Pengaruh Pendidikan terhadap Pemasungan Penderita Skizofrenia di

Menurut Azwar 2001 sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu obyek atau sekumpulan obyek dalam bentuk perasaan memihak favourable maupun tidak memihak unfavourable melalui proses interaksi komponen sikap yaitu kognitif pengetahuan, afektif perasaan dan konatif kecenderungan mendukung terhadap upaya pemasungan penderita skizofrenia. Sikap responden terhadap obyek, dalam hal ini pemasungan penderita skizofrenia, merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Dapat diasumsikan bahwa bersikap baik terhadap penderita skizofrenia berarti mendukung untuk kesembuhan penderita gangguan jiwa tersebut, bukan memasungnya. Sikap yang baik dari responden tergantung pada segi positif dan negatif komponen pengetahuan tentang penyakit gangguan jiwa seperti skizofrenia. Makin banyak segi positif komponen pengetahuan dan makin penting komponen itu, semakin positif pula sikap yang terbentuk. Sebaliknya semakin banyak segi negatif akan semakin negatif sikap yang terbentuk Ancok, 2002. Sikap ini juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu sudah berapa lama anggota keluarga menderita skizofrenia dan bagaimana hubungan status keluarga dengan penderita Kondriati, 2004 .

5.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemasungan Penderita Skizofrenia di

Kota Binjai Pendidikan adalah proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang memperoleh jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa Universitas Sumatera Utara manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mepunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar Notoatmodjo, 2007. Dari hasil analisis chi-square antara pendidikan responden dengan tindakan pemasungan nilai p =0,001, artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tindakan melakukan pemasungan. Karena nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan tindakan pemasungan. Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel pendidikan bukan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemasungan penderita gangguan jiwa dengan nilai p=0,8850,05. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena pendidikan yang tinggi di sekolah formal tidak menjamin pengetahuannya baik mengenai skizofrenia karena ia hanya baik pengetahuannya di bidangnya. Untuk itu perlu di tambah pengetahuan keluarga mengenai penyakit gangguan jiwa khususnya skizofrenia dan cara perawatannya serta meningkatkan penyuluhan di masyarakat untuk merubah stigma yang ada di masyarakat sehingga masyarakat siap menerima dan membantu penderita skizofrenia untuk dapat hidup kembali di tengah-tengah masyarakat dan dengan adanya penerimaan tersebut maka keluarga juga lebih terbuka tentang masalah-masalah yang dihadapinya dalam merawat penderita skizofrenia sehingga akhirnya penderita bisa di rawat bersama oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itu perlu dibentuk desa siaga sehat jiwa di kota Binjai sehingga warga di desa tersebut siap menerima kembali penderita skizofrenia. Universitas Sumatera Utara 5.4. Pengaruh Akses Pelayanan Kesehatan Jiwa terhadap Pemasungan Penderita Skizofrenia di Kota Binjai Akses ke pelayanan adalah keterlibatan responden dalam membawa penderita skizofrenia ke pelayanan kesehatan. Dari hasil analisis chi-square antara akses ke pelayanan kesehatan dengan tindakan pemasungan yang dilakukan maka diperoleh nilai p = 0,001, artinya ada hubungan yang bermakna antara akses pelayanan kesehatan jiwa dengan tindakan pemasungan yang dilakukan terhadap penderita Skizofrenia. Responden yang kurang aktif membawa penderita Skizofrenia ke layanan kesehatan kemungkinan dapat melakukan pemasungan dibandingkan dengan responden yang aktif membawa penderita Skizofrenia ke Pelayanan kesehatan jiwa. Karena nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Akses ke Pelayanan Kesehatan jiwa dengan pemasungan. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel akses pelayanan kesehatan bukan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemasungan penderita skizofrenia dengan nilai p=0,1740,05. Artinya bahwa berdasarkan hasil uji diketahui bahwa akses pelayanan kesehatan berhubungan terhadap keputusan keluarga melakukan pemasungan penderita Skizofrenia di Kota Binjai tetapi bukan merupakan variabel yang paling berpengaruh. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena Kota Binjai sistem transportasinya lancar dan jarak kelayanan kesehatan tidak terlalu jauh sedangkan penyebab responden tidak membawa penderita skizofrenia kelayanan kesehatan lebih disebabkan karena tidak ada waktu dan responden harus mencari nafkah. Universitas Sumatera Utara 5.5. Pengaruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jiwa terhadap Pemasungan Penderita Skizofrenia di Kota Binjai Fasilitas Kesehatan Jiwa adalah Tempat pelayanan kesehatan dimana pasien memperoleh pelayanan kesehatan jiwa. Fasilitas kesehatan jiwa bermaksud meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa disemua tataran kelas pelayanan melalui pelayanan kesehatan jiwa yang terpadu sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kota Binjai dan sekitarnya. Dari hasil analisis chi-square antara tersedianya fasilitas kesehatan jiwa dengan tindakan pemasungan terhadap penderita Skizofrenia diperoleh nilai p = 0,001. Karena nilai p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan pemasungan penderita Skizofrenia. Kelompok Kontrol dan kelompak Kasus menganggap Fasilitas yang tersedia masih kurang. Hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p=0,9760,05. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa fasilitas pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemasungan tetapi bukan yang paling berpengaruh terhadap keputusan keluarga melakukan pemasungan pada penderita Skizofrenia di Kota Binjai. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena responden pada penelitian ini pada kelompok kasus menganggap bila membawa penderita skizofrenia ke rumah sakit jiwa akan membutuhkan biaya yang besar dan tidak sembuh juga sedangkan kelompok kontrol lebih menerima keberadaan fasilitas kesehatan yang ada karena mereka tidak punya alternatif lain untuk tempat berobat dan pada saat ini di RS dr. Universitas Sumatera Utara Djoelham Binjai belum melayani rawat inap penderita skizofrenia yang butuh rawat inap dan dirujuk ke RSJ Provinsi. Skizofrenia diyakini merupakan interaksi dari tiga faktor yaitu biogenic, psikogenik dan sosiogenik, maka pengobatan penderita skizofrenia juga diarahkan pada ketiga faktor tersebut yaitu somaterapi, psikoterapi, dan sosioterapi sehingga kesembuhan penderita skizofrenia bukan hanya terbatas di fasilitas pelayanan kesehatan.

5.6. Pengaruh Sumber Informasi terhadap Pemasungan Penderita Skizofrenia di Kota Binjai