Biaya Hubungan Antar Jenis Biaya Kualitas

13 Biaya pengendalian ini dapat dibagi menjadi: 1 Biaya Pencegahan Prevention Cost Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah produk rusak dalam proses produksi. Biaya pencegahan meliputi: a Teknik dan perancangan kualitas b Program pelatihan kualitas c Perencanaan kualitas d Laporan kualitas e Seleksi dan evaluasi pemasok f Penelitian pasar g Tinjauan produk baru h Rancangan proses dan produk 2 Biaya Penilaian Biaya Deteksi Apprasial Cost Biaya penilaian adalah biaya yang digunakan untuk menentukan apakah produk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan untuk menentukan apakah produk sesuai dengan persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Biaya penilaian meliputi: a Pemeriksaan bahan mentah yang telah dibeli b Pemeriksaan pengepakan c Produk acceptance d Proses acceptance 14 e Evaluasi persediaan f Pemeriksaan kualitas produk g Pemeriksaan dan pengujian produk Produk acceptance menyangkut sampel uji coba barang-barang apakah diterima dan memenuhi tingkatan kualitas penerimaan. Proses acceptance melibatkan sampel barang-barang selama dalam proses pembuatan untuk meyakinkan apakah produksi barang-barang produksi tidak rusak. Tujuan biaya penilaian adalah untuk mencegah barang yang terkait sesuai dengan keinginan pelanggan yang akan dikirim. b. Biaya Kegagalan Failure Cost Biaya yang terjadi pada suatu perusahaan karena adanya suatu aktivitas kegagalan pada produk atau biaya karena aktivitas yang diwakili oleh organisasi atau pelanggannya untuk menanggapi buruknya kualitas. Biaya kegagalan ini dibagi menjadi dua 2 bagian, yaitu: 1 Biaya Kegagalan Internal Internal Failure Cost Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena barang tidak sesuai dengan persyaratan, terdeteksi sebelum 15 barang tersebut dikirim ke pihak luar pelanggan. Biaya kegagalan internal meliputi: a Sisa bahan b Pengerjaan kembali c Penggantian kerugian d Bahan untuk memperoleh bahan baku atau material e Factory contact engineering 2 Biaya Kegagalan Eksternal External Failure Cost Biaya yang terjadi karena barang gagal memenuhi tuntutan konsumen dan karena produk gagal menyesuaikan persyaratan- persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirim ke para pelanggan. Biaya kegagalan eksternal meliputi: a Biaya retur penjualan Cost sales b Biaya penanganan keluhan selama masa garansi c Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi d Pelayanan produk e Produk liability

C. Kualitas

1. Pengertian Kualitas

Sebuah produk atau jasa yang berkualitas adalah sebuah produk atau jasa yang mampu memenuhi harapan yang telah ditentukan pelanggan. Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi 16 pilihan pelanggan untuk memakai produk atau jasa tersebut atau tidak. Beberapa pengertian untuk memahami kualitas adalah sebagai berikut: “Kualitas produk dan jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau mele bihi harapan pelanggan” Hansen dan Mowen, 2009: 269. “Kualitas merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan – harapan pelanggan” Feigenbaum, 1992:7. “Kualitas merupakan kesesuaian dengan tingkat spesifikasi produk atau jasa yang memenuhi atau melebihi permintaan dan harapan pelanggan atau konsumen” Blocher, 2000: 214. Dengan demikian kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan suatu produk, produk berkualitas adalah produk yang dapat mempengaruhi, memenuhi, dan melebihi harapan pelanggankonsumen.

