BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Pada saat ini KAD Pawonsari yaitu kerjasama antar daerah yang dibentuk oleh kabupaten Pacitan, Wonogiri dan Gunungkidul, dengan latar belakang adanya
permasalahan perbatasan antar kabupaten propinsi dan potensi sumber daya alam yang belum dikelola, belum berfungsi optimal. Hal ini terlihat dari ada sebagian
aspek yang dikerjasamakan sudah ditindaklanjuti tetapi ada juga yang belum ditindaklanjuti, sehingga perlu adanya penelitian kinerja KAD Pawonsari dan faktor-
faktor yang mempengaruhi.
Hasil identifikasi kriteria kinerja institusi diperoleh kriteria: efektivitas, efisiensi, sinergi dan saling menguntungkan, kompetensi, akuntabilitas, integrasi dan
ekuitas. Sedangkan identifikasi kriteria kinerja program KSO KAD Pawonsari adalah input, output, outcome, benefit dan impact.
Adapun hasil dari penilaian kinerja istitusi KAD Pawonsari dengan kriteria efektivitas, efisiensi, sinergi dan saling menguntungkan, kompetensi, akuntabilitas,
integrasi dan ekuitas diperoleh hasil sedang, yang artinya belum semua kriteria
kinerja institusi KAD terpenuhi, sehingga dapat dikatakan KAD Pawonsari yang merupakan upaya regionalisasi desentralistik, saat ini masih pada tataran MoU surat
kesepakatan bersama atau kurang terasa hasil dan manfaatnya. Hal ini menyebabkan, hakekat dari suatu kerjasama seperti yang dikemukakan Pitts 1996,
yaitu agar kedua belah pihak akan mendapatkan nilai lebih lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan apabila dilakukan sendiri tidak tercapai.
190 Sedangkan penilaian dengan skoring dengan mengacu pada deskripsi kinerja
prgram KSO, memperoleh hasil: kinerja output sedang dan kinerja outcome, benefit, impact rendah. Artinya, KAD Pawonsari hanya sampai pada tataran
komitmen dan belum sampai pada tataran hasil yang manfaat dan dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah Pawonsari yang merupakan sasaran utama dari
KAD Pawonsari. Secara keseluruhan kinerja KAD Pawonsari belum optimal sebagai suatu
lembaga kerjasama antar daerah. Dengan demikian pengembangan wilayah yang pada prinsipnya merupakan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
tingkat kesejahteraan hidup di suatu wilayah tertentu Alkadri, 1999:50 belum dapat dilaksanakan dengan adanya KAD Pawonsari pada saat ini, karena KSO yang
merupakan penjabaran KAD, manfaat dan dampak yang ditimbulkan belum mencapai tujuan dari KAD Pawonsari yaitu: “memelihara persatuan dan kesatuan
serta mengembangkan berbagai potensi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat”.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kurang optimalnya kinerja KAD
Pawonsari secara empiris adalah: kurangnya inisiatif dari dinas-dinas yang terkait dengan KSO untuk melaksanakan KAD, bidang yang dikerjasamakan bukan
merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang harus segera dipenuhi dengan cara KAD, adanya keterbatasan kewenangan KAD atau masih adanya kewenangan pusat
dan propinsi, perbedaan kapasitas institusi yang berujung pada perbedaan prioritas masing-masing kabupaten, adanya keterbatasan dana untuk melaksanakan suatu
kegiatan dengan biaya tinggi, sehingga tergantung pada dana dari pusatpropinsi,
191 keterbatasan sumberdaya yang dikerjasamakan, struktur organisasi lembaga KAD
yang didominasi pejabat dengan tupoksi utama bukan di lembaga KAD tugas sampiran, pergantian pegawai di lingkungan pemerintah daerah termasuk di
lembaga KAD, mekanisme KAD Pawonsari yang masih tergantung pada pemerintah daerah masing-masing, belum adanya peraturan pemerintah yang mendukung
terbentuknya lembaga KAD, belum adanya peran pemerintah pusatpropinsi dalam akselerasi KAD, belum adanya keterlibatan perguruan tinggi sebagai faslitator KAD.
5.2. Rekomendasi