Selanjutnya untuk mengetahui lebih dalam mengenai permohonan pailit yang diajukan kepada Bank dapat dilihat pada kasus Lina Sugiharti Otto melawan
PT. Bank Global Internasional Tbk., dan PT. Bank IFI melawan PT. Bank Danamon. Pada putusan Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung RI juga menolak
permohonan pemohon terhadap Bank yang diajukan pailit. Putusan tersebut dapat dilihat di bawah ini :
1. Putusan Mahkamah Agung RI No. 029KN2006 antara Lina Sugiharti
Otto melawan PT. Bank Global Internasional Tbk.
Pada putusan Mahkamah Agung RI No. 026KN2006 antara Lina Sugiharti Otto melawan PT. Bank Global Internasional Tbk., mengatakan bahwa
: “Menyatakan permohonan pailit dari Pemohon Pailit : Lina Sugiharti Otto,
perkara pada tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 5.000.000,00 lima juta
Sebelumnya pertimbangan Hakim Mahkamah Agung RI yang menangani perkara tersebut antara lain
: “Bahwa, Termohon Pailit adalah sebuah Bank dan Pasal 2 ayat 3 Undang-
Kewajiban Pembayaran Utang menyatakan bahwa dalam hal Debitor adalah Indonesia;
Bahwa, terlepas dari alasan-alasan kasasi judex factiPengadilan Niaga yang legitima persona standi in judicio sehingga materi permohonan a quo tidak
berdasar hukum dan harus dinyatakan ditolak, merupakan kesalahan dalam
122
tidak dapat diterima : Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya rupiah”.
123
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank
mempertimbangkan bahwa Permohonan Pailit tidak memiliki kapasitas
122
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 029KN2006 antara Lina Sugiharti Otto melawan PT. Bank Global Internasional Tbk.
123
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menerapkan hukum, sebab seharusnya permohonan pernyataan pailit tersebut
Hakim Agung I I.B. Ngurah Adnyana yang berpendapat : Bahwa, telah terbukti PT. Bank Global sudah dicabut ijin usahanya oleh Bank
sebagai Kreditur berhak untuk mengajukan perkara ini; Bahwa, berda
dinyatakan tidak dapat diterima; Menimbang, bahwa dalam perkara ini terdapat perbedaan pendapat dari
Indonesia, sehingga bukan sebagai Bank lagi, oleh karena itu Pemohon Pailit
sarkan bukti P4 telah terbukti bahwa Termohon Kasasi mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
Bahwa, berdasarkan bukti KL I-1 dan KL II-1 telah terbukti pula Termohon
mengabulkan permohonan kasasi dari Permohonan Kasasi untuk seluruhnya; Menimbang, bahwa meskipun permohonan kasasi dikabulkan, akan tetapi
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, Undang- Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang-Undang dan peraturan lain yang bersangkutan”.
Otto N diterim
nya pada Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Kasasi juga mempunyai hutang kepada Kreditor lain yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
Bahwa, berdasarkan hal tersebut di atas Pembaca I mengusulkan untuk
permohonan pernyataan pailit dinyatakan tidak dapat diterima maka Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat
peradilan;
Undang No. 5 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, serta
Pada contoh kasus di atas dapat dilihat bahwa permohonan Lina Sugiharti asabah Bank Global ditolak atau tidak dapat diterima walaupun kasasinya
a. Sebelum Pusat No. 30PAILIT2006PN.NIAGA JKT PST tanggal 14 Agustus 2006
Universitas Sumatera Utara
ada te Adnyana, yaitu
: onan pailit Bank
lobal. Pasalnya, BI telah mencabut izin usaha bank tersebut, sehingga Bank
dapat ditagih”.