2. Dimensi Kualitas Produk

Menurut Hansen dan Mowen 2009: 269-271, kualitas produk atau produk yang berkualitas adalah sesuatu yang memenuhi harapan pelanggan yang mengacu pada delapan 8 dimensi sebagai berikut: a Performance Kinerja Performance barang mengacu sejauh mana konsistensi dari fungsi suatu barang. 17 b Estesis Keindahan Bentuk penampilan barang bentuk dan keindahannya termasuk penampilan, fasilitas, peralatan, karyawan. Kualitas suatu produk dilihat dari penampilannya daya tarik produk terhadap panca indra. c Serviceability Kemampuan Layanan Mengukur kemudahan-kemudahan dalam mempertahankan dan menyediakan barang. d Features = service after sale Ciri-ciri khas kualitas dari desain Features berhubungan dengan sifat-sifat produk yang membedakan secara fungsional dengan produk-produk sejenis. Kualitas desain yang lebih tinggi biasanya untuk biaya pembuatan yang lebih tinggi dan harga penjualan yang lebih tinggi. Kualitas membantu perusahaan dalam menentukan pasarannya. e Reliability Kepercayaan keandalan Kemampuan produk dalam memberikan fungsi yang diinginkan selama beberapa waktu tertentu. f Durability Keawetan daya tahan Durability berkaitan dengan lamanya produk memberikan fungsinya atau berapa lama suatu produk dapat digunakan dengan kata lain keawetan produk. 18 g Conformance = Quality of conformance Kesesuaian kualitas Conformance yaitu ukuran bagaimana produk memberikan kekhususannya, atau spesifikasinya. h Fitness for use Kesesuaian kegunaan Fitness for use adalah kesesuaian produk dengan fungsi-fungsi yang sudah disebutkan. Ketidakpercayaan produk sering merupakan akibat dari kegagalan kesesuaian.

3. Jenis Kualitas Produk

Menurut Supriyono 1994: 377, terdapat dua jenis kualitas suatu produk yang diakui, yaitu sebagai berikut : a. Kualitas Rancangan Quality of Design Kualitas rancangan suatu produk merupakan suatu fungsi berbagai spesifikasi produk. Tingginya kualitas rancangan dapat dilihat dari tingginya biaya pemanufakturan dan tingginya harga jual. Kualitas desain harus dipenuhi karena desain yang bagus merupakan daya tarik bagi konsumen. Misalnya, kualitas desain dari sebuah topi, produk topi tersebut mempunyai bentuk yang khas dan berbeda dari produk topi yang lain, bahannya tahan air, tidak mudah rusak, gambar dan warnanya menarik, dan sebagainya. b. Kualitas Kesesuaian Quality of Conformance Kualitas kesesuaian adalah hal suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. 19 Suatu produk atau jasa dapat dikatakan cocok digunakan apabila suatu produk dapat memenuhi semua spesifikasi rancangan. Kualitas kesesuaian harus dipenuhi karena mencakup fungsi, daya tahan, dan kecocokan seperti apa yang diharapkan konsumen. Misalnya kualitas kesesuaian sebuah produk topi yang cocok untuk berbagai acara baik acara formal maupun acara nonformal, cocok untuk semua kalangan mulai dari anak- anak, orang dewasa, dan orang tua sehingga tidak malu untuk membeli dan memakainya.

4. Perlunya Pengawasan Kualitas Produk atau Jasa

Menurut Sukanto 1997: 394, dewasa ini perusahaan dalam usahanya untuk menjamin kualitas produk atau jasa yang dihasilkan membutuhkan suatu pengawasan produk atau jasa yang dihasilkannya. Pengawasan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan membutuhkan suatu tim kerja yang sering disebut dengan gugus kendali mutu Quality Control Circles yang mempunyai tugas untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan kerja para karyawan yang memproduksi produk atau jasa tersebut. Perusahaan mengharapkan dengan adanya gugus kendali mutu Quality Control Circles dapat memberikan hasil berkurangnya kerusakan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan perbaikan 20 produk atau jasa yang mengalami kerusakan. Selain itu perusahaan juga mengharapkan adanya peningkatan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sehingga kepuasan konsumen atas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dapat terpenuhi. Pengawasan atau pemeriksaan terhadap kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan pada dasarnya harus dibedakan menurut aspek kualitas produk atau jasa. Apabila yang diawasi atau diperiksa produk yang dihasilkan perusahaan maka aspek kualitas yang diukur adalah: a. Spesifikasi produk, yang mencakup antara lain: bahan untuk membuat produk dan dimensi fisik produk b. Sifat-sifat dari produk, yang mencakup antara lain: fisik struktural produk, mekanis, listrik, dan besar atau kecil produk serta bentuk produk. c. Produk dapat dipasarkan, yang mencakup antara lain: rancang bangun produk dan penampilan produk yang kompetitif. d. Kinerja produk, yang mencakup antara lain: kehandalan produk dan efisiensi produk. Apabila yang diawasi dan diperiksa jasa yang dihasilkan perusahaan maka aspek kualitas yang diukur adalah: a. Spesifikasi jasa, yang mencakup antara lain: kegiatan dan deskripsi karyawan. 21 b. Sifat-sifat dari jasa, yang mencakup antara lain: intelektualitas dan keindahan perusahaan atau organisasi, dapat memperbaiki kualitas jasa dan emosi manusia. c. Jasa dapat dipasarkan, yang mencakup antara lain: kenyamanan dan daya tarik jasa yang ditawarkan perusahaan. d. Kinerja jasa, yang mencakup antara lain: jasa yang ditawarkan perusahaan dapat diandalkan dan efektif. Pengawasan atau pemeriksaan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan penting dan perlu karena memberikan hasil pada peningkatan pendapatan perusahaan.

