pula
bahwa upaya untuk memperkembangkan iman bukan merupakan usaha manusia semata melainkan berkat rahmat dan bantuan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang
membimbing dan berkarya di dalam hati, pikiran mendorong dan menyemangati mereka dalam upaya memperkembangkan iman mereka.
c. Dari Segi Relevansi Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan ketiga, responden
menangkap tujuan pembinaan iman dapat membantu responden dalam pembaharuan hidupnya dan perkembangan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun untuk responden tujuan pembinaan iman yang sangat relevan dengan kebutuhan sehari-harinya adalah suatu perhatian dan kepedulian dari pembina
50 maupun umat lain sehingga tujuan pembinaan iman ini dapat membantu
responden menjadi lebih percaya diri, tidak putus asa dan tidak minder .
Dalam pembinaan iman ini diharapkan adanya suatu perubahan menjadi lebih baik dari
dalam diri peserta walaupun membutuhkan suatu proses. Mereka sangat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mengalami perubahan terutama
perubahan untuk bisa menerima keadaan setelah mengalami sakit kusta bertahun- tahun sebagai bagian hidupnya. Dalam proses tersebut mantan penderita kusta
sedikit demi sedikit mengalami perubahan semakin percaya diri dan percaya kepada Tuhan sehingga apa yang didapat dari pembinaan iman sangat mengena
bagi perjalanan hidupnya. Penghayatan iman ini akan terus berkembang apabila imannya dibina secara terus menerus. Pembinaan iman yang dilaksanakan secara
khusus dan terus menerus sangat penting karena mantan penderita kusta sungguh- sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan agar semakin percaya diri dan tidak
putus asa.
d. Dari Segi Proses Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan keempat, proses
pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang belum terlaksana dengan cukup baik.
Dalam proses pembinaan iman, ada beberapa tahap yang membantu mantan penderita kusta untuk dapat menghayati imannya,
yakni diawali dengan doa pembukaan. Doa menghantar mereka untuk masuk dalam diri dan menjalin relasi dengan Tuhan. Kedua bertolak dari suatu topik
yang sudah direncanakan oleh pendamping. Peserta mendengarkan bacaan Kitab
51 Suci dan merenungkan Sabda Tuhan. Sabda Tuhan yang sudah direnungkan dan
dibahas membantu mereka untuk menghayati imannya dan memahami ajaran Tuhan melalui Kitab Suci. Dengan adanya pembahasan Kitab Suci peserta dapat
saling tanya jawab dan sharing akan pengalaman hidupnya. Menurut penulis, proses pembinaan iman yang terjadi di lingkungan
Sitanala kurang menyentuh pribadi peserta karena sharing pengalaman bertitik tolak dari bacaan Kitab Suci sehingga sulit untuk meneguhkan pengalaman
imannya. Sharing pengalaman yang bertitik tolak pada topik yang sudah ditentukan lebih membantu peserta untuk mempermudah mengungkapkan
kesaksian hidup yang pernah dialaminya kemudian sharing peserta diteguhkan dari bacaan Kitab Suci. Bacaan Kitab Suci ini menjadi dasar untuk meneguhkan
dan menyemangati peserta dalam mengembangkan iman mereka. Namun secara umum dalam proses pembinaan iman yang sudah terlaksana, peserta sudah cukup
dibantu untuk menghayati imannya dengan lebih baik. Tetapi di sisi lain dalam proses pembinaan iman ini seringkali terhambat oleh kesibukan kerja dan
berbagai macam kegiatan lain dari pembina dan juga kurang kratif. Hal ini disebabkan proses pelaksanaan pembinaan iman masih didominasi oleh katekis.
e. Dari Segi Sarana Pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala di
Tangerang terkesan monoton dan membosankan. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena pembina kurang kreatif untuk menggunakan sarana lain yang
bisa digunakan seperti Audio Visual misalnya: sound-slide, film, pita radio,
52 gambar, poster, foto, kaset cerita, dan musik. Audio Visual ini dapat
menyampaikan sesuatu dengan lebih mengena daripada uraian tertulis. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kelima, sarana yang ada
hanya lilin, salib, rosario, Kitab Suci, patung, lingkaran Adven. Kendati sarana Audio Visual belum begitu lengkap namun peserta berusaha untuk tetap
mengikuti pembinaan iman yang diadakan di lingkungan Sitanala. Sarana dalam pembinaan iman mempunyai peranan yang juga cukup penting karena sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan dalam suatu kegiatan. Dengan menggunakan sarana, peserta lebih
mudah untuk memahami apa yang diberikan pembina dalam proses pembinaan iman.
f. Dari Segi Metode
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan keenam, metode yang sering digunakan dalam pembinaan iman di lingkungan Sitanala di Tangerang
adalah sharing dan tanya jawab. Berdasarkan hasil penelitian tersebut secara umum metode yang digunakan belum cukup memadai untuk pembinaan iman
yang hidup dan menarik. Hal ini disebabkan karena kurangnya metode yang dimiliki oleh pembina misalnya bercerita atau menonton film. Selain itu
terbatasnya buku-buku petunjuk yang dapat membantu pembina untuk mengembangkan keterampilan terutama keterampilan untuk mengembangkan
metode-metode agar pembinaan iman mantan penderita kusta menjadi lebih hidup