menggunakan nama P
direksi telah diganti oleh Tim Likuidasi Bank Global. Pengawasan atas pelaksanaan pembub
Menurut pengacara Bank Global, Kukuh Komandoko mengatakan bahwa :
g menyatakan direksi tidak boleh melakukan tindakan hukum papun terhadap Bank Global. Sebab, tugas direksi dalam pemberesan bank
Dalam hal pengajuan permohonan pailit terhadap Bank yang dilakukan oleh Nasabah Bank sebagai Kreditor Bank tidak dapat diterima karena bertentangan
dengan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menyatakan bahwa : “dalam hal
rdapat dissenting opinion perbedaan pendapat para hakim I.B. Ngurah
124
“Sebagai Kreditur, Lina berhak untuk mengajukan permoh G
Global bukan lagi sebuah bank. Apalagi, berdasarkan bukti yang diajukan oleh Lina dan kuasa hukumnya, Bank Global telah terbukti mempunyai
hutang kepada Kreditur Lain yang telah jatuh tempo dan
PT. Bank Global Internasional Tbk., yang sudah dilikuidasi T. Bank Global Internasional Tbk. Dalam Likuidasi.
125
Dalam hal ini, tugas
aran badan hukum dan likuidasi bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
126
“Direksi sudah tidak punya wewenang apapun saat Bank Global dibubarkan. Hal ini, ditandai dengan adanya penetapan dari Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yan a
telah digantikan oleh Tim Likuidasi Bank Global. Apa yang dilakukan oleh hakim sudah benar bahwa Bank Global adalah bank walaupun sudah
dilikuidasi”.
124
Hukum Online, “Hanya Bank Indonesia yang Berhak Memailitkan Bank Dalam Likuidasi”, Op.cit.
125
Pasal 143 ayat 2, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mengatakan bahwa : “Sejak saat pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan kata
“Dalam Likuidasi” di belakang nama Perseroan”.
126
Pasal 9, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.
Universitas Sumatera Utara
Debitor adalah Bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia”. Namun, apabila sudah diajukan surat permohonan kepada Bank Indonesia
untuk m bagaim
kepada erika
Serikat. Bank Indonesia telah lalai dalam melaksanakan tugasnya atau tidak melaksanakan haknya sesuai dengan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menyatakan bahwa : “Dalam hal Debitor adalah Bank, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia”. Peraturan mengenai pengajuan permohonan pailit terhadap Bank adalah Bank Indonesia saja maka dalam hal ini
adalah Sistem
terhadap Bank Global adalah karena terlalu rigid-nya Undang-Undang Kepailitan itu diartika
Kewajiban Pembayaran Utang. Bank Indonesia yang dapat mempailitkan Bank, raturan tersebut tidak bisa ditemukan cara yang ditempuh apabila
saksi ahli dari Bank Indonesia yang mengatakan bahwa : emohonkan pailit terhadap Bank dan Bank Indonesia tidak menggubrisnya
ana keadilan hukum di mata nasabah Bank. Tentu saja keadilan tidak berpihak Nasabah Bank. Apalagi berbicara mengenai uang jutaan dollar Am
demi menyelamatkan sistem perbankan nasional untuk menjamin Stabilitas Keuangan SSK.
Bank Indonesia tidak menggunakan haknya untuk mengajukan kepailitan
n. Dengan kekakuan interpretasi tersebut membuat Bank Indonesia tidak menjalankan tugasnya sebagai self regulatory bodies. Rigid-nya Undang-Undang
Kepailitan dapat dilihat dengan tidak adanya peraturan pelaksanaan terhadap Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
namun dalam pe mempailitkan Bank. Dapat juga mengikuti keterangan saksi ahli dari Bank Indonesia,
Frederick Tumbuan sebagai
Universitas Sumatera Utara
“Bank Indonesia tidak mengenal mekanisme kepailitan, karena mempailitkan sebuah Bank merupakan harga mahal bagi Bank Indonesia”.
127
Apabila Bank Indonesia mempailitkan sebuah Bank maka dibutuhkan anggaran yang tinggi untuk menjamin
dana nasabah pada Bank tersebut. Dana tersebut diambil dari APBN karena Bank tunduk pada Bank Indonesia, dan Bank Indonesia adalah self regulatory bodies juga
sebagai Bank Sentral Indonesia.
2. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 021PAILIT2001PN. Indonesia, Tbk.