54
3.1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang
akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya. Dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan bagaimana menentukan lokasi halte rute 1 monorel di Kota
Medan sehingga dapat meminimalkan jumlah halte tetapi memenuhi semua titik permintaan di sepanjang rute coverage area.
3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan ini kemudian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari kegiatan penelitian
ini adalah menentukan lokasi halte rute 1 monorel di Kota Medan sehingga dapat meminimalkan jumlah halte tetapi memenuhi semua titik permintaan di sepanjang rute
coverage area.
3.3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sangat perlu dilakukan dalam sebuah penelitian untuk mendukung jalannya penelitian mulai dari awal hingga penyusunan laporan, selain itu juga untuk
mendapatkan dasar teori yang kuat yang berkaitan dengan penelitian ini sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan analisis dan pembahasan. Gambaran umum dari
monorel di Kota Medan didapat dari hasil feasibility study monorel di Kota Medan yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPEDA Kota Medan pada
tahun 2014 sedangkan gambaran umum monorel secara umum didapat dari berbagai jurnal dan bahan bacaan lainnya. Konsep tentang penentuan lokasi halte didapatkan dari buku-
buku tentang perencanaan dan persyaratan Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum TPKPU.
Universitas Sumatera Utara
55
3.4. Menentukan Kriteria Lokasi Halte
Berdasarkan tinjauan pustaka, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi halte. Kriteria penentuan lokasi halte adalah sebagai berikut:
1. Potensi membangkitkan jumlah penumpang yang cukup tinggi
Kriteria ini merupakan salah satu dasar dalam menentukan lokasi halte. halte ditempatkan pada lokasi yang mempunyai potensi membangkitkan penumpang yang
cukup tinggi agar halte yang dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal.
2. Jarak dari persimpangan jalan
Lokasi kandidat halte harus memiliki jarak tertentu dari persimpangan agar halte yang dibangun tidak memberikan beban tambahan terhadap ruas jalan. Sesuai dengan
peraturan tentang tata letak halte terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan Darat tahun 1996. Jarak halte dari persimpangan jalan minimal 50 meter.
Sedangkan jarak dengan pergantian moda adalah 100 meter. Hal ini dimaksudkan agar penempatan halte tidak memperburuk kondisi lalu lintas. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan halte dekat persimpangan tersebut adalah: a.
Apabila arus kendaraan yang belok ke kanan padat, maka penempatan lokasi halte yang paling baik adalah sebelum persimpangan
b. Apabila arus kendaraan yang belok ke kiri padat, maka penempatan lokasi halte
adalah setelah persimpangan 3.
Jarak minimal halte dari gedung yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit dan tempat ibadah minimal 100 meter. Kriteria ini peraturan tentang tata letak halte
terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan darat tahun 1996. Penetapan kriteria ini dimaksudkan agar penempatan halte tidak mengganggu ketenangan
pengguna rumah sakit dan tempat ibadah.
Universitas Sumatera Utara
56
3.5. Pengumpulan Data Sekunder