ANALISA HASIL PENELITIAN A. PENUTUP

Tunagrahita sendiri merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif. Keterampilan adaptif ini mencakup area komunikasi, merawat diri, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, serta pemanfaatan waktu luang dan kerja. Karena itulah, jika anak kelas 1 SD di sekolah umum berkisar antara usia 6 atau 7 tahun, maka tidak demikian dengan di Sekolah Luar Biasa. Disini usia tidak bisa menjadi patokan, bisa saja usia SMP atau SMA tetapi masih harus belajar di tingkat SD. Anak dengan handaya perkembangan kemampuan tunagrahita, memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Untuk itu prinsip pembelajaran yang diperlukan yaitu prinsip kebutuhan dan keaktifan, kebebasan yang mengarah, pemanfaatan waktu luang dan kompensasi, kekeluargaan dan kepatuhan kepada orang tua, setia kawan, perlindungan, minat dan kemampuan, disiplin, serta kasih sayang. 1 Salah satu permasalahn yang dihadapi tunagrahita adalah mereka mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Padahal manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal, sekolah maupun lingkungan kerja. Komunikasi menjadi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, memupuk hubungan dengan orang lain, serta terhindar dari tekanan dan ketegangan. Untuk itu, pengajaran baca tulis menjadi penting pula sebagai dasar atau pondasi untuk berbicara. 1 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita, Bandung: Refika Aditama, 2006, h.45 Pembelajaran di kelas belum tentu dapat berjalan sesuai dengan keinginan pengajar. Seringkali guru atau pengajar harus mengikuti keinginan muridnya masing-masing, dengan memberi kebebasan melakukan hal yang mereka suka. Setelah mereka merasa nyaman barulah pengajar dapat memberikan materi belajar yang telah disiapkan. Setiap pengajar harus dapat mengetahui karakteristik murid- muridnya. Saat seorang anak tidak mau belajar, pengajar juga harus memberikan perhatian dan pendekatan untuk dapat mengetahui alasannya. Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk pencapaian suatu tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Namun demikian, tujuan pembelajaran disini bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuannya, tetapi juga untuk mempersiapkan para siswa dengan hendaya perkembangan kemampuan tunagrahita agar dapat hidup secara mandiri, dapat menghidupi diri sendiri, dan mungkin keluarganya, setelah yang bersangkutan keluar dari sekolah. Atau minimal mereka dapat bersosialisasi dengan baik di masyarakat serta bersikap sopan santun. Tidak seperti SLB yang lain, SLB Nusantara ini menyediakan asrama bagi siswanya yang berasal dari luar daerah. Selain itu bagi mereka yang telah lulus tingkat SMA disediakan pula fasilitas keterampilan seperti komputer, untuk mendesain pin dan gelas, atau keterampilan menjahit. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirasa penting untuk meneliti bagaimana para pengajar di Sekolah Luar Biasa berkomunikasi dengan anak-anak