Telah diuji pada Tanggal : 27 Juni 2011
ANITIA PENGUJI TESIS Ketu
ution, SH nggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum
Siregar, SH, M.Hum rof. Dr. Suhaidi, SH, MH
i Harianto, SH, M.Hum P
a : Prof. Dr. Bismar Nas
, MH A
2. Dr. Mahmul 3. P
4. Dr. Ded
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
ANALISIS YURIDIS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP BANK OLEH BANK INDONESIA DALAM UNDANG-
UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
TESIS
engan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah iajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
epanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah itulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini
an disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 27 Juni 2011 Penulis
DTO
Ulfa Budiarty
Nim. 097005086HK D
d s
d d
Universitas Sumatera Utara
ANA ADAP
G KEP
ANG Ulfa Budiarty
Bismar Nasution Sunarmi
Mahmul Siregar A B S T R A K
Sektor perbankan di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam
k mengajukan permohonan pernyataan pailit epada Bank sebagai Kreditor.
Kreditor tidak dapat mengajukan permohonan pailit secara langsung kepada engadilan Niaga terhadap Debitor yang merupakan Bank. Kreditor tersebut harus
engajukan keinginannya kepada Bank Indonesia dan hanya Bank Indonesia yang apat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap Bank dimaksud ke
engad lan Niaga. Bank harus benar-benar dijaga karena berkaitan dengan dana masyarakat. Apabila Bank dengan mudah dapat dim
setiap Kreditor, maka resikonya sangat tinggi. Ka
terhadap Bank hilang.
Apabila Bank dapat dimohonkan pailit ke Pengadilan Niaga oleh dua atau lebih Nasabah, maka kepentingan masyarakat lain yang menyim
nanya di Bank akan dirugikan. Di samping itu, hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk pada perekonomian nasional, seperti terjadinya rush yang dapat berlanjut pada mungkinan m
istemik. Masalah Bank Indonesia sebagai Bank e pailitan
ank adalah terbukanya peluang bagi Kreditor Bank Nasabah Bank selain Bank donesia itu sendiri dalam pengajuan pailit terhadap Bank. Mekanisme hukum yang
apat digunakan oleh Kreditor dalam menyelesaikan piutangnya terhadap Bank ada ua, yaitu : 1. Melalui permohonan pailit yang diajukan Nasabah Bank itu sendiri
ada saat dicabutnya izin usaha Bank oleh Bank Indonesia; dan 2. Melalui
ekanisme pengajuan klaim kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS. t
LISIS YURIDIS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERH BANK DALAM UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTAN
AILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UT
perekonomian. Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah otoritas perbankan yang kewenangannya
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin, mengawasi, dan mengenakan sanksi terhadap Bank. Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang memberikan kewenangan tunggal kepada Bank Indonesia untu
k
P m
d P
i ohonkan pailit oleh
rena pengaturan kepailitan yang sederhana akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bank menjadi
pan da
runtuhnya bank yang bersangkutan dan ke e
ak yang s
S ntral dalam pengajuan ke nimbulkan damp
B In
d d
p m
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Perlu untuk segera melakukan revisi erhadap Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 atau membuat
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
peraturan pelaksanaan tentang Kepailitan Bank; 2. Perlu diatur lebih detail lagi mengenai Kepailitan Bank.
gan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur Kepailitan bank sebagai primary rule atau secondary rule.
Peraturan Pemerintah tentang Kepailitan Bank sebagai secondary rule dan Undang- ndang No. 37 Tahun 2004 seb
Kepailitan berdasarkan ndang-Undang No. 37 Tahun 20
in adanya Kepastian Hukum oleh arena telah ditetapkan jangka w
iajuka Caranya adalah den
U U
agai primary rule; 3. Proses 04 lebih menjam
aktu hingga adanya putusan pailit. Kepailitan k
d n pada saat dicabutnya izin usaha Bank oleh Bank Indonesia menurut
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.
Kata Kunci : - Kepailitan Bank
- Likuidasi Bank
- Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Universitas Sumatera Utara
JURIDICAL ANALYSIS OF BANKRUPTCY PETITION IN BANK BY LAW NO. 37 OF 2004 ON BANKRUPTCY AND DELAY DEBT OBLIGATION
Ulfa Budiarty Bismar Nasution
Sunarmi
Indonesia’s banking sector has a very strategic role in the economy. Article 24 f Law No. 23 of 1999 concerning Bank Indonesia said that the banking authority is
e authority to establish rules, give and revoke licenses, supervise, and impose anctions against the Bank. Article 2 Paragraph 3 of Law No. 37 of 2004 on
ankruptcy and Suspension of Payment gives sole jurisdiction to Bank Indonesia to pply for a declaration of bankruptcy to the Bank as a creditor.
Creditors can not file a bankruptcy petition directly to the Commercial Court gainst the debtor which is the Bank. Creditors must submit his desire to Bank
donesia and Bank Indonesia could only apply for a declaration of bankruptcy of the ank to the Commercial Court. Bank should really be kepts as it pertains to
termediary institution. Because bankruptcy is a simple arrangement of the Bank ould lead to public confidence in the Bank to be lost.
If the Bank can be petitioned for bankruptcy at the Commercial Court by two r more customers, then the interests of other people who save their money in the
ank would be harmed. In addition, it can cause a more severe impact on the national conomy, like the rush that can lead to the collapse of the Bank concerned and the
ossibility of a systemic impact. Problems of Bank Indonesia as Central Bank in the ankruptcy filing of the Bank is opening opportunities for the Creditor Bank Bank
ustomers Bank Indonesia besides themselves in the bankruptcy filing against the ank. Legal mechanisms that can be used by creditors to resolve claims against the
ank there are two, namely : 1. Through a bankruptcy petition filed the Bank’s own
ustomers at a business license revoked by the Bank of Bank Indonesia; and 2. hrough the mechanism of filing a claim with the Deposit Insurance Corporation
IC. The results showed that : 1. Need for immediate revisions to Article 2
aragraph 3 of Law No. 37 of 2004 or to make regulations concerning the plementation of Bank insolvency; 2. Should be regulated in detail about the
ankruptcy Bank. The way is to issue a government regulation that governs the ankruptcy Banks as a primary or secondary rule. Government Regulation on
solvency Bank as a secondary rule and Act No. 37 of 2004 as a primary rule; 3. L
Mahmul Siregar A B S T R A C T
o th
s B
a
a In
B in
w
o B
e p
b C
B B
c T
D
P im
B B
In Bankruptcy process based on Law No. 37 of 2004 further ensure the existence of the
egal Certainty for predetermined period of time until the bankruptcy decision.
Student of Master of Law at Faculty of Law in niversity of North Sumatra Lecturers of Master of Law at Faculty of Law in University of North Sumatra
U
Universitas Sumatera Utara
Bankruptcy filed at the time of re s licenses according to the Bank
by the Bank of Indonesia Go No. 25 of 1999 concerning
Revocation of Business Licenses, Di i
idation of Banks. ey Words
: - Bank bankruptcy -
Liquidation -
Bank Indonesia as Central Bank vocation of busines
vernment Regulation qu
ssolution and L K
of Banks
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirr Alhamdulilah, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hmat dan karunia-Nya kepada penulis serta Nabi Muhammad SAW atas doa serta yafaatnya, penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan
alam mengerjakan tesis ini. Pada penulisan tesis ini, penulis dengan ketulusan hati, mengucapkan terima
asih sebesaar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam enyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.H., M.Sc. C.T.M., Sp.A.K.,
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara. 2.
Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., sebagai Ketua Program Magister S2 dan
Doktor S3 Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Penguji I.
4. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum., sebagai Sekretaris Program
Magister S2 Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan merangkap Dosen Pembimbing III yang telah memberikan arahan mengenai
penulisan tesis yang benar. ahmanirrahim,
ra s
d
k p
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH., sebagai Dosen Pembimbing I
di pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
.
ri, Niar, Udin, Hendra, Herman,
s Sumatera Utara.
ih sayangnya dan segala pengorbanannya sehingga
i Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas
a sehingga tercapailah kesempurnaan tesis ini. yang telah memberikan masukan dan ide-ide dalam hal penulisan tesis ini
sampai dengan selesai. 6.
Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum., sebagai Dosen Pembimbing II pada saat penulis menjalani stu
yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis. 7.
Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum., sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan kritikan berupa tata tulis penulisan penelitian yang benar
8. Para Karyawan dan Tata Usaha Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara, yaitu : Fika, Fit dan Hendrik yang telah membantu selama penulis menjalani studi di Sekolah
Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universita 9.
Terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua saya Ayahanda H. Budiono dan Ibunda Hj. Tetty Yunidar Siregar, yang selalu mendoakan,
mencurahkan segenap kas penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Terima kasih penulis kepada saudara-saudaraku Dina, Putra, Fitri, Nanda dan
Rani yang sangat memberikan motivasi kepada penulis dan doanya sehingga dapat menyelesaikan studi d
Sumatera Utara. 11.
Terima kasih buat Seseorang yang selalu di hatiku, yang senantiasa memberi dukungan dan nasehatny
Universitas Sumatera Utara
12. Tidak ketinggalan terima kasih kepada sahabat-sahabatku rekan mahasiswa
Ira, Sherly, Nina, Neny, Sara, sudah membantu selama penyelesaian tesis, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.
Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Wassalamualaikum wr. wb. Medan, 27 Juni 2011
Penulis
Ulfa Budiarty DTO
Nim. 097005086HK
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Ulfa Budiarty
empat Tgl. Lahir : Pematang Siantar, 26 November 1983 Pangkat Golongan
: Yuana Wira TU IIIA Jabatan
: Sekretaris nstansi
: Kejaksaan Tinggi Sumat Agama
: Islam Nama
Nama Ibu : Hj. Tetty Yunidar Siregar
Saudara : 1. Nurmaulidina B.
2. Budhy Syah Putra 3. Fitri Ramadhani
4. Choirul Rizal Ananda 5. Khairani Novia
SukuBangsa : Melayu
Indonesia e-mail
: ulfabudiartiyahoo.co T
I era Utara
Ayah : H. Budiono
Sari .id
atar Belakang Pendidikan
1. Pendidikan Dasar dan Menengah Umum
a. SD
: Swasta Taman Siswa Pematang Siantar lulus
tahun 1995
b. SMP
: Negeri 4 Medan lulus tahun 1998
c. SMA
: Swasta Sultan Agung lulus
tahun 2001
2. Pendidikan Tinggi
a. S1
s Islam Sumatera Utara lulus
tahun 2007
S2 : Program Studi Magister Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, lulus tahun 2011
L
: Fakultas Hukum Universita b.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN iii
PERNY v
ABSTR vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiii
DAFTA xiv
DAFTA xvii
1
1 u
7 8
D. Manfaat
Pe e 8
9 11
ka Teori
11 2.
Kerangka Konsep
21 etode
Pe 25
. 2. Sumber Bah
27 3. Teknik Pengumpulan Data
29 4.
Analisis Data
ATAAN AK
R ISI R GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B.
R musan Masalah
C. Tujuan
Penelitian n litian
E. Keaslian
Penelitian F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi
1. Kerang
G. M nelitian
1 Jenis dan Sifat Penelitian 26
an Hukum
29
Universitas Sumatera Utara
BAB II
: KED
32 UDUKAN BANK INDONESIA DALAM
PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT TERHADAP BANK
Indonesia Sebagai Bank Sentral iliki Kewenangan Untuk Menjaga
tem Keuangan Kriteria Tingkat Kesehatan Bank
1. Bank Dalam Pengawasan Normal 46
Bank Dalam Pengawasan Intensif 48
50 ku Kegiatan Usaha BBKU
5 ank
Gagal 5
Indonesia Dalam Kepailitan Bank ral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem
6
RI No. 029KN2006 elawan PT. Bank Global
. an Niaga Jakarta Pusat No.
01PN.Niaga Jkt.Pst., antara PT. Bank T. Bank Danamon Indonesia Tbk.
BAB III MASALAH BANK INDONESIA SEBAGAI BANK
SENT ITAN BANK
A. Terbukanya
Pengajuan Pailit k
B. spek
u um Permohonan Pernyataan Pailit 80
Creditorium A. Bank
32 B. Bank Indonesia Mem
39 Stabilitas Sis
C. 45
2. 47
3. Bank Dalam Pengawasan Khusus a.
Bank Dalam Penyehatan BDP b.
Bank Be 1
4. Penanganan
B 1
D. Kewenangan Bank ebagai Bank Sent
S Keuangan SSK
1. Putusan
Mahkamah Agung
antara Lina Sugiharti Otto m Internasional Tbk
64
2. Putusan Pengadil 021PAILIT20
IFI melawan P 68
: RAL DALAM PENGAJUAN KEPAIL
71
72 Peluang
Kreditor Lain dalam Ban
A H k
1. Syarat Adanya Dua Kreditor Atau Lebih Concursus 80
2. Syarat Harus Adanya Utang 83
3. Syarat Adanya Satu Utang yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih
88
Universitas Sumatera Utara
Syarat Permohonan Pailit 93
4. 97
C. Masalah Hukum
BAB IV MEK
T DIGUNAKAN OLEH KREDITO
ESAIKAN P UT N
A 1
A. Mekanism ap Bank
1 it
1 1
B. Sistem Keuangan Sebagai Kebijakan
la 110
1. 111
2 rt
112 1
. Kebijakan Resolusi Krisis yang Efektif 114
1 1
Fungsi dan Peran Lembaga Penjamin Simpanan 119 D.
a 1
BAB V K S
P 1
A. i 1
B. Saran
131
DAFTAR PU A
1
yang Dihadapi Bank Indonesia
: ANISME HUKUM YANG DAPA
R DALAM MENYEL TERHADAP BANK
I A GNY
03
e Hukum Penyelesaian Piutang Terhad 03
1. Melalui Permohonan Pail 03
2. Melalui Gugat Pengadilan Jaring Pengaman
08 Da
m Kepailitan Bank Pengaturan dan Pengawasan Bank yang Efektif
ender of Last Reso .
L 3.
Skim Penjaminan Simpanan deposit insurance yang Memadai
13 4
C. Peran Lembaga Penjamin Simpanan LPS Dalam Mengembalikan Dana Nasabah pada Bank yang Pailit
14 1. Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan LPS
17 2.
LPS Pen
nganan Dana Nasabah Bank yang Pailit 21
: E IM ULAN DAN SARAN
28
Kes mpulan 28
ST KA 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gam ar 1. H un
dan Sistem Moneter Gam ar 2. M
Pe an 56
b ub
gan Stabilitas Sistem Keuangan 42
b ekanisme Pengambilan Keputusan untuk Pencegahan dan
ganan Krisis n
Universitas Sumatera Utara
ANA ADAP
G KEP
ANG Ulfa Budiarty
Bismar Nasution Sunarmi
Mahmul Siregar A B S T R A K
Sektor perbankan di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam
k mengajukan permohonan pernyataan pailit epada Bank sebagai Kreditor.
Kreditor tidak dapat mengajukan permohonan pailit secara langsung kepada engadilan Niaga terhadap Debitor yang merupakan Bank. Kreditor tersebut harus
engajukan keinginannya kepada Bank Indonesia dan hanya Bank Indonesia yang apat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap Bank dimaksud ke
engad lan Niaga. Bank harus benar-benar dijaga karena berkaitan dengan dana masyarakat. Apabila Bank dengan mudah dapat dim
setiap Kreditor, maka resikonya sangat tinggi. Ka
terhadap Bank hilang.
