Komposisi Menyirih Perilaku Menyirih Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Yang Dirasakan Wanita Karo Di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2009

menyirih secara bersamaan, dengan demikian lingkungan budaya itu sendiri yang memberi pengetahuan menyirih terhadap informan. Dari pernyataan informan tersebut sesuai dengan Capra 1998, bahwa pandangan seseorang terhadap organisme dan hubungