Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Lingkungan Industri Batik di Surakarta

65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Lingkungan Industri Batik di Surakarta Sejarah perbatikan di Indonesia telah di kenal sejak pada masa kerajaan Majapahit dan pada masa penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Namun beberapa catatan menyebutkan, bahwa pengembangan batik banyak di lakukan pada masa kerajaan Mataram dan kemudian berlanjut pada masa Kerajaan Solo dan Yogyakarta. Dari sini seni batik berkembang luas ke beberapa daerah. Penyebaran ke arah barat antara lain adalah, Pekalongan, Banyumas, Tegal, Cirebon, Tasikmalaya hingga Jakarta. Sedangkan penyebaran ke arah timur adalah, Kudus, Lasem, Ponorogo, Mojokerto, Jombang hingga Madura. Pada awalnya, batik merupakan kebudayaan para raja sehingga hanya diproduksi secara terbatas dan hanya dipergunakan di lingkungkan keraton saja. Namun dalam perkembangannya kemudian, kesenian batik tidak hanya didominasi oleh kalangan raja saja, tapi telah menjadi milik rakyat umum. Khususnya bagi rakyat Jawa pada periode akhir abad ke-18 atau sekitar awal abad ke- 19. Pada kurun waktu tersebut kain batik mulai diproduksi secara massif sebagai komoditas industri rakyat dan diperjualbelikan dalam pasaran bebas. Proses produksi batik pada periode tersebut dilakukan 66 secara manual yang kemudian populer disebut batik tulis. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan antar negara pada periode 1920-an, industri batik tradisional mulai mengalami pergeseran dalam pola produksinya. Terutama akibat pengaruh masuknya obat-obat pewarna dan teknik batik cap yang diperkenalkan oleh para pedagang asal Cina di tanah air. Di kota Surakarta sendiri batik sudah menjadi ikon kota tersebut. Berbagi symbol tentang batik juga banyak dijumpai diberbagai sudut kota, hal ini dibuktikan dengan adanya patung perempuan tua yang sedang membatik disudut jalan Slamet Riyadi, ada juga monumen batik yang berisi koleksi antik batik dari masa ke masa. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian + 92 m dari permukaan laut, Solo berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah kota Surakarta mencapai 44,06km 2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu: kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61,68. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang luas sebesar 20 dari luas lahan yang ada. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Jogjakarta. 67 Batik diwilayah Surakarta berkembang pesat karena didukung sejarah kota tersebut sebagai kota budaya, adanya kraton juga makin menguatkan hubungan batik dengan kota tersebut semakin lekat. Banyak warga masyarakat solo yang menggantungkan hidupnya dari batik, ada yang menekuni profesi sebagai pembatik, penjahit, maupun pedagang batik. Sentra indusri batik di Surakarta terdapat disekitar kawasan kraton Solo, didaerah tersebut terdapat pasar Klewer yang menjadi muara para pengrajin batik memasarkan produknya, ada juga Pusat Grosir Solo yang melayani eceran dan juga grosir bagi pedagang daerah lain yang ingin belanja batik. Sementara kawasan Beteng menjadi sentra kain batik, banyak UKM batik yang membeli kain batik kemudian dijahit untuk dijadikan pakaian jadi. Disekeliling kawasan tersebut juga terdapat beberapa rumah sekaligus sebagai showroom yang dijadikan tempat untuk memproduksi menjual batik seperti Kampoeng Batik Kauman. 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden