Mendefinisikan Alternatif Kebijakan Menilai Alternatif Kebijakan

telah mendapatkan pengakuan dan penerimaan bersama atas dasar berbagai perimbangan dari para pembuat kebijaksanaan.

2. Model-Model Perumusan kebijakan

Menurut Thomas R Dye 1972:37-48 dalam Irfan Islamy Ada 4 Model Perumusan Kebijakan yang ditinjau dari sudut proses lebih bersifat deskriftif yaitu Sebagai Berikut : a. Model Institusional Model ini adalah merupakan model yang tradisional dalam proses pembuatan kebijaksanaan Negara. Fokus atau pusat perhatian model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan karena kegiatan-kegiatan politik berpusat pada lembaga-lembaga pemerintah seperti misalnya lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, pada pemerintahan pusat nasional, regional dan lokal. Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan Negara secara otoratif dirumuskan dan pada lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat hubungan yang kuat sekali antara kebijaksanaan negara dan lembaga-lembaga pemerintah, hal ini disebabkan karena sesuatu kebijaksanaan negara kalau ia tidak dirumuskan, disyahkan dan dilaksanakan oleh pemerintahan. Menurut Thomas R. Dye, lembaga-lembaga pemerintah itu memberikan kebijaksanaan negara tiga ciri utama, yaitu : 1. Lembaga pemerintah itu memberikian pengesahan legitimasi terhadap kebijaksananaan negara tersebut dipandang sebagai kewajiban-kewajiban hukum yang harus ditaatidilaksanakan oleh semua warga negara. 2. Kebijaksanaan negara itu bersifat universal dalam arti bahwa hanya kebijaksanaan-kebijaksanaan negara yang dan disebarluaskan pada seluruh warga negara, sedangkan kebijaksanaan yang lain bukan negara hanya dapat mencapai bagian yang kecil dari anggota masyarakat. 3. Hanya pemerintah yang memegang hak monopoli untuk memaksakan secara secara sah kebijaksanaan-kebijaksanaannya pada anggota masyarakat, sehingga ia dapat memberikan sanksi pada mereka yang tidak menaatinya. Secara tradisional model institusional ini biasanya menggambarkan tentang struktur organisasi, tugas-tugas dan fungsi pejabat organisasi, serta mekanisme organisasi tetapi sayangnya kurang membuat analisa tentang hubungan antara lembaga-lembaga pemerintahan itu dengan kebijaksanaan negara. Padahal telah diakui bahwa kaitan dan pengaruh seperti itu pasti ada kalau dilihat secara seksama, lembaga-lembaga adalah sebenarnya merupakan pola-pola perilaku individu dan kelompok yang terstruktur yang dapat berpengaruh pada terhadap isi kebijaksanaan negara. Walau demikian kita harus hati-hati dalam menilai kaitan lembaga pemerintahan dan kebijaksanaan negara, karena anggapan yang mengatakan bahwa apabila struktur kelembagaan berubah maka kebijaksanaan negara juga ikut berubah tidak selalu benar. Hal ini disebabkan karena baik lembaga pemerintahan maupun kebijaksanaan negara banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan faktor-faktor luar.