Mekanisme Kerjasama Peraturan yang Mendukung

175

4.4.2.2 Mekanisme Kerjasama

Mekanisme kerjasama dan keterkaitan antar pelaku dalam KAD Pawonsari dapat terlihat pada Gambar 3.4. Pada gambar tersebut belum terlihat adanya jejaring seperti pada Gambar 4.15 yang merupakan salah satu kriteria kerjasama agar diperoleh kesetaraan. Mekanisme ini juga memperlihatkan masih adanya ketergantungan pada masing-masing pemerintah kabupaten sehingga Sekretariat BKAD belum mempunyai kewenangan dalam skala regional. Secara fisik geografis hubungan antar kabupaten terjadi secara linier, karena kemungkinan kerjasama antara Pemerintah kabupaten Pacitan dengan Gunungkidul sangat kecil atau tidak ada. Walaupun secara fisik geografis kabupaten Wonogiri lebih diuntungkan karena posisinya berada diantara kabupaten Pacitan dan Gunungkidul, akan tetapi secara hubungan dan proses komunikasi adalah dengan diskusi dialogis, tukar menukar pendapatinformasi dan negosiasi, bermuara pada komitmen dan pola ”meja bundar. Hirarki Jejaring Sumber: Christ, 2000:303 dalam Abdurrahman 2005:87 GAMBAR 4.25 HIRARKI DAN JEJARING 176

4.4.2.3 Peraturan yang Mendukung

UU No. 221999 sebagai dasar dibentuknya KAD Pawonsari yang kemudian disempurnakan dengan UU 32 tahun 2004 tidak menyebutkan secara spesifik lembaga yang menangani kerjasama antar daerah. Hal ini menyebabkan bidang kerja sama antar daerah hanya dimasukkan ke dalam tupoksi salah satu lembaga pemerintah daerah sehingga tidak satupun dari ketiga kabupaten tersebut yang mempunyai staf khusus yang menangani kerjasama antar daerah. Dengan kata lain bidang kerjasama yang ada sekarang ini hanya berupa ”tempelan atau sampiran” dari tupoksi yang sudah ada. Melekatnya bidang kerjasama antar daerah pada Bappeda Kabupaten Pacitan atau Bagian Pemerintahan Kabupaten Wonogiri dan Gunungkidul menyebabkan upaya membangun kerjasama sedikit terhambat karena lembaga-lembaga tersebut telah memiliki banyak tupoksi yang lain yang secara struktur lebih diutamakan. PP Republik Indonesia No. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah Pasal 2 menyebutkan, Organisasi Perangkat Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan: kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh Daerah, karakteristik, potensi dan kebutuhan Daerah, kemampuan keuangan Daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur dan pengembangan pola kerjasama antar Daerah danatau dengan pihak ketiga. Dari dua dasar hukum UU 322004 dan PP 82003, memungkinkan adanya lembaga khusus yang mengatur kerja sama di ketiga daerah, baik berupa Sub Bagian, Bagian mapun Kantor. 177

4.4.2.4 Aktor