Apabila Bank dapat dimohonkan pailit ke Pengadilan Niaga oleh dua atau lebih Nasabah, maka kepentingan masyarakat lain yang menyim
nanya di Bank akan dirugikan. Di samping itu, hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk pada perekonomian nasional, seperti terjadinya rush yang dapat berlanjut pada mungkinan m
istemik. Masalah Bank Indonesia sebagai Bank e pailitan
ank adalah terbukanya peluang bagi Kreditor Bank Nasabah Bank selain Bank donesia itu sendiri dalam pengajuan pailit terhadap Bank. Mekanisme hukum yang
apat digunakan oleh Kreditor dalam menyelesaikan piutangnya terhadap Bank ada ua, yaitu : 1. Melalui permohonan pailit yang diajukan Nasabah Bank itu sendiri
ada saat dicabutnya izin usaha Bank oleh Bank Indonesia; dan 2. Melalui
ekanisme pengajuan klaim kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS. t
LISIS YURIDIS PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERH BANK DALAM UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTAN
AILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UT
perekonomian. Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah otoritas perbankan yang kewenangannya
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin, mengawasi, dan mengenakan sanksi terhadap Bank. Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang memberikan kewenangan tunggal kepada Bank Indonesia untu
k
P m
d P
i ohonkan pailit oleh
rena pengaturan kepailitan yang sederhana akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bank menjadi
pan da
runtuhnya bank yang bersangkutan dan ke e
ak yang s
S ntral dalam pengajuan ke nimbulkan damp
B In
d d
p m
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Perlu untuk segera melakukan revisi erhadap Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 atau membuat
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
peraturan pelaksanaan tentang Kepailitan Bank; 2. Perlu diatur lebih detail lagi mengenai Kepailitan Bank.
gan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur Kepailitan bank sebagai primary rule atau secondary rule.
Peraturan Pemerintah tentang Kepailitan Bank sebagai secondary rule dan Undang- ndang No. 37 Tahun 2004 seb
Kepailitan berdasarkan ndang-Undang No. 37 Tahun 20
in adanya Kepastian Hukum oleh arena telah ditetapkan jangka w
iajuka Caranya adalah den
U U
agai primary rule; 3. Proses 04 lebih menjam
aktu hingga adanya putusan pailit. Kepailitan k
d n pada saat dicabutnya izin usaha Bank oleh Bank Indonesia menurut
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.
Kata Kunci : - Kepailitan Bank
- Likuidasi Bank
- Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Universitas Sumatera Utara
JURIDICAL ANALYSIS OF BANKRUPTCY PETITION IN BANK BY LAW NO. 37 OF 2004 ON BANKRUPTCY AND DELAY DEBT OBLIGATION
Ulfa Budiarty Bismar Nasution
Sunarmi
Indonesia’s banking sector has a very strategic role in the economy. Article 24 f Law No. 23 of 1999 concerning Bank Indonesia said that the banking authority is
e authority to establish rules, give and revoke licenses, supervise, and impose anctions against the Bank. Article 2 Paragraph 3 of Law No. 37 of 2004 on
ankruptcy and Suspension of Payment gives sole jurisdiction to Bank Indonesia to pply for a declaration of bankruptcy to the Bank as a creditor.
Creditors can not file a bankruptcy petition directly to the Commercial Court gainst the debtor which is the Bank. Creditors must submit his desire to Bank
donesia and Bank Indonesia could only apply for a declaration of bankruptcy of the ank to the Commercial Court. Bank should really be kepts as it pertains to
termediary institution. Because bankruptcy is a simple arrangement of the Bank ould lead to public confidence in the Bank to be lost.
If the Bank can be petitioned for bankruptcy at the Commercial Court by two r more customers, then the interests of other people who save their money in the
ank would be harmed. In addition, it can cause a more severe impact on the national conomy, like the rush that can lead to the collapse of the Bank concerned and the
ossibility of a systemic impact. Problems of Bank Indonesia as Central Bank in the ankruptcy filing of the Bank is opening opportunities for the Creditor Bank Bank
ustomers Bank Indonesia besides themselves in the bankruptcy filing against the ank. Legal mechanisms that can be used by creditors to resolve claims against the
ank there are two, namely : 1. Through a bankruptcy petition filed the Bank’s own
ustomers at a business license revoked by the Bank of Bank Indonesia; and 2. hrough the mechanism of filing a claim with the Deposit Insurance Corporation
IC. The results showed that : 1. Need for immediate revisions to Article 2
aragraph 3 of Law No. 37 of 2004 or to make regulations concerning the plementation of Bank insolvency; 2. Should be regulated in detail about the
ankruptcy Bank. The way is to issue a government regulation that governs the ankruptcy Banks as a primary or secondary rule. Government Regulation on
solvency Bank as a secondary rule and Act No. 37 of 2004 as a primary rule; 3. L
Mahmul Siregar A B S T R A C T
o th
s B
a
a In
B in
w
o B
e p
b C
B B
c T
D
P im
B B
In Bankruptcy process based on Law No. 37 of 2004 further ensure the existence of the
egal Certainty for predetermined period of time until the bankruptcy decision.
Student of Master of Law at Faculty of Law in niversity of North Sumatra Lecturers of Master of Law at Faculty of Law in University of North Sumatra
U
Universitas Sumatera Utara
Bankruptcy filed at the time of re s licenses according to the Bank
by the Bank of Indonesia Go No. 25 of 1999 concerning
Revocation of Business Licenses, Di i
idation of Banks. ey Words
: - Bank bankruptcy -
Liquidation -
Bank Indonesia as Central Bank vocation of busines
vernment Regulation qu
ssolution and L K
of Banks
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan ekonomi pada umumnya dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi aik orang perorangan yang menjalankan perusahaan atau badan usaha yang
empunyai kedudukan sebagai badan hukum atau bukan badan hukum. Kegiatan konomi pada hakekatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan yaitu, suatu
egiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan yang dimaksud harus ilakukan
1
: 1.
Secara terus menerus dalam pengertian tidak terputus putus; 2.
Secara terang-terangan dalam pengertian yang sah bukan ilegal; dan 3.
Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan baik untuk diri sendiri atau orang lain.
Kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat pada hakikatnya
erupakan rangkaian berbagai perbuatan hukum yang luar biasa banyak jenis, ragam, ualitas dan variasinya yang dilakukan oleh antar pribadi, antar perusahaan, antar
egara dan antar kelompok dalam berbagai volume dengan frekuensi yang tinggi etiap saat di berbagai tempat. Peranan tersebut baik dalam hal mengumpulkan dana
dari masyarakat maupun menyalurkan dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan perekonomian yang ada. Me
in tinggi frekuensi kegiatan
A.
b m
e k
d
m k
n s
ngingat dengan semak
1
Sri Redjeki Hartono, Husni Syawali, dan Neni Sri Imaniyati, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung : Mandarmaju, 2000, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
e o
a masyarakat tentunya semakin banyak pula kebutuhan akan dana se
, mengingat peranannya sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sektor keuangan
rhadap
ng dapat ditarik dari krisis perbankan adalah bahwa kegagalan suatu bank, apalagi yang berdampak sistemik,
mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada sistem perbankan nasional menjadi sangat menurun, selain itu berakibat pula pada terganggunya kegiatan
perekonomian. Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Bank Indonesia adalah otoritas perbankan yang kewenangannya meliputi: menetapkan peraturan power to regulate, memberikan dan mencabut izin atas
kon mi yang terjadi pad bagai salah satu faktor pendorong dalam menggerakkan roda perekonomian.
