Santrock 2007 membagi motivasi intrinsik menjadi 2 bagian, yaitu:
1 Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri. Dalam pengertian ini, murid melakukan sesuatu
karena kemauan
sendiri, bukan
karena penghargaan atau imbalan eksternal. Motivasi
intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai peluang untuk bertanggung jawab
secara personal dalam proses pembelajaran. 2 Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman nyata.
Pengalaman nyata terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan
suatu aktivitas serta terlibat dalam suatu kegiatan yang memacu semangat mereka.
3. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
Siswa yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang melekat pada diri siswa tersebut. Ciri-ciri siswa yang termotivasi
antara lain tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin
meningkat, ulet dalam menyelesaikan tugas, tekun belajar, menunjukan minat, selalu memperhatikan, semangat dan adanya
keinginan untuk berhasil.
Sardiman 2007 mengemukakan motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas; b. Ulet menghadapi kesulitan;
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; d. Lebih senang bekerja mandiri;
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; f. Dapat mempertahankan pendapatnya;
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Nana Sudjana 2007 berpendapat motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya;
c. Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya;
d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang tugas yang diberikan.
4. Mengukur Motivasi Siswa
Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis Mardapi, 2008.
Obyek- obyek yang terdapat dialam semesta ini memiliki karakteristik yang dapat diukur. Pengukuran terhadap suatu obyek
dilakukan dengan memberikan angka atau nilai terhadap obyek yang diukur. Pengukuran yang terjadi di dalam dunia pendidikan
tidak hanya terjadi pada ranah kognitif tetapi juga pada ranah afektif.
Pengukuran pada ranah kognitif meliputi pengukuran pengetahuan, pemahaman, keterampilan intelektual dan lain- lain.
Pengukuran yang dilakukan pada ranah afektif meliputi pengukuran sikap, nilai moral emosi dan lain- lain Mardapi,
2008. Pengukuran motivasi termasuk pengukuran dalam ranah afektif. Ketika mengukur motivasi maka yang dapat kita ukur
adalah sikap atau tingkah laku. Dweck dalam Lefrancois, 2000 berkata “motives are the causes of all our goal- directed activity”,
sedangkan Lefrancois berkata “Motives are also reason for behavior, in the sense that reasons are axplanations”, dari kedua
kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berhubungan dengan sikap, motivasi adalah sesuatu yang dapat
memengaruhi sikap kita, motivasi adalah alasan dari sebuah sikap atau tingkah laku tertentu yang kita lakukan.
E. Prestasi Belajar