Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Memiliki Kewenangan Untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS Real Time Gross pembay Settlement yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem aran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan dalam sistem pembayaran; 4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan potential shock yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan; 5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort LoLR. Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut”.

B. Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Memiliki Kewenangan Untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas Sistem Keuangan SSK sebenarnya belum memiliki definisi baku yang telah diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem keuangan Universitas Sumatera Utara menghambat kegiatan ekonomi. Di bawah ini dikutip beberapa definisi SSK yang diambil dari berbagai sumber. 75 Menurut Sutton dan Tosovsky sebagai ahli perbankan, mengatakan bahwa sistem keuangan. Namun alam perekonomian terbuka, keterkaitan antara stabilitas keuangan dan kebijakan moneter menjadi semakin longgar, terutama karena perekonomian Gangguan tersebut dapat berupa perubahan terms of trade yang menghantam capital flow reversal secara besar-besaran yang menghantam sektor stabilitas ekonomi makro dalam suatu perekonomian terbuka kerap kali juga Stabilitas Keuangan yaitu 76 : ”Situasi dimana sistem keuangan dapat : i mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam kegiatan produktif pada waktu yang berbeda-beda; ii memprediksi dan mengukur risiko finansial; dan iii menyerap shock. Maksud dari ketiga poin tersebut adalah Stabilitas Sistem Keuangan meliputi efisiensi dan ketahanan sistem keuangan yang notabene merupakan suatu konsep yang kompleks. Stabil tidaknya sistem keuangan tidak hanya bergantung pada interaksi yang kompleks antara lembaga keuangan, sektor riil dan pasar keuangan”. Menurut Crocket sebagai ahli perbankan, dalam membahas stabilitas keuangan dibedakan menjadi financial stability dari monetary stability yang mengacu pada stabilitas harga-harga secara umum no excessive inflation, yaitu 77 : ”Ketidakstabilan keuangan financial instability akan memberi dampak negatif pada efektivitas kebijakan moneter monetary stability apabila perbankan tidak dapat mentransmisikan kebijakan moneternya dengan baik. Secara teoritis, pada ekonomi tertutup kebijakan moneter memiliki kaitan erat dengan stabilitas keuangan, terutama karena kebijakan moneter yang baik dapat meredam gangguan terhadap ekonomi dan d yang terbuka cenderung lebih rentan terhadap berbagai gangguan eksternal. aggregat supply jangka panjang ataupun berupa pembalikan arah arus modal finansial. Walaupun demikian, kebijkan moneter yang mampu menunjang mampu menunjang stabilitas keuangan secara terbatas. Oleh karenanya, upaya 75 Bank Indonesia, “Definisi Stabilitas Sistem Keuangan”, Op.cit. 76 Sjamsul Arifin, et.al., IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional : Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004, hal. 13. 77 Ibid. Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh setiap negara untuk mencapai kestabilan makro pada moneter dan kestabilan fi hakikatnya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara kestabilan nansial”. Arti stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan. Ketidak gejolak faktor ekstern internal domestik. Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional. Kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa j dinami perkem ketidak mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut. bersifa potensi mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis stabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan . Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari al internasional dan 78 eda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin s dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai bangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu stabilan sistem keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat 79 Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih t forward looking melihat kedepan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui risiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan 78 Bank Indonesia, “Definisi Stabilitas Sistem Keuangan”, Op.cit. 79 Ibid. Universitas Sumatera Utara sampai bersifa hkan perekonomian. Gambar 1 seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan t sistemik sehingga mampu melumpu 80 Hubungan Stabilitas Sistem Kuangan dan Stabilitas Moneter Sumber : Website Resmi Bank Indonesia, “Definisi Stabilitas Sistem Keuangan”, http:www.bi.go.idwebidPerbankanStabilitas+Sistem+KeuanganIkhtisarDefinisi+SS K., diakses pada 13 Mei 2011. Setidaknya, ada dua aspek sumber masalah yang dihadapi bank sebagai unit usaha bisnis yang tidak terlepas dari berbagai risiko. Kedua aspek itu bisa karena persoalan di internal bank atau eksternal. Faktor internal bank bisa menjadi sumber bank mengalami masalah bila bank itu dikelola dengan tidak hati-hati khususnya dalam manajemen risiko, lemahnya pengendalian internal, campur tangan pemilik dalam operasional bank atau adanya kesalahan penetapan strategi yang bermuara bank mengalami kerugian. Sedangkan faktor eksternal bank seperti perubahan 80 Ibid. Universitas Sumatera Utara lingkungan bisnis. Contoh senyatanya adalah krisis moneter yang mendera tahun 2008 hingga memasuki tahun 2009 yang banyak memukul kinerja usaha debitor bank yang mengalami kesulitan untuk mem ga dan pokok kredit mereka. Gagal ayar debitor bank ini memukul tingkat pendapatan bank dari bunga kredit fee based income dan memaksa bank untuk menyisihkan pencadangan yang menguras likuiditas hingga struktur permodalan pun terancam melorot. 