Seiring pesatnya perkembangan ekonomi dunia telah berdampak pada meningkatnya transaksi perdagangan antar pelaku usaha, dimana satu pelaku usaha melakukan
usaha atau investasi di beberapa negara berdasarkan hukum negara setempat.
2
Sektor perbankan di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian
sistem pembayaran. Terlebih lagi perbankan masih mendominasi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian yang besar te
kebijakan pengaturan dan pengawasan bank, apalagi setelah terjadinya krisis perbankan. Salah satu pelajaran penting ya
3
4
Mustafa Siregar, Efektivitas Perundang-Undangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dengan Penelitian di Wilayah Kodya, Medan : Universitas Sumatera Utara, 1990, hal. 1.
Masyarakat di Bidang Perbankan”,
2 3
Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, ”Cetak Biru Edukasi http:www.bi.go.idNRrdonlyres0906143C-163D-4A02-BC59-
C2D6C0E31AE9903CetakBiruEdukasiMasyarakatdiBidangKeuangan.pdf., diakses pada 12 Mei 2011.
aran Negara Republik Indonesia Nomor 3843.
4
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lemb
Universitas Sumatera Utara
kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank power to license,
5
melaksanakan pengawasan bank power to supervise dan mengenakan sanksi terhada
an permohonan pernyataan pailit atas bank sebagai debitor.
8
Pengat p bank power to impose sanction. Selaku otoritas perbankan, maka
kebijakan pengaturan dan pengawasan bank yang dirumuskan dan diimplementasikan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengupayakan terciptanya individual bank yang
sehat yang pada gilirannya mendukung sistem perbankan yang sehat.
6
Dengan demikian, ada dua dimensi yang harus tercakup dalam penyelenggaraan kebijakan
perbankan, yaitu fokus terhadap individu bank dan fokus terhadap sistem perbankan nasional.
7
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang memberi kewenangan tunggal kepada Bank Indonesia
untuk mengajuk uran yang demikian ini menunjukkan bahwa pembuat peraturan kepailitan
memberikan perhatian tersendiri bagi bank sebagai debitor dalam pelaksanaan kepailitan.
9
6
pegawai bank, serta iklim usaha yang kondusif. Dalam : Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Cetakan Kedua, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005.
an baik. Da
W.J.S. Poerwadarminta mengatakan bahwa pailit artinya bangkrut; misal perusahaan itu sudah b
alai Pustaka,
. Lihat juga : John M. Echols dan
5
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, otoritas yang mempunyai power to license adalah Menteri Keuangan.
Bagian yang juga sangat penting dalam rangka mengupayakan terciptanya bank dan sistem perbankan yang sehat adalah kualitas dan integritas pemegang saham pengendali, pengurus, dan
7
Sistem perbankan dapat diartikan sebagai kumpulan dari lembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha yang memungkinkan bank melaksanakan fungsinya deng
lam : Ibid.
8
Pasal 2 ayat 3, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4443.
9
angkrut dan bangkrut artinya menderita kerugian besar hingga jatuh perusahaan, toko, dan sebagainya. Dalam : W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : B
1999. Kemudian, John M. Echols dan Hassan Shadily mengatakan bahwa bankrupt artinya bangkrut, pailit dan, bankruptcy artinya kebangkrutan, kepailitan
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang disebutkan, di
Penjelasannya, yaitu
10
: “Dalam hal debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pen diajukan oleh Bank Indonesia sedangkan bank yang dimaksud adalah bank
gajuan permohonan pernyataan pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan
dan kondisi perbankan secara keseluruhan, oleh karena itu tidak perlu permohonan kepailitan ini tidak menghapuskan kewenangan Bank Indonesia
intermediary institution yang bekerja dengan dana masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan,
11
maka prosedur kepailitan terhadap bank oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Pe
pailit s Bank Indonesia dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keuangan
dipertanggungjawabkan. Kewenangan Bank Indonesia untuk mengajukan terkait dengan ketentuan mengenai pencabutan izin usaha bank, pembubaran
badan hukum, dan likuidasi bank sesuai peraturan perundang-undangan”. Ketentuan bahwa terhadap permohonan Kepailitan bank ternyata tidak secara
serta merta dapat dilakukan oleh kreditor. Sebagai badan usaha yang mempunyai karakteristik khusus, yaitu selaku
nundaan Kewajiban Pembayaran Utang dibedakan dari prosedur kepailitan bagi badan usaha pada umumnya. Kreditor tidak dapat mengajukan permohonan
ecara langsung kepada Pengadilan Niaga terhadap debitor yang merupakan
Hassan n, Indonesian
Bankcru
, 1994, hal. 132. Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1979. Selanjutnya : David K. Linnan
menamakan kepailitan sebagai liquidation in bankcruptcy. Bandingkan : David K. Linna ptcy Policy Reform: Reconciling Efficiency and Economic Nationalism, Singapura :
Institute of Southeast Asian Studies Singapore, September 1999, hal. 6., Sementara, J. Armour menyebut kepailitan sebagai insolvency. Mengatakan bahwa : “insolvency means inability to pay
creditors”. J. Armour, “The Law and Economics of Corporate Insolvency : A Review”, Cambridge : ESRC Centre for Business Research University of Cambridge, Maret 2001, hal. 3.
10
Pasal 2 ayat 3 dan Penjelasannya, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
11
Pasal 29 ayat 3, Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357. Lihat juga : Ross H. Mcleod, Indonesia Assessment 1994 : Finance as a Key Sector in Indonesia’s Development,
Singapura Australia : Heng Mui Keng Terrace Australian National University
Universitas Sumatera Utara
bank. K
e pengadilan niaga.
PT. Ba PT. Ba
Sebaga Kepaili
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, yang menyebutkan bahwa “Apabila debiturnya adalah Bank, maka yang harus memohonkan pailit adalah hanya Bank
Indonesia BI. PT. Bank IFI tidak memiliki kapasitas hukum untuk memohonkan pailit PT. Bank Danamon, Tbk”.
Perkara ini berawal dari proses damai antara PT. Bank IFI dan PT. Bank Danamon, Tbk., dan melibatkan Bank Indonesia yang tidak tercapai. PT. Bank
Danamon, Tbk., dianggap mewarisi kewajiban PT. Bank Nusa Internasional kepada PT. Bank IFI sebesar US. 5 juta. PT. Bank IFI melalui kuasa hukumnya mengirim
surat pada bulan Mei 2000 kepada Bank Indonesia yang isi suratnya adalah meminta Bank Indonesia untuk mempailitkan PT. Bank Danamon, Tbk. Ternyata jawaban
Bank Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak memuaskan PT. Bank IFI, bukan berdasarkan Undang-Undang No. 4
ang diinginkan PT. Bank IFI. Deputi Direktur reditor tersebut harus mengajukan keinginannya kepada Bank Indonesia dan
hanya Bank Indonesia yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap bank dimaksud k
Sebagai contoh kasus dapat dilihat pada permohonan pailit PT. Bank IFI atas nk Danamon, Tbk. Permohonan tersebut ditolak oleh Pengadilan Niaga karena
nk IFI tidak berwenang meminta agar mempailitkan PT. Bank Danamon, Tbk. imana ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
tan pada saat itu Undang-Undang yang digunakan masih Undang-Undang
12
Tahun 1998 tentang Kepailitan seperti y
12
Tempo Interaktif, “Permohonan Pailit Bank IFI Atas Bank Danamon Ditolak”, Majalah Tempo Diterbitkan Rabu 06 Juni 2001.
Universitas Sumatera Utara
Hukum
dah disurati oleh PT. Bank IFI. Berbeda dengan kasus
Bank Indonesia di Pengadilan mengungkapkan bahwa “Bank Indonesia tidak mengenal mekanisme pailit”. Keterangan tersebut dikuatkan lagi dengan keterangan
saksi ahli dari Bank Indonesia bernama Frederick Tumbuan yang mengatakan di persidangan bahwa “mempailitkan Bank terlalu mahal bagi Bank Indonesia”.