5. Ukuran Standar Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen 2009: 270-271, standar kualitas suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan dua ukuran, yaitu: a. Standar fisik Untuk lini manajer dan personel operasi, pengukuran fisik terhadap kualitas seperti jumlah unit cacat, persentase kegagalan eksternal, kesalahan penagihan, kesalahan control dan ukuran-ukuran fisik lainnya mungkin dapat lebih berarti untuk pengukuran fisik, standar kualitasnya adalah cacat nihil atau kesalahan. Tujuannya adalah agar setiap orang melakukan pekerjaannya dengan benar sejak pertama. 22 b. Standar interim Bagi sebagian perusahaan, standar cacat-nihil zero defect merupakan tujuan jangka panjang, karena memperbaiki kualitas sampai tingkat cacat-nihil dapat memakan waktu, maka standar perbaikan tahunan harus dikembangkan. Standar kualitas interim ini mengekspresikan tujuan-tujuan kualitas untuk tahun tersebut.

D. Hubungan Antar Jenis Biaya Kualitas

Menurut Bambang 2002: 390-391, secara gasis besar, biaya pencegahan dan penilaian bersifat “sukarela” sementara biaya kegagalan internal dan eks ternal bersifat “tidak sukarela” karena perusahaan bisa dipaksa untuk membayar biaya ini. Biaya pencegahan dan penilaian disebut cost of conformance biaya kesesuaian, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk memastikan produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu, biaya kegagalan internal dan eksternal disebut cost of nonconformance biaya ketidaksesuaian. Biaya kualitas sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of nonconformance. Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang merupakan cost of nonconformance adalah dengan cara meningkatkan cost of corformance. Jika perusahaan mampu menekan biaya pengendalian maka biaya kegagalan akan menurun, dan pada akhirnya total biaya kualitas akan lebih rendah yang berdampak meningkatnya laba perusahaan. 23

E. Laba

1. Pengertian Laba

Menurut Suwarjono 2005: 453, laba adalah kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Kenaikan aset dalam suatu periode akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau didistribusikan kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham dalam bentuk bunga, pajak dan deviden tanpa mempengaruhi kebutuhan ekuitas pemegang saham semula. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang jasa.

2. Tujuan Pelaporan Laba

Menurut Suwarjono 2005: 456, laba akuntansi dengan berbagai interprestasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai: a Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi rate of return in invested capital. b Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen. c Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara. e Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik. f Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang. 24 g Dasar kompensasi dan pembagian bonus. h Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. i Dasar pembagian deviden.