81 Masih banyak faktor eksternal lainnya sangat berpotensi mempengaruhi kinerja bank. Sebut misalnya, perubahan kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan yang tidak terduga berpeluang besar memukul pemburukan kualitas kredit debitur bank sehingga mempengaruhi likuiditas bank. Ambil contoh kebijakan Pemerintah mengurangi pagu ekspor minyak kelapa sawit untuk setiap industri pengolahan minyak sawit di dalam negeri guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Kenyataan ukul industri sawit dan mengancam kelancaran perubahan situasi politik dan tingkat persaingan antar bank itu sendiri. 82 bayar bun b ini sudah barang tentu berpotensi mem pembayaran angsuran kredit ke perbankan. Sebab lain bisa juga karena faktor Masih panjang daftar risiko-risiko yang mesti dipikul perbankan. Sebuah bank dikatakan bermasalah atau mengalami kegagalan bila sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajiban deposan dan kreditur. Gagal bayar ini bersumber pada persoalan likuiditas bank. Dalam menjalankan roda bisnis, bank menghimpun dana 81 Wikisource, “Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan IndonesiaBab 3”, http:id.wikisource.orgwikiKrisis_Global_dan_Penyelamatan_Sistem_Perbankan_IndonesiaBab_3., diakses pada 13 Mei 2011. 82 Ibid. Universitas Sumatera Utara masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan giro yang umumnya berjangka waktu pendek kurang dari setahun. 83 Dana yang terkumpul tadi akan dimanfaatkan bank untuk membiayai kredit korporasi atau penempatan pada instrumen-instrumen investasi lain yang umumnya berjangka waktu lebih dari setahun. Disinilah bank secara alamiah menghadapi apa yang disebut maturity gap pada struktur keuangannya. Maksudnya, antara kewajiban memba t saja ketika Bank I atau ekonomi, jelaslah pendekatan dan penanganan menjadi berbeda. Hal itu dikarenakan adanya krisis yang berpotensi mengoyak psikologi pasar yang yar dana nasabah dan hasil penempatan, jatuh temponya tidaklah sama. Sekali bank gagal memenuhi kewajiban kepada deposan, reputasi bank itu sedang dipertaruhkan. Bukan tidak mungkin akan mengalami rush oleh nasabah. 84 Kalau sudah begini, bank sebesar dan sesehat apapun akan collapse. Dalam menangani bank bermasalah mestilah dilihat situasi dan kondisi ketika itu. Bila ada bank bermasalah hingga ditetapkan sebagai bank gagal dan setelah dikaji tidak berdampak sistemik dalam situasi tidak sedang ada krisis, putusan terang benderang seperti likuidasi. Selanjutnya tugas Lembaga Penjamin Simpanan LPS untuk membayar dana masyarakat yang masuk dalam skim penjaminan. Liha ndonesia menutup Bank IFI atau Uni Bank. Dalam kondisi sedang tidak ada krisis, penutupan bank-bank tersebut berjalan secara alamiah tanpa menimbulkan goncangan psikologi massa nasabah bank. 85 Namun sebaliknya, ketika ada bank bermasalah dalam situasi krisis moneter 83 Ibid. 84 Ibid. 85 Ibid. Universitas Sumatera Utara berdampak ikut baca : sistemik merontokkan bank-bank lainnya, misalnya penyelamatan Bank Century. Selanjutnya Bank yang tergolong kecil yang bermasalah dalam asar yang meront ervision hal likuiditasnya ini dalam kondisi normal akan divonis mati alias likuidasi karena kecil saja peran bank ini terhadap totalitas sistem perbankan. Dalam kondisi yang sedang tidak normal didera krisis, bukan lagi faktor-faktor kuantitatif yang dominan akan menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan judgement. Tapi unsur kualitatif atau judgement yang mempertimbangkan dengan cermat dampak psikologi pasar. Memang haruslah diakui, wilayah ini adalah debatable. Tapi, kalau belajar dari krisis moneter tahun 1997 – 1998, bukankah faktor psikologi p okkan perbankan nasional hingga harus direkapitalisasi dana triliunan rupiah. 86

C. Kriteria Tingkat Kesehatan Bank

Dokumen yang terkait

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Melaksanakan Tugas Mengamankan Harta Pailit Dalam Praktik Berdasarkan Kajian Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

1 3 18

TINJAUAN TENTANG KEHARUSAN DIKABULKANNYA PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT OLEH HAKIM (Studi KasusPertimbanganPasal 8 ayat (4) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Negeri Niaga Semarang).

0 0 14

31 UU NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 62

BAB II AKIBAT PUTUSAN PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG NO.37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Penyebab Terjadinya Kepailitan - Kewenangan Debitur Pailit Untuk Mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Kreditu

0 0 28

BAB II PUTUSAN PAILIT MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Pengertian Pailit - Analisis Yuridis Putusan Pailit Terhadap PT. Telkomsel Tbk.

0 1 31

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut Undang-Undang Kepailitan - Ubharajaya Repository

0 0 17

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16