13
Oleh karena itu, maka Bank Indonesia memilih jalur likuidasi daripada jalur mempailitkan
Bank. Kasus tersebut di atas diajukan ke Pengadilan Niaga mengenai permohonan
pailit oleh PT. Bank IFI kepada PT. Bank Danamon, Tbk., karena tidak ada tindak lanjut dari Bank Indonesia yang su
yang melanda PT. Bank Global International Dalam Likuidasi dan Lina Sugiharti Otto yang memohonkan kasasi terhadap perkara kepailitan PT. Bank Global
International Dalam Likuidasi. Kasasi tersebut adalah permohonan pailit Lina Sugiharti Otto kepada PT. Bank Global International Dalam Likuidasi. Namun
Mahkamah Agung menyatakan putusan Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat merupakan kesalahan dalam menerapkan hukum, sebab seharusnya permohonan
pernyataan pailit tersebut dinyatakan tidak dapat diterima.
14
Dalam Penelitian ini akan di analisis mengenai alasan dibuatnya prosedur khusus kepailitan bank. Analisis akan difokuskan pada usaha bank karena
mempunyai karakteristik khusus, yaitu selaku intermediary institution,
15
sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap bank yang merupakan hal yang
13
Ibid.
14
Hukum Online, “Hanya Bank Indonesia yang Berhak Memailitkan Bank Dalam Likuidasi”, diterbitkan 29 Oktober 2007, http:www.hukumonline.com., diakses pada 07 Juni 2011.
ia’s
15
Ross H. Mcleod, Indonesia Assessment 1994 : Finance as a Key Sector in Indones Development, Op.cit.
Universitas Sumatera Utara
sangat esensial bagi kelangsungan usaha bank harus benar-benar dijaga. Apabila bank dengan mudah dapat dimohonkan pailit oleh setiap kreditur, maka risikonya sangat
tinggi, karena pengaturan kepailitan yang sederhana terhadap bank akan mengak
ilitan dikaitkan dengan fungsi
pailit terhadap bank?
ila menerapkan kepailitan pada Bank? ibatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank bisa menjadi hilang. Dapat
dibayangkan bahwa ketika mendengar kabar suatu bank diajukan untuk dimohonkan pailit ke Pengadilan Niaga, maka nasabah penyimpan di bank tersebut akan segera
berbondong-bondong antri untuk mengambil simpanannya rush. Bahkan dampak lanjutan dari kondisi psikologis masyarakat ini dapat menimbulkan dampak berantai
kepada nasabah-nasabah bank lainnya, sehingga pada bank-bank lainnya juga dapat terjadi rush contagion effect.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penelitian ini menjadi penting sebagai ide perspektif hukum dalam upaya pemikiran yakni menguraikan kekhususan
kepailitan terhadap Bank yang diatur dalam ketentuan kepa bank dan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan Bank
dalam rangka memajukan perekonomian nasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam hal pengajuan permohonan
2. Bagaimana permasalahan hukum yang dihadapi Bank Indonesia sebagai bank
sentral apab
Universitas Sumatera Utara
3. Bagaimana mekanisme hukum yang dapat digunakan oleh Kreditor dalam
menyelesaikan piutangnya terhadap Bank?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang hendak dicapai peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar yuridis kedudukan bank berupa
sme hukum yang dapat digunakan oleh kreditor dalam menyelesaikan piutangnya terhadap Bank.
D. M
akukan ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu :
informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan
ilit terhadap Bank yang hanya dilakukan oleh Bank Indonesia yang masih sedikit.
prinsip-prinsip yang menyebabkan hanya Bank Indonesia yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap bank.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis permasalahan hukum yang dihadapi
Bank Indonesia apabila menerapkan kepailitan pada Bank 3.
Untuk mengetahui dan menganalisis mekani
anfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dil 1.
Kegunaan Teoritis : a.
Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, khususnya hukum kepailitan
dan hukum perbankan. b.
Memperkaya khasanah kepustakaan dalam hal literatur mengenai kepailitan tentang permohonan pa
Universitas Sumatera Utara
2. Kegunaan Praktis :
a. Sebagai bahan masukan bagi kalangan terkait yaitu Akademisi, Praktisi
Hukum Bisnis, Lembaga Pemerintah, Institusi Peradilan, dan Bank
i relevansi dengan
sabah Bank agar
apabila terjadi permohonan pailit kepada bank tempat masyarakat menyimpan
Utara terdap
ahas Kepailitan terhadap Bank. Berdasarkan pem
Perny Kepa
pernah dilakukan an yang sama. Jadi, penelitian ini dapat disebut asli sesuai
de Indonesia dalam hal bersinergi dan berkolaborasi untuk menerapkan
dan menegakkan ketentuan peraturan perundang-undangan hukum kepailitan maupun peraturan lainnya yang memilik
hukum bisnis di Indonesia. b.
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat sebagai Na memiliki pemahaman terhadap permohonan kepailitan oleh Bank
Indonesia terhadap Bank dan tidak merasa khawatir
uangnya.
E. Keaslian Penelitian
Hasil dari pemeriksaan penulisan tesis dan disertasi di Universitas Sumatera terdapat 32 tiga puluh dua judul yang membahas Kepailitan, namun tidak
at judul penelitian yang memb eriksaan tersebut maka tesis dengan judul “Analisis Yuridis Permohonan
ataan Pailit Terhadap Bank Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang ilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang” belum
dalam topik dan permasalah ngan asas-asas keilmuan yaitu, jujur, rasional dan objektif serta terbuka.
Universitas Sumatera Utara
Adapun beberapa penelitian yang memiliki karakteristik serupa tapi tidak , antara lain :
Berlian Napitupulu, “Analisis Juridis Likuidasi Bank di Indonesia Studi Kasus di Kota Medan”, Tesis yan
sama 1.
g dibuat di Medan pada Program Magister
2. Terhadap Bank Sebagai Kreditor
Pemegang Hak Tanggungan Dalam Penangguhan Eksekusi Jaminan Berkaitan dang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penulisan penelitian ini memiliki rumusan masalah dan tujuan penelitian yang berbeda. Begitu juga dengan kajiannya berupa pengajuan permohonan pailit oleh
Bank Indonesia terhadap Bank, permasalahan hukum terhadap Bank Indonesia yang menerapkan ketentuan kepailitan pada Bank, dan mekanisme hukum yang digunakan
oleh kreditor dalam menyelesaikan piutangnya terhadap bank. Pertanggung jawaban tersebut dapat berupa isi dan kajian yang dipaparkan dalam penelitian ini.
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tahun 2004. Pada tesis ini membahas mengenai akibat hukum yang timbul jika Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang jika diterapkan terhadap bank dan terhadap likuidasi bank;
Saraswati Jaya, “Perlindungan Hukum
Dengan Undang-Un Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”, Tesis yang dibuat di Medan pada
Program Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tahun 2010. Dibimbing oleh Muhammad Yamin, Runtung Sitepu, dan T. Keizerina
Devi A. Pada tesis ini membahas mengenai eksekusi hak tanggungan, kedudukan kreditur, dan pelaksanaan eksekusi hak tanggungan.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi 1. Kerangka
Teori
Kewangan Bank Indonesia sebagai institusi yang mempunyai kewenangan dalam mengajukan kepailitan bank merupakan cerminan dari teori utilitarisme. Teori
tersebut untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Jeremy Bentham
16
1748-1832 yang dalam karya tulisannya yang berjudul “An Introduction to the Principles of
Morals and Legislation” menjelaskan bahwa suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral kalau hanya mendatangkan manfaat bagi orang sebanyak
mungkin.