3. Jenis

– Jenis Laba Menurut Soemarso 2002: 226-227, jenis-jenis laba berdasarkan perhitungan laba terdiri dari: a Laba Bruto Laba Bruto yaitu selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha. b Laba Usaha Laba Operasi Laba usaha yaitu selisih antara laba bruto dan beban usaha income from operation atau laba operasi operating income. Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. c Laba Bersih Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih net profit. Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih net loss. 25

F. Biaya Kualitas dan Laba

Konsumen pada umumnya tertarik pada produk atau jasa yang perusahaan tawarkan karena manfaat yang dapat diperoleh apabila konsumen membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan diharapkan dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen dengan menghasilkan produk atau jasa yang unik dan berkualitas sehingga konsumen mengambil keputusan untuk membeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam upaya menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas, perusahaan dituntut untuk melakukan program perbaikan kualitas secara terus menerus. Dalam usahanya melakukan program perbaikan kualitas, perusahaan menggunakan biaya kualitas. Dengan dihasilkannya produk dan jasa yang berkualitas maka nilai penjualan perusahaan akan meningkat. Penelitian ini menggunakan konsep pandangan kualitas yang dapat diterima atau AQL, dimana suatu perusahaan yang melakukan program pengendalian kualitas dilakukan dengan cara meningkatkan biaya pengendalian yang terdapat dalam perusahaan, untuk menekan biaya kegagalan agar menurun. Turunnya biaya kegagalan yang terdapat dalam perusahaan berarti program pengendalian yang dilakukan perusahaan berhasil. Dikatakan berhasil karena dengan menurunnya biaya kegagalan maka jumlah produk rusak cacat yang dihasilkan perusahaan juga menurun. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan biaya 26 tambahan dalam upaya perbaikan kualitas menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada penurunan biaya kegagalan. Titik tersebut merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang dikenal dengan biaya kualitas yang dapat diterima. Dalam konsep AQL ini, perusahaan harus mencapai titik optimal yang diharapkan agar program pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan dengan baik. Perusahaan yang mampu menghasilkan kualitas produk yang baik, maka nilai penjualan perusahaan akan meningkat. Peningkatan nilai penjualan ini akan berdampak pada peningkatan laba perusahaan.

G. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang perlakuan biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Bayu 2003 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Operasional Perusahaan Manufaktur studi kasus di Perusahaan Textile Kusumatex Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi biaya kualitas, hubungan biaya kualitas dengan laba operasional, dan pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, metode koefisien korelasi, dan metode regresi linear. 27 Hasil penelitian menunjukkan komposisi biaya kualitas terhadap total biaya kualitas dan total penjualan perusahaan cukup baik. Hasil uji koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif yang berarti penurunan biaya kualitas diikuti kenaikan laba operasional. Hasil uji regresi linear menunjukkan adanya pengaruh negatif yang berarti semakin rendah biaya kualitas maka laba operasional semakin naik. Rosalia 2013 dalam skripsinya yang berjudul “Komposisi Biaya Kualitas dan Hubungannya Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan studi kasus di PT Madubaru”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi biaya kualitas dan hubungan biaya kualitas dengan kinerja keuangan perusahaan. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode koefisien korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan komposisi biaya pengendalian lebih besar dibanding biaya kegagalan. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi product moment menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional perusahaan. 28

H. Perumusan Hipotesis

Menurut Djarwanto 1993: 183, hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Membuktikan benar atau tidaknya pernyataan sesuatu hal tersebut diperlukan adanya penelitian dan analisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional perusahaan. Terdapat elemen lain yang berkaitan dengan biaya kualitas, yaitu: 1. Pengaruh biaya pengendalian terhadap laba, jika biaya pengendalian naik maka akan meningkatkan laba dan jika biaya pengendalian turun akan menurunkan laba. 2. Pengaruh biaya kegagalan terhadap laba, jika biaya kegagalan naik maka akan menurunkan laba dan jika biaya kegagalan turun maka akan meningkatkan laba. Perusahaan yang sedang dalam tahap perkembangan dalam melakukan pengendalian kualitas akan melakukan peningkatan di kategori biaya pengendalian untuk menekan turun biaya kegagalan. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya peningkatan total biaya kualitas, dengan meningkatnya total biaya kualitas berarti perusahaan telah berhasil melakukan perbaikan kualitas produk ditandai dengan dihasilkannya produk yang berkualitas baik dan berkurangnya keluhan dari konsumen. Dengan dihasilkannya produk yang berkualitas maka akan meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk perusahaan, hal ini akan