22 5.
Lebih aman karena dengan kereta memegang rel, resiko terguling jauh lebih kecil. Resiko menabrak pejalan kaki pun sangat minim.
6. Lebih murah untuk dibangun dan dirawat dibanding kereta bawah tanah.
Sedangkan kekurangan dari sistem monorel adalah: 1.
Dibanding dengan kereta bawah tanah, monorel terasa lebih memakan tempat. 2.
Dalam keadaan darurat, penumpang tidak bisa langsung dievakuasi karena tidak ada jalan keluar kecuali di stasiun.
3. Kapasitasnya masih dipertanyakan.
4. Biaya dan energi yang cukup tinggi untuk monorel yang menggunakan ban
karet dan dan pergantian yang lebih lambat jika dibandingkan dengan sistem rel biasa.
2.1.2. Rute Monorel
Adapun Feasibility Study rute monorel Kota Medan dibagi 5, yaitu : 1.
Rute I Loop : Jalan Balai Kota–Jalan Guru Patimpus–Jalan Gatot Subroto–Jalan Gagak
Hitam –Jalan Ngumban Surbakti –Jalan AH Nasution –Jalan
Sisingamangaraja –Jalan Mesjid Raya –Jalan Katamso–Pemuda–Jalan Ayani –Jalan
Balai Kota. 2.
Rute 2 Komuter : Jalan Gatot Subroto Lotte Mart–Jalan Asrama–Jalan
Cemara –Kolonel Bejo–Jalan Pancing–Jalan Aksara–Jalan AR Hakim–SP.
Menteng.
3.
Rute 3 Komuter : Jalan Pinang Baris–TB Simatupang–Jalan Gatot Subroto–Jalan
Asrama –Jalan Cemara-Kolonel Bejo–Jalan Pancing–Jalan Aksara–Jalan AR
Hakim
–SP. Menteng–Jalan Menteng–Sungai–Terminal Amplas.
4.
Rute 4 Komuter : Jalan Jamin Ginting LaucihStasiun bis– Setia Budi – Dr
Mansur –Jamin Ginting – PatimuraS.Parman–Sudirman – Pangeran
Universitas Sumatera Utara
23 Diponogoro - Pengadilan - Raden Saleh
– BalaiKota Lapangan Merdeka. Moh.Yamin
– Letda Sujono dan berhenti di sekitar akses Jalan Tol.
5.
Rute 5 Komuter : Jalan Jendral AH Nasution Depan jalan karya wisata–
menyusuri sungai ke Carefour –Jamin Ginting– PatimuraSP arman–Sudirman–
Pangeran Diponogoro
–Pengadilan Raden Saleh– BalaiKota Lapangan Merdeka.Moh.Yamin
–Letda Sujono dan berhenti di sekitar akses Jalan Tol . 2.2. Sistem Transportasi
Perangkutan adalah usaha terhadap jarak karena ada perpindahan dari ke A ke B. Keadaan tersebut terbentuk karena ada kegiatan, yaitu kegiatan di A yang ingin mencapai
B, dan kegiatan di B yang menginginkan pelayanan dari A. Kemudian diwujudkan dalam gerak pelayanan dari A menuju B. Gerak ini menggunakan sarana dan prasarana yang
kesemuanya adalah hasil teknologi. Jadi angkutan terjadi karena adanya kegiatan, pergerakan dan teknologi.
Sistem transportasi perkotaan harus di tata dan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Dalam merencanakan sistem transportasi keempat aspek menjadi dasar acuan sehingga masalah-masalah yang timbul dari sistem transportasi yang tidak tepat
dapat diperkecil. Dampak dari pertumbuhan perekonomian di negara berkembang dapat dilihat
dengan meningkatnya aksesibilitas di dalam wilayah melalui jaringan transportasi. Selain itu dengan meningkatnya jumlah manusia menyebabkan semakin besarnya ukuran kota
dan semakin besarnya jumlah lalu lintas dalam kota. Ditambah dengan makin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan yang beroperasi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup
manusia, hal diatas telah menyebabkan perangkutan menjadi masalah yang harus ditangani secara khusus.
Universitas Sumatera Utara
24 Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang disertai pula dengan peningkatan
perekonomian, maka tingkat mobilitas baik orang maupun barang akan meningkat pula. Keadaan ini harus diimbangi dengan persediaan sarana dan prasarana transportasi yang
memadai. Karena bila tidak, hal tersebut akan menghadapkan kota yang sedang tumbuh pada tantangan masalah yang sangat pelik. Di satu pihak, kota dihadapkan pada kenyataan
meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk ruang kehidupan dan penghidupan penduduknya, dan lain pihak, kota juga dihadapkan pada tantangan menyediakan berjalur-
jalur lahan untuk prasarana lalu lintas. Perkembangan teknologi angkutan juga mempengaruhi pola gerak masyarakat. Atau
sebaliknya, tuntutan kebutuhan gerak masyarakat mendorong perkembangan sarana perangkutan. Dengan kata lain, perangkutan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :
1. Sosial : Masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, dan mengelola
perangkutan, dan juga melakukan pergerakan. 2.
Fisik : Prasarana dan saran perangkutan yang memerlukan ruang bagi pergerakannya.
3. Ekonomi : Bagaimanapun masalah ini tidak dapat dipisahkan. Karena
pembangunan prasarana perhubungan suatu daerah akan mempengaruhi perekonomian daerah yang bersangkutan. Warpani,S,1990.
Perencanaan transportasi merupakan proses yang panjang meliputi kebutuhan perjalanan, pembangunan fasilitas pergerakan penumpang dan barang antara beberapa
kegiatan yang terpisah dalam ruang. Faktor utama dalam perencaanaan transportasi selalu saling mempengaruhi antara moda perjalanan dengan perkembangan kota. Sistem
transportasi meliputi keseimbangan antara supply dan demand baik untuk pelayanan angkutan maupun kenyamanan yang diperoleh dari angkutan.
Universitas Sumatera Utara
25
2.3. Sarana dan Prasarana Transportasi