banyak, terserah pada keterampilan pembuat kebijaksanaan untuk memilih problema mana yang harus segera ditangani secara aktif dan serius.
3. Perumusan Usulan Kebijakan
Setelah isu kebijakan masuk kedalam agenda pemerintah, maka selanjutnya adalah merumuskan usulan peraturan bupati, yaitu kegiatan menyusun dan
mengembangkan serangkaian tindakan-tindakan atau program-program pemerintah untuk mengatasi suatu masalah tertentu.
termasuk ke dalam kegiatan perumusan usulan Peraturan Bupati ini menurut Irfan Islamy 2001:92-94 adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan Alternatif Kebijakan
Sebelum pembuat kebijaksanaan merumuskan usulan kebijaksanaannnya, maka terlebih dahulu harus melakukan identifikasi terhadap altenatif-altenatif
untuk kepentingan pemecahan masalah tersebut. Alternatif-alternatif itu tidak saja tersedia dihadapan pembuat kebijaksanaan. Terhadap problema yang
hampir sama atau mirip dapat saja mungkin dipakai alternatif-alternatif kebijaksanaan yang pernah dipilih, tetapi terutama bagi problema-problema
baru pembuat kebijaksanaan dituntut untuk kreatif menemukan alternatif- alternatif yang baru. Alternatif yang baru itu perlu diberikan identifikasinya,
sehingga masing-masing alternatif tampak jelas karekteristiknya. Apabila pembuat kebijakan menemui masalah yang sulit dan komplek, maka
ia mungkin perlu mengumpulkan sejumlah alternatif dan kemudian mengidentifikasikannya. Tetapi ini tidaklah dimaksudkan untuk mencari
alternatif sampai tuntas, karena hal ini tidak mungkin dilakukan oleh pembuat kebijakan yang mempunyai banyak keterbatasan. Diantara pembuat kebijakan
yang mempunyai banyak keterbatasan ada kemungkinan timbul perbedaan persepsi dalam mengidentifikasikan alternatif kebijakan tersebut. Dengan
demikian maka diperlukan suatu cerita tertentu untuk dapat memberikan identifikasi secara benar dan jelas.
Pemberian identifikasi yang benar dan jelas pada setiap alternatif kebijakan akan mempermudahkan proses perumusan alternatif tersebut. Maka dari itu
pembuat kebijaksanaan dituntut baik kesanggupan dan kecakapan maupun kemampuannya
dalam mengidentifikasikan
alternatif-alternatif bagi
penyelesaian masalah.
b. Mendefinisikan Alternatif Kebijakan
Kegiatan mendefenisikan dan merumuskan alternatif ini bertujuan agar masing-masing alternatif yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijaksanaan
itu nampak jelas pengertiannya. Semakin jelas alternatif itu diberi pengertian didefenisikan maka akan semakin mudah parta pembuat kebijaksanaan
menilai dan mempertimbangkan aspek positif dan negatif dari masing-masing alternatif tersebut.
c. Menilai Alternatif Kebijakan
Menilai alternatif adalah kegiatan pemberian bobot harga pada setiap alternatif, sehingga nampak jelas bahwa setiap aternatif mempunyai nilai
bobot kebaikan dan kekurangannya masing-masing. Dengan mengetahui
bobot positif dan negatif dari masing-masing alternatif itu maka pembuat kebijkasanaan akan mengambil sikap untuk menentukan alternatif mana yang
lebih memungkinkan untuk pakai atau dilaksanakan. Untuk itu didalam memberikan penilaian alternatif kebijakan para pembuat kebijakan perlu
memiliki data dan informasi yang baik dan relevan, sehingga dapat melakukan penilaian terhadap masing-asing alternatif kebijakan dengan baik.
d. Memilih Alternatif Kebijakan
Kegiatan memilih alternatif yang memuaskan buikanlah semata-mata bersifat rasional tertapi juga bersifat emosional. Ini mempunyai arti bahwa para
pembuat kebijakan menilai alternatif-alternatif kebijakan sebatas kemampuan rasionya saja dengan mengatisipasikan dampak negatif dan positifnya dan ia
membuat pilihan alternatif tersebut bukan hanya untuk kepentingan diriya saja teapi untuk kepentingan pihak-pihak yang akan memperoleh pengaruh, akibat
dan konsekuensi dari pilihannya itu. Dengan kata lain proses pemilihan alternatif itu bersifat obyektif dan subyektif.
Kegiatan memilih alternatif yang memuaskan, sangat dipengaruhi oleh hasil penilaian terhadap maisng-masig alternatif yang tersedia. Kegiatan memilih
aternatif yang memuaskan ini harus bersifat objektif dan subjektif. Arti obkejtif yaitu alternatif ini dinilai dan dipilih berdasarkan patokan yang
rasional dan logis, sehingga alternatif yang dipilih dapat memberikan konsekuenasi atau dampak positif yang benar. Sedangkan ini subjkektif yaitu
alternatif yang dipilih harus memperhatikan aspek emosional pembuat kebijkasanaan dan masyarakat serta menguntungkan banyak pihak.
4. Proses Pengesahan Kebijakan
Proses pembuatan kebijaksanaan dapat dipandang atau dianalisa baik dari sudut proses perseorangan individual proses yaitu bila yang membuat
sekaligus mengesahkan keputusan itu adalah diri orang itu sendiri , ataupun proses bersama collective process yang melibatkan berbagai macam pihak
dari berbagai macam institusi dalam proses pembuatan keputusan dan pengesahannya.
Proses pembuatan kebijakan peraturan bupati tidak dapat dipisahkan dengan proses pengesahan kebijaksanaan. Sebagaimana proses kolektif, pembuat
kebijakan akan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan mayoritas dalam forum pengesahan usulan kebijaksanaan peraturan bupati, sehingga pejabat
atau badan pemberi pengesahan setuju bentuk mengadopsi usulan kebijakan tersebut menjadi suatu kebijakan yang sah.
Proses pengsahan itu mungkin sekali akan terjadi dimana susulan kebijaksanaan itu ditolak, perlu direvisi atau dimodifikasi dan sebagainya,
sehingga proses perumusan kembali terpaksa harus dilakukan. Dengan demikian proses pengesahan lancar atau tidaknya sangat ditentukan oleh
proses-proses kebijaksanaan sebelumnya dan sekaligus tergantung pada kualitas pihak-pihak yang terlibat didalam proses kebijaksanaan tersebut.
Proses pengesahan kebijakan tersebut itu adalah proses penyesuaian dan penerimaan secara bersama terhadap prinsip-prinsip yang diakui dan ukuran-
ukuran yang diterima Irfan Islamy, 2001:100. Proses pengesahan kebijaksanaan merupakan tahapan bagian dari perumusan kebijaksanaan yang