Deskripsi Proses Pembelajaran HASIL PENELITIAN

84 Tabel 4.9 Uji Gain Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Gugus Sunan Ampel Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Banyak Siswa 29 27 Gain terendah -0,05 -0,15 Gain tertinggi 0,55 0,50 Rata-rata gain 0,28 0,16 Kategori gain Rendah Rendah Sumber : Data Primer diolah, 2016 Rata-rata peningkatan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen yaitu 0,28 atau termasuk dalam peningkatan kategori rendah dan rata-rata peningkatan gain ternormalisasi pada kelas kontrol yaitu 0,16 atau termasuk dalam peningkatan kategori rendah. Rata-rata peningkatan gain ternormalisasi kelas eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Gugus Sunan Ampel merupakan pengaruh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling. Kelas yang mendapatkan perlakuan tersebut mendapatkan peningkatan skor keterampilan menyimak yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran penugasan.

4.1.8 Deskripsi Proses Pembelajaran

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, sehingga perlu diadakan pengontrolan variabel. Variabel yang dikontrol dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu model pembelajaran paired storytelling dan variabel terikat yaitu keterampilan menyimak cerita. Pengontrolan 85 variabel dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sehingga pengaruh dari variabel-variabel tersebut dapat dikendalikan dan dianalisis dengan teliti. Pada kelas eksperimen pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dalam kegiatan menyimak cerita, sedangkan di kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran penugasan dalam kegiatan menyimak cerita. Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen diawali dengan salam pembuka, doa bersama, dan penyampaiaan tujuan pembelajaran. Sebelum pelak- sanaan kegiatan inti pembelajaran, peneliti melaksanakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai cerita dan unsur-unsur cerita. Pada saat prates, peneliti memberikan ceramah verbal pada siswa dan menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Sedangkan saat kegiatan inti pembelajaran dan pascates, diawali dengan penyampaian materi pelajaran secara singkat dengan memberikan beberapa contoh bahan simakan berupa cerita, melakukan tanya jawab, serta penyampaiaan aturan paired storytelling. Peneliti senantiasa memberikan bimbingan kepada siswa sebelum kegiatan menyimak dilaksanakan agar siswa termotivasi untuk menyimak dengan penuh konsentrasi bahan simakan yang telah disediakan oleh peneliti. Aktivitas menyimak berlangsung sesuai dengan harapan, dengan kondisi kelas yang kondusif dan tenang untuk dilaksanakan kegiatan menyimak. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling melatih siswa untuk dapat bertanggung jawab serta mandiri selama kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran sehari-hari aktivitas menyimak ditujukan 86 untuk menjawab pertanyaan, namun pada model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling siswa dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan berimajinasi. Siswa diminta untuk menuliskan beberapa kata kunci yang mewakili intisari bahan simakan yang telah diperdengarkan oleh peneliti, kata kunci tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dan bantuan dalam menceritakan kembali isi cerita dari bahan simakan tersebut. Peneliti memberikan pemahaman kepada siswa untuk saling bekerjasama agar dapat mengolah informasi yang diterima sesuai dengan bagiannya masing-masing. Siswa belajar untuk dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, bersama teman sebangkunya siswa menyampiakan bahan simakan yang telah diterima sesuai bagiannya masing-masing agar dapat menganalisis dan menjelaskan unsur- unsur cerita. Peneliti memberikan apresiasi yang baik pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tertib. Aktivitas tanya jawab dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran dan semua peserta didik mendapat kesempatan dalam menjawab pertanyaan. Aktivitas ini berguna untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen diakhiri dengan doa dan penyampiaan kesimpulan. Pada kelas kontrol, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan kondisi yang berbeda dari kelas eksperimen. Kegiatan pembelajaran menerapkan metode pembelajaran penugasan dengan kecenderungan pembelajaran terpusat pada peneliti dengan pemberian penugasan. Kegiatan pembelajaran dibuka dengan doa dan pembacaan tujuan pembelajaran, selanjutnya peneliti memberikan apersepsi kepada siswa untuk mengetahui pemahaman yang telah dimiliki mengenai sebuah 87 cerita dan unsur-unsur di dalamnya. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian penjelasan materi pelajaran yang disampaikan secara verbal oleh peneliti. Peneliti mendominasi aktivitas belajar dengan penjelasan materi ajar. Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan secara klasikal dan tidak adanya aktivitas diskusi kelompok. Peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi ajar yang disampaikan, namun antusisme siswa dalam bertanya cenderung pasif dan siswa beranggapan bahwa semua materi pelajaran bersumber dari peneliti. Selama kegiatan menyimak cerita kondisi kelas cukup tenang dan kondusif. Siswa menyimak bahan simakan yang telah disiapkan oleh peneliti secara individu dan tanpa diskusi dengan teman sebangkunya. Tampak aktivitas siswa yang antusias untuk menyimak bahan simakan, namun siswa merasa kesulitan untuk menuliskan kata kunci dari intisari bahan simakan tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas kontrol tidak tampak kerjasama antar siswa, sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi sesama teman. Aktivitas selanjutnya siswa diminta untuk menceritakan kembali isi cerita dari bahan simakan yang telah diperdengarkan dan menganalisis unsur- unsur cerita. Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ditutup dengan doa dan kesimpulan hasil pembelajaran secara lisan.

4.2 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Istikhdaam Usluub Sard Al-Qishshah Bi Al-Muzaawajah (Paired Storytelling) Wa Atsaruhu Fii Ta’lim Mahaarah Al-Kalaam Ladaa Talaamiidz Al-Shaff Al-Tsaanii Bi Madrasah Jam’iyyatul Khair Al-Mutawassithah Al-Islaamiyyah

0 4 107

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS II SDN MANGUNSARI SEMARANG

1 14 290

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Soka 3 Miri Sragen Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PAIRED STORYTELLING SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN YOGYAKARTA.

2 20 247

KEEFEKTIFAN MODEL SQ4R BERBANTUAN MEDIA STORYTELLING ORGANIZERS TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SD GUGUS NUSA MAYONG JEPARA

0 4 77

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SD

0 0 8

EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas V SD di Kecamatan Cilacap Utara Tahun Ajaran 20112012) TESIS

0 0 13

BAB II PENERAPAN METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara - EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperim

0 2 53