17
Dalam hal ini, utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik buruknya suatu hal. Kualitas moral suatu perbuatan
baik buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar, artinya memajukan
emakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu adalah baik the greatest good for the greatest number. Artinya, bahwa hal yang benar di
definisikan sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Jika perbuatan membawa lebih banyak
kerugian daripada manfaat, perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan tersebut memang menentukan seluruh kualitas moralnya. Perbuatan yang memang
k
18
anya Introduction to the Principles of Morals and s
9 adalah karya klasik yang menjadi rujukan locus classicus trad
risme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “manfaat”. Diktum B nth
akni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dalam : Ian Saphiro, Asas Moral dalam Politik, Jakarta :
Yayasan Institute,
17 18
Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, Bandung : Alfabeta, 2007, hal. 93.
16
Jeremy Bentham 1748-1832, kary lation, pertama kali diterbitkan tahun 178
Legi isi utilitarian. Utilita
ang selalu dikenang, y e
am y Obor Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom
2006, hal. 13. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta : Kanisius, 1998,
hal. 93-94.
Universitas Sumatera Utara
bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.
19
Moral biasanya mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Di samping itu, moralisme hukum paling baik dipahami sebagai pola alami institusional,
yakni pola dari upaya untuk membuat nilai-nilai menjadi efektif untuk memberikan arahan bagi tingkah laku manusia. Moral dilegalisasi ketika ideal-ideal kebudayaan
diidentikkan dengan suatu gambaran pasti mengenai tatanan sosial. Sehingga moralisme hukum bergerak ke arah hukum positif, yakni dengan memasukkan suatu
kecenderungan untuk memberi sanksi ke dalam proses hukum. Prinsip Utilitarian menyatakan bahwa : ”An action is right from an ethical
point of view if and only if the sum total of utilities produced by that act is greater than the sum total of utilities produced by any other act the agent could have
performed in its place”.
20
Menurut teori ini sesuatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi utilitarianisme tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Dalam rangka pemikiran utilitarisme kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah
perbuat an yang terbaik.
21
Hal ini dapat dipahami dari alasan diberikannya kewengan kepada Bank Indonesia untuk mengajukan kepailitan pada bank untuk melindungi
anuel G. Velasquez, Business Ethics : Concepts and Cares, Edisi Kelima, New Jersey : Pearson
19
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta : Kanisius, 2000, hal. 67.
20
M Education Inc., 2002, hal. 76
21
K. Bertens, Loc.cit, hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
kepenti
nyatakan bahwa Bank Indone
elihara stabilitas moneter dan ngan ekonomi secara makro karena bank merupakan lembaga kepercayaan
yang harus dijaga stabilitasnya oleh Bank Indonesia . Di berbagai negara, tugas menjaga stabilitas keuangan diemban oleh bank
sentral, dengan dasar bahwa stabilitas moneter hanya dapat dicapai dengan sistem keuangan yang stabil. Dari sini dapat dilihat sudah seharusnya pemeliharaan stabilitas
moneter dan stabilitas keuangan dilaksanakan secara simultan. Di Indonesia, memang tidak ada kerangka hukum yang secara formal dan definitif me
sia memiliki fungsi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun perlu diingat, bahwa baik fungsi kestabilan moneter maupun fungsi kestabilan keuangan
akan bermuara pada hal yang sama, yaitu stabilitas harga.
22
Dengan demikian, Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi menjaga stabilitas moneter yang diatur secara
eksplisit dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, secara simultan juga turut
menjaga stabilitas keuangan. Atau dapat pula dikatakan bahwa tugas menjaga stabilitas sistem keuangan menjadi satu dengan tugas menjaga stabilitas sistem
moneter.
23
Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank
Indonesia juga telah memasukkan aspek stabilitas sistem keuangan dalam misinya, yaitu memelihara stabilitas nilai rupiah dengan mem
22
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang Pendiria
al. 349. n Lembaga Penjaminan Simpanan di Indonesia, Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2002, h
23
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mendor
bantuan kepada bank yang mengalami krisis likuiditas apabila ada potensi
ong stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
24
Sehingga peranan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas keuangan bukanlah suatu hal untuk diperdebatkan lagi.
Pelaksanaan tugas dan fungsi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas keuangan antara lain menjaga stabilitas moneter, menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, melakukan macroprudential surveillance dan mengembangkan riset untuk
pengembangan instrumen dan indikator macroprudential serta mendeteksi kerentanan sektor keuangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan fungsi lender of
the last resort.
25
Sebagai lender of the last resort, bank sentral memiliki peranan yang sangat besar dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Lender of the last of resort
merupakan instrumen pengawasan pada saat krisis, dimana bank sentral dapat memberikan
terjadi resiko sistemik.
26
Hal ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan sehingga menciptakan kredibilitas bank, sehingga stabilitas keuangan juga turut
terjaga.
24
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, “Kerangka Acuan Tugas Penelitian dan Publikasi : Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan dan Jaring Pengaman
Sektor Keuangan”, Jakarta : Bank Indonesia, Maret 2009.
ashington DC : International Monetary Fund, 2001, hal. 20.
25
Ibid.
26
Zulkarrnaen Sitompul, Op.cit., hal. 346. Lihat juga : Tobias M.C. Asser, Legal Aspects of Regulatory Treatment of Banks in Distress, W
Universitas Sumatera Utara
Kita dapat juga mengelaborasi pendapat dari H.L.A. Hart sebagai ahli hukum yang membagi hukum ke dalam dua bentuk.
27
Pertama, primary rule, yaitu aturan yang m
juan untuk menilai apakah suatu norma dapat diterima sebagai peratur
ahkamah Konstitusi. Dapat disimpulkan bahwa apabila berbagai undang-undang yang mengatur
kewenangan yang sama dari berbagai badan, maka semua undang-undang tersebut akan dapat diuji keabsahan dan validitasnya sesuai dengan norma dasar yang berlaku.
Dalam hal ini, pengaturan sektor keuangan misalnya, dilihat dari norma dasar, Bank embebankan kewajiban dan penegakannya tergantung pada penerimaan
mayoritas masyarakat. Kedua, secondary rule, yaitu aturan-aturan yang memberikan kekuasaan. Namun primary rule memiliki kelemahan-kelemahan berupa
ketidakpastian, statis dan tidak efisien, maka dari itu perlu untuk membuat secondary rule yang berfungsi untuk menutupi kekurangan dari primary rule. Secondary rule
terdiri atas rules of recognition, rules of change dan rules of adjudication. Rules of Recognition bertu
an atau tidak dalam masyarakat. Apabila tidak memenuhi rules of recognition ini, maka tidak dapat diterima sebagai peraturan. Oleh Hart, salah satu kriteria bagi
rules of recognition adalah kembali menguji keabsahannya berdasarkan norma dasar yang berlaku. Apabila suatu norma yang telah disahkan ternyata bertentangan dengan
norma dasar, maka melalui rules of change, norma itu dapat dicabut dan dapat diganti dengan yang baru.
28
Di Indonesia, hal ini dapat diajukan dengan judicial review melalui M
27
M.R. Zafer, Jurisprudence: An Outline, Kuala Lumpur : International Law Book Services, 1994, h
Ibid. al. 17-18. Lihat juga : Hari Chand, Modern Jurisprudence, Kuala Lumpur : International
Law Book Services, 1994, hal. 54.
28
Universitas Sumatera Utara
Indone
bagaimana untuk mencapai tujuannya. Kedua, keputu
sia memiliki kekuatan yang sangat kuat dibandingkan dengan badan-badan pengawas sektor keuangan lain seperti Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-
LK dan Lembaga Penjaminan Simpanan LPS.
29
Bank sentral yang independen dan otonom harus tetap dilihat sebagai bagian dari cabang kekuasaan eksekutif, namun terpisah untuk menjalankan kebijakannya
yang khusus demi efisiensi, dan lepas dari campur tangannya. Konsep ini dikenal dengan teori the principal-agent.
