29 2.
Untuk penilaian kinerja KSO, dilakukan bersama-sama dengan analisis deskriptif. Hasil dari analisis deskriptif kemudian di beri skor.Tabel I.5.
Untuk skor output, outcome, benefit dan impact menggunakan nilai, yaitu hasil negative atau 0 skor=0 dan hasil positif skor=1.
Hasil dari penilaian kinerja KSO sebagaimana berikut: 50= kinerja rendah, 50-70= kinerja sedang, 70.01-100= kinerja tinggi. Lampiran C.
TABEL I.6 PENILAIAN KINERJA KSO KAD PAWONSARI SKORING
No Input Bobot Output Outcome Benefit Impact
Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml
1 Aspek Sumber daya
a KSO bid. Kelautan,
perikanan, peternakan b
KSO Bid. Ketenagakerjaan
2 Aspek Pelayanan
Masyarakat a
KSO bid. Perhubungan b
KSO bid. Keamanan c
KSO bid. Pendidikan D
KSO bid Kesehatan
3 Aspek
PrasaranaSarana A
KSO Sumber Seropan B
KSO Sumber Sawahan Jumlah
Sumber: Peneliti, 2006
B. Analisis Faktor
Pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galtom dan Charles Spearman 1927 -1930. Merupakan teknik reduksi data yang dapat digunakan untuk mengubah
menyederhanakan sejumlah variabel yang saling berkorelasi menjadi kelompok- kelompok variabel yang lebih kecil faktor Tabel I.7. Penggandaan informasi dapat
dihilangkan tanpa membuang informasi lama, sehingga memudahkan didalam menginterpretasikannya.
30 Tujuan dari analisis faktor adalah:
Untuk menganalisis hubungan yang terjadi di dalam sekumpulan variabel, dimana korelasi antar variabel tersebut digunakan untuk membentuk faktor.
Untuk menguji hipotesis tentang pengelompokkan data yang kita lakukan, apakah bisa diterima atau tidak.
Prinsip dasar analisis faktor adalah: Berusaha mengidentifikasi struktur tersembunyi yang terdapat dalam sejumlah
variabel yang diamati. Solusi analisis faktor yang baik adalah bila hasilnya sederhana dan dapat
diinterpretasikan. Lebih sesuai untuk menganalisis data sampel penelitian yang bersifat kualitatif
dan ditransformasikan ke bentuk kuantitatif dengan proses penskalaan Analisa faktor ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja kerjasama antar daerah Pawonsari. Pemilihan faktor ini menggunakan SPSS setelah sebelumnya diberi penilaian oleh responden. Untuk
masing-masing variabel diberi nilai antara 1-5, yaitu: 1= sangat tidak mempengaruhi, 2= tidak mempengaruhi, 3= kadang-kadang
mempengaruhi, 4= mempengaruhi dan 5= sangat mempengaruhi. Adapun variabel yang akan dianalisis adalah:
31
TABEL I.7 VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KINERJA KAD
No Variabel
1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kerjasama antar daerah Pawonsari:
• belum tampak adanya upaya yang signifikan baik dari pusat maupun inisiatif daerah dalam memanfaatkan strategi dan mendorong proses regionalisasi desentralistik
• minimnya kesiapan perangkat perundang-undangan yang mendukung proses tersebut, terutama yang melekat pada Undang-undang otonomi daerah.
• masih adanya kebiasaan penggunaan pola sentralistik yang kontradiktif dengan pendekatan desentralistik sehingga mengakibatkan gesekan dan berbagai kebuntuan di lapangan.
• keterbatasan know how dan kemampuan untuk menggunakan strategi regionalisasi desentralistik yang sesuai dengan situasi serta kondisi di lapangan oleh para pelaku pembangunan
• bergesernya egoisme sektoral menjadi fanatisme daerah yang ditandai dengan adanya istilah putra daerah dan aset daerah,
• ada tendensi masing-masing daerah mementingkan daerahnya sendiri dan bahkan bersaing satu sama lain dalam berbagai hal terutama mengumpulkan PAD pendapatan asli daerah yang
kemudian diidentikkan dengan automoney, • terkait dengan timing dan political will, yang dikarenakan otonomi daerah dicanangkan pada saat
pemerintah pusat mulai goyah basis kredibilitas dan legitimasinya, • masih adanya grey area kewengangan antara pusat, provinsi, kabupatenkota karena belum
tuntasnya penyerahan saranaprasarana maupun pengalihan pegawai pusat ke daerah, • lemahnya koordinasi antar sektor dan antar daerah.
• beberapa tugas dengan eksternalitas dan skala ekonomi yang besar seperti pengelolaan kawasan lintas kabupatenkota belum atau tidak dilakukan
• belum tumbuhnya kesadaran akan pentingnya melakukan kerjasama oleh sebagian besar pemerintah lokal.
• Belum ada mekanisme dan prosedur yang jelas, aplikatif dan tepat proper sebagai stimulannya. • perbedaan kepentingan dan prioritas,
• besarnya harapan terhadap pemerintah pusat khususnya dalam hal pendanaan, • kuatnya peran pemerintah pusat,
• masalah dana • tidak ada dokumen legalitas sebagai payung kerjasama
Sumber: Peneliti, 2006
32
1.8.4 Kerangka Analisis