PROSEDUR PENELITIAN METODE PENELITIAN

54 pada penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak. Sugiyono 2014:79 berpendapat bahwa pada desain penelitian nonequivalent control group design digunakan dua kelompok subjek yang di- asumsikan memiliki karakteristik sama homogen. Salah satu kelompok diberi perlakukan sementara yang satunya dijadikan sebagai kelompok kontrol. Pada desain ini kedua kelas diberikan tes awal prates dengan tes yang sama. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberi perlakuan khusus yang berbeda. Selanjutnya siswa diberikan tes akhir pascates dengan tes yang sama. Hasil kedua tes akhir dibandingkan, demikian pula antara hasil tes awal dengan tes akhir pada masing-masing kelompok. Apabila antara kedua prates dan antara prates dan pascates kelompok eksperimen menunjukkan perbedaan, maka terdapat pengaruh perlakuan yang diberikan. Desain penelitian nonequivalent control group design dapat divisualisasikan sebagai berikut. Kelas Prates Perlakuan Pascates Eksperimen O 1 X O 2 Kontrol O 3 O 4 Bagan 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

3.2 PROSEDUR PENELITIAN

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penyusunan instrumen tes dan mengujicobakan instrumen tersebut. Seteleh instrumen dinyatakan valid, peneliti memberikan prates pada kedua kelas dengan 55 tes yang sama. Kedua kelas diberikan perlakuan khusus yang berbeda yaitu model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling untuk kelas eksperimen dan pembelajaran melalui penugasan untuk kelas kontrol. Setelah pemberian perlakuan, kedua kelas diberikan pascates dengan tes yang sama. Setelah memperoleh hasil prates dan pascates, maka hasil pascates kedua kelas dibandingkan, begitu juga dengan prates dan pascates pada masing-masing kelompok. Selanjutnya dilakukan pembahasan berdasarkan dengan teori yang sesuai, sehingga dapat ditarik kesimpulan terkait dengan hipotesis yang diajukan. Alur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut. Prates kelas kontrol Penyusunan instrumentes Uji coba instrumen Instrumen valid Pembelajaran dengan metode pemberian penugasan Pascates kelas kontrol Prates kelas ekperimen Pembelajaran dengan model pembelajaran paired storytelling Pascates kelas eksperimen Simpulan dan laporan Hasil dan pembahasan 56 Bagan 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan penyusunan instrumen penelitian, yaitu berupa tes unjuk kerja. Instrumen yang telah disusun diujicobakan pada sampel dalam populasi penelitian di SD Gugus Sunan Ampel Kecamatan Demak. Instrumen yang telah diujicobakan, diuji validitas dan reliabilitas instrumen. Selanjutnya setelah dinyatakan valid dan reliabel, dilakukan prates pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyimak cerita. Kegiatan penelitian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran penugasan pada kelas kontrol. Pengaruh perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling diketahui setelah pelaksanaan pascates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan pemberian tes yang sama. Hasil prates dan pascates selanjutnya dianalisis dan dibahas secara runtut sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling terhadap kegiatan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SD Gugus Sunan Ampel Kecamatan Demak.

3.3 SUBJEK, TEMPAT, DAN WAKTU PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Istikhdaam Usluub Sard Al-Qishshah Bi Al-Muzaawajah (Paired Storytelling) Wa Atsaruhu Fii Ta’lim Mahaarah Al-Kalaam Ladaa Talaamiidz Al-Shaff Al-Tsaanii Bi Madrasah Jam’iyyatul Khair Al-Mutawassithah Al-Islaamiyyah

0 4 107

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS II SDN MANGUNSARI SEMARANG

1 14 290

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Soka 3 Miri Sragen Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PAIRED STORYTELLING SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN YOGYAKARTA.

2 20 247

KEEFEKTIFAN MODEL SQ4R BERBANTUAN MEDIA STORYTELLING ORGANIZERS TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SD GUGUS NUSA MAYONG JEPARA

0 4 77

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SD

0 0 8

EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas V SD di Kecamatan Cilacap Utara Tahun Ajaran 20112012) TESIS

0 0 13

BAB II PENERAPAN METODE PAIRED STORYTELLING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara - EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperim

0 2 53