30
Independensi bank sentral terbatas pada kekuasaan yang ditentukan oleh undang-undang atau disepakati oleh pemerintah dan
parlemen untuk didelegasikan kepada bank sentral. Dengan demikian, pemisahan adalah pemisahan fungsi, bukan pemisahan dalam arti politis.
31
Namun dari konsep independensi ini, terutama dengan pendekatan “principal-agent”, masih tersirat kesan
bahwa bank sentral dalam menjalankan tugasnya, dapat sangat dipengaruhi oleh cabang eksekutif atau pemerintah sebagai principal.
Alan S. Blinder sebagai ahli hukum perbankan menyatakan bahwa independensi bank sentral dapat berarti dua hal. Pertama, bank sentral memiliki
kebebasan untuk menentukan san-keputusan yang diambil olehnya sulit untuk dibatalkan oleh cabang-
cabang atau lembaga pemerintahan lainnya.
32
Kebebasan dalam menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya bukan berarti bahwa bank sentral dapat
29
Bismar Nasution, “Aspek Hukum Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem
Keuangan SSK”, Bank Indonesia : Laporan Hasil Penelitian, 2007.
30
Maqdir Ismail, Bank Indonesia : Independensi, Akuntabilitas dan Transparansi, Jakarta: Fakultas
Banking in Theory and Practice, Cambridge : The MIT Press, 1998, h
Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 1997, hal.142.
31
Ibid.
32
Alan S. Blinder, Central al. 54.
Universitas Sumatera Utara
menentukan sendiri tujuannya, karena tujuan bank sentral secara umum tentu saja ditetapkan melalui legislasi yang disepakati bersama melalui suatu sistem demokrasi.
Tapi yang dimaksud adalah bahwa bank sentral memiliki diskresi yang luas mengenai bagaim
erkala setelah sekian waktu.
35
perubahan dengan adanya globalisasi dibidang ekonomi, sehingga menjamin atas pemberian pinjaman investasi.
ana menggunakan instrumen-instrumennya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui undang-undang.
33
Lebih jauh lagi, Blinder menegaskan mengapa independensi bank sentral menjadi begitu penting. Kebijakan moneter menurut Blinder memerlukan long time
horizon, atau pandangan yang jauh kedepan.
34
Hal ini karena, pertama, efek-efek yang dihasilkan dari suatu kebijakan moneter, seperti yang terkait dengan inflasi baru
dapat dilihat setelah sekian waktu lamanya, sehingga para decision makers tidak bisa langsung melihat hasil kerja mereka. Kedua, kebijakan-kebijakan moneter memiliki
karakteristik yang sama seperti halnya aktivitas investasi, yaitu memerlukan sesuatu dibayar dimuka, dan akan mendapatkan hasil secara b
Teori lain yang akan digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Leonard J. Theberge sebagai ahli hukum
ekonomi dalam tulisannya “Law and Economic Development” berpendapat ada lima fungsi atau kualitas hukum dalam pembangunan ekonomi yaitu
36
: 1.
“Predictability; kualitas hukum dapat menciptakan prediktabilitas terhadap adanya kepastian hukum dalam dunia usaha khususnya pengembalian utang
33
Ibid.
34
Ibid., hal. 55.
35
Ibid.
36
Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development”, dalam “Peranan Hukum dalam Pembang
unan Ekonomi 2”, dikumpulkan oleh : Erman Rajagukguk, Jakarta : Universitas Indonesia, 1995, hal. 352.
Universitas Sumatera Utara
2. Stability; kualitas hukum untuk menciptakan keseimbangan antara
pengembangan dunia usaha. perlakuan yangsama antara kepentingan pemerintah disatu pihak dan
atau perlakuan yang seimbang dibidang hukum publik dan bidang hukum 4.
Education; fungsi edukasi kepentingan para kreditor dan debitor dalam rangka persaingan dalam
3. Fairness; kualitas hukum dalam mengatur prosedur yang menciptakan
kepentingan masyarakat dunia usaha di pihak lain, sehingga tercapai keadilan perdata.
melalui program sosialisasi menjelaskan perubahanperkembangan peraturan perundang-undangan kepada masyarakat.
5. tersedia sarjana hukum yang memiliki kemampuan mlihat hubungan hukum
Prediktabilitas predictability jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah bahwa Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan dalam mengatur bank-bank yang
ada di Indonesia harus mengeluarkan peraturan-peraturan yang memiliki kepastian, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi suatu keadaan di depan. Maksudnya
dalam hal ini adalah pengajuan pernyataan pailit oleh Bank Indonesia dilakukan karena Bank Indonesia adalah bank sentral untuk Indonesia. Jadi, dengan begitu yang
mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan perbankan antar bank adalah bank Indonesia. Dengan kata lain, yang dapat mempailitkan sebuah bank adalah Bank
Indonesia saja. Jadi, dari otoritas regulator lembaga perbankan yang mempunyai peraturan
mikian, bank- bank yang ada di Indonesia akan dengan mudah memprediksikan bagaimana
pengaturan perbankan ke depannya. Khususnya mengenai pengaturan pengajuan Special development abilities of the lawyer; hukum dapat berperan bilamana
dan pembangunan dunia usaha untuk kesejahteraan masyarakat”.
yang bisa digunakan untuk memprediksi keadilan, maka selanjutnya peraturan tersebut tidak boleh berubah-ubah dengan mudah dan cepat. Dengan de
pernyataan pailit oleh Bank Indonesia kepada Bank. Tujuannya adalah agar nasabah
Universitas Sumatera Utara
tidak panik dalam hal ini jika bukan Bank Indonesia yang mengajukan pailit terhadap bank yang ada, maka sudah dipastikan kondisi keuangan bank tersebut akan collapse.
n kepastian hukum adalah keadilan yang bermanfaat bagi Bank. Dengan perlakuan Bank
Indonesia yang adil maka akan dapat mengembangkan Bank yang ada. Seperti perlakuan pemberian kredit pada setiap bank yang memohon kepada Bank Indonesia.
Bank Indonesia tidak boleh bersikap subjektif melainkan harus objektif dalam pengambilan keputusan untuk pemberian kredit pada Bank.
Setelah perlakuan yang adil kepada Bank maka selanjutnya adalah pendidikan hukum bagi Sumber Daya Manusia SDM Bank Indonesia itu sendiri. Pada Bank
Indonesia pastilah memiliki staff karyawan yang bekerja pada institusi tersebut. Dengan begitu pendidikan hukum kepada setiap staff karyawan dinilai sangat penting
untuk menunjang penerapan stability, predictability, dan fairness. Begitu juga dengan pendidikan spesialis hukum, dalam hal ini untuk mendukung pendidikan hukum. Jika
pendidikan hukum sudah tercapai maka spesialisasi pendidikan hukum diharapkan akan ikut tercapai juga. Setelah Sumber Daya Manusia SDM diberikan pendidikan
hukum maka pastilah akan menuntut pendalaman kajian hukum, yaitu spesialisasi terhadap hukum. Seperti mengenai spesialisasi hukum asuransi, hukum perbankan,
dan lain sebagainya. Inilah yang dihindari oleh Bank Indonesia sebagai penanggung jawab kelangsungan
dunia perbankan. Diharapkan kepada Bank Indonesia agar berlaku adil dalam mengawasi
contohnya dalam pencabutan izin-izin usaha pada Bank. Jika, keadilan hukum terpenuhi maka dipastikan kepastian hukum akan tercapai. Karena tujua
Universitas Sumatera Utara
Beralih ke pengajuan pernyataan pailit oleh Bank Indonesia maka tujuan dari kepailitan adalah untuk melakukan pembagian kekayaan milik debitor kepada para
kreditornya dengan melakukan sitaan bersama dan kekayaan debitor dapat dibagikan kepada kreditor sesuai dengan haknya. Berkaitan dengan ini berlaku ketentuan Pasal
1131 d
membayar utangnya”.
37
Menuru an Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur dan
memberikan kedudukan para kreditor sebagai kreditor konkuren sehingga boedel pailit akan dibagikan kepada para kreditor secara seimbang. Selain itu fungsi dari
hukum kepailitan adalah untuk mencegah kreditor melakukan kesewenang-wenangan untuk memaksa debitor agar membayar utangnya.
Menurut Rudhi Prasetya sebagai ahli hukum kepailitan, mengatakan bahwa : “Adanya lembaga kepailitan berfungsi untuk mencegah kesewenang-wenangan pihak
kreditor yang memaksa dengan berbagai cara agar debitor t Radin sebagai ahli hukum kepailitan, dalam bukunya The Nature of
Bankruptcy sebagaimana dikutip oleh Jordan, et.al., tujuan semua peraturan perundangan tentang kepailitan adalah untuk memberikan suatu forum kolektif untuk
memilah-milah hak-hak dari beberapa penagih terhadap aset seorang debitor yang tidak cukup nilainya.
38
37
Kebangkrutan, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996, hal. 1-2.
Rudhi Prasetya, Likuidasi Sukarela Dalam Hukum Kepailitan, Makalah Seminar Hukum
38
, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, Bandung : Bagus Irawan
Alumni, 2007, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
Kepailitan diatur melalui Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Azas yang terkandung
dalamnya, antara lain
39
: 1.
“Azas Keseimbangan adalah azas yang menentukan bahwa ketentuan tersebut oleh debitor yang tidak jujur maupun oleh oleh kreditor yang tidak beritikad
kemungkinan perusahaan debitor yang prospektif tetap dilangsungkan. 3.
Azas Keadilan mengandung pengertian bahwa ketentuan mengenai kepailitan keadilan ini bertujuan untuk mencegah
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan baik baik.
2. Azas Kelangsungan mengandung arti bahwa ketentuan tersebut mengatur
dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Azas terjadinya kesewenang-wenangan
pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing
hukum materilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
2. Kerangka Konsep
Dalam melakukan penelitian tesis ini, perlu dijelaskan beberapa istilah di bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan. Hal ini
digunakan untuk menghindari kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka akan dipaparkan definisi operasional dari
konsepsi yang digunakan, yaitu : 1.
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan
terhadap debitor, dengan tidak memperdulikan kreditor lainnya. 4.
Azas Integritas mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan perdata dan hukum acara perdata nasional”.
Hakim Pengawas, sebagaimana diatur dalam undang-undang;
40
.
39
Penjelasan Atas Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Universitas Sumatera Utara
2.
ng telah jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut harus
tas permintaan pihak ketiga di luar debitor;
41
al dan
masa waktu
an debitor diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran hutangnya dengan
memberikan rencana pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi hukum tersebut;
5. Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu; Pailit adalah suatu keadaan yang tidak mampu untuk membayar atau dengan
kata lain “ketidakmampuan untuk membayar” dari seorang debitor atas utang-utangnya ya
disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan permohonan pailit ke pengadilan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri maupun
a 3.
Bank adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvension atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran;
42
4. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU adalah suatu
yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim niaga dimana masa waktu tersebut kepada pihak kreditor d
43
44
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
40
Kewajiban Pembayaran Utang.
41
Henry Campbell Black and Bryan A. Garner editor, Black’s Law Dictionary Standard Edition, Edisi Kesembilan, Amerika Serikat : West Group, 2009.
42
Pasal 1 angka 3, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara 3790.
43
Pasal 222-264, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta : Balai Pustaka, 1996.
Universitas Sumatera Utara
6. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan;
45
7. Mekanisme Hukum adalah cara kerja peraturan perundang-undangan. Jika
yang satu bergerak maka yang lain ikut bergerak. Atau dengan kata lain adalah tata cara dari ketentuan yang dibuat oleh penguasa atau otoritas
tertentu.
46
Dalam hal mekanisme hukum yang dapat dilakukan oleh Kreditor
ntral Republik Indonesia atau badan hukum
p mampu melakukan
dana dan menyerap kejutan shock yang terjadi sehingga dapat mencegah dalam menyelesaikan piutangnya terhadap Bank yaitu melalui jalur Lembaga
Penjamin Simpanan LPS ataupun melalui gugatan perdata ke pengadilan; 8.
Bank Indonesia adalah bank se sebagai lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
47
9. Stabilitas Sistem Keuangan SSK adalah sistem keuangan yang kuat dan
tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga teta fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran, dan menyebar risiko secara
baik. Atau stabilitas keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber
gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. Dengan kata lain, dapat dikatakan suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan
3, Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
45
Pasal 1 ayat 2, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loc.cit.
47
Pasal 4 ayat 1, 2,
Universitas Sumatera Utara
harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi;
48
10. Bank Bermasalah problem bank, troubled bank adalah bank yang
mempunyai rasio atau nisbah kredit tidak lancar yang tinggi apabila dibandingkan dengan modalnya. Arti lain dari bank bermasalah adalah bank
yang dari hasil pemeriksaan nilai CAMEL berada pada posisi empat kurang sehat atau lima tidak sehat pada daftar urutan kondisi bank; penilaian
tersebut tidak disebarluaskan ke masyarakat; bank bermasalah akan lebih
karena sering diperiksa daripada bank yang berkondisi sehat;
49
11. Bank Dalam Likuidasi adalah bank yang telah dicabut izin usahanya karena
tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank dianggap tidak mungkin diselamatkan lagi meskipun telah dilakukan berbagai
upaya penyehatan liquidated bank;
50
12. Insolvensi adalah suatu keadaan dimana debitur dinyatakan benar-benar tidak
mampu membayar, atau dengan kata lain harta debitur lebih sedikit jumlahnya dengan hutangnya.
51
48
Bank Indonesia, “Definisi Stabilitas Sistem Keuangan”, http:www.bi.go.idwebidPerbankanStabilitas+Sistem+KeuanganIkhtisarDefinisi+SSK., diakses
pada 12 Mei 2011.
49
Ralona M., Kamus Istilah Ekonomi Populer, Jakarta : Gorga Media, 2006, hal. 30.
50
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, P
ra Republik Indonesia Nomor 3659. tan dan
Penunda embubaran dan Likuidasi Bank, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
104, Tambahan Lembaran Nega
51
Penjelasan Pasal 57 ayat 1, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepaili an Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara yang tepat untuk memecahkan masalah,
jadikan bidang ilmu
kan penelitian hukum normatif dengan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait secara langsung dengan Bank Indonesia. Dalam penelitian hukum juga
selain itu penelitian juga dapat digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh
pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan, sehingga diperlukan rencana yang sistematis, metodelogi merupakan
suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya pada saat melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang
menjadi induknya.
52
Pada penelitian hukum ini, peneliti men hukum sebagai landasan ilmu pengetahuan induknya. Oleh karena itu, maka
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum. Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya.
53
Maka penelitian ini merupa menggunakan pendekatan juridis normatif. Dengan demikian objek penelitian adalah
norma hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah dalam sejumlah
52
Soemitro Ronny Hanintijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998, hal. 9.
53
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia, 1986, hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
d u
yang mendalam terhadap fakta-fakta hukum untuk selanju
Bank. Selanjutnya karena kekhus
Deskriptif disini ditujukan untuk menggambarkan secara tepat, akurat, dan sistematis gejala-gejala hukum terkait dengan pernyataan pailit oleh Bank Indonesia kepada bank-
bank um
ilak kan pemeriksaan tnya digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan.
1. Jenis dan Sifat Penelitian