Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
bank-bank konvensional. Namun, karena tidak adanya lembaga pemeringkat kredit, bank BNI Syariah hanya mengandalkan catatan
sejarah nasabah dengan bank tersebut dan mengumpulkan informasi tentang kelayakan kredit dari nasabah melalui sumber-sumber informal
dan jaringan masyarakat lokal. Manajemen risiko kredit atau pembiayaan bagi Bank BNI Syariah
lebih diperumit dengan adanya eksternalitas tambahan. Terutama dalam kasus rekanan tidak melakukan pembayaran, Bank BNI syariah dilarang
untuk menagih bunga tertangguh atau mengenakan denda, kecuali dalam kasus penundaan yang disengaja. Klien dapat mengambil keuntungan
dengan menunda pembayaran, dengan mengetahui bahwa bank tidak akan mengenakan denda atau meminta pembayaran tambahan. Selama
penundaan itu, modal bank tertahan pada kegiatan yang tidak produktif dan deposa-nasabah bank tidak mendapatkan penghasilan apapun. Contoh:
nasabah menggunakan agunan dan janji sebagai jaminan terhadap risiko kredit adalah hal yang umum bagi Bank Syariah. Bank dapat meminta
klien untuk menyerahkan agunan sebelum memulai transaksi murabahah. Dalam beberapa kasus, subyek murabahah diterima sebagai agunan.
Menggunakan agunan sebagai jaminan bukan berarti tanpa kesulitan, terutama di Negara-negara berkembang. Masalah yang umum termasuk
likuiditas dari agunan atau ketidakmampuan bank untuk menjual agunan tersebut, kesulitan dalam menentukan harga pasar wajar secara periodik,
dan kendala hukum serta hambatan dalam menguasai agunan tersebut.
Lemahnya lembaga-lembaga hukum dan lambatnya proses menyulitkan bank untuk menguasai agunan tersebut.
Kolektibilitas kredit merupakan kredit yang terdiri dari
lancar, kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan hingga macet. Dalam pengelompokan ini kredit lancar adalah
kredit yang selalu tepat waktu dalam melunasi hutangnya, kredit dalam
perhatian khusus
adalah kredit
yang terlambat
pembayarannya dalam jangka waktu 1-3 bulan, kredit kurang lancar adalah kredit yang terlambat pembayarannya hingga jangka
waktu 4 bulan, dan dikatakan diragukan jika pembayaran kredit terlambat hingga 5 bulan, dan jika dikatakan kredit macet hingga
tunggakan dalam jangka waktu 6 bulan keatas tidak melunasi hutangnya.
Tabel. 1.1 Kolektibilitas kredit PT. Bank BNI Syariah Kolektibility
2012 2013
Lancar 188.191.805
238.073.767
Dalam perhatian khusus 6.913.686
7.143.033
Kurang lancar
641.351 546.276
Diragukan
666.263 736.350
Macet
4.329.200 4.138.41
Jumlah 250.637.843
200.742.305
Sumber: dari laporan keuangan BNI Syariah
Tahun 2012 sampai dengan 2013 bank BNI syariah mengalami peningkatan jumlah kredit lancar yaitu tahun 2012 sebesar 188.191.805,
tahun 2013 adalah 238.073.767. hal tersebut berbanding terbalik dengan kredit macet yang mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar
4.329.200 pada tahun 2013 menurun menjadi 4.138.41. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kelancaran
dalam pembayaran kredit mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2012- 2013 dan kolektibilitas tergolong macet mengalami penurunan dari tahun
2012-2013. Aspek terpenting dalam penerapan manajemen risiko pembiayaan
adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali manageable.
1
Pada batas yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian
mengingat perbedaan kondisi pasar struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, tidak ada satu sistem manajemen risiko yang universal untuk
seluruh Bank, sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada Bank.
2
Penerapan manajemen risiko perbankan ternyata menjanjikan beberapa kegunaan yang di antaranya bersifat strategis bagi kelangsungan
bisnis suatu Bank. Sesungguhnya penerapan manajemen risiko perbankan yang sistematis dan terintegritasi sudah merupakan keharusan bagi
1
Veithzal Rivai, 2007, Bank and Financial Instution, Jakarta: PT. Raja Grando Persada h. 792
2
Rahmani Timorita Yulianti. Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi Islam La_Riba. Vol. III, no. 2, Desember 2009. h. 156
manajemen Bank. Namun, manajemen bank tetap memiliki kebebasan untuk menetapkan cakupan dan skala penerapan manajemen risiko yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing bank.
3
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul
“Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah KPR pada Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Fatmawati- Jakarta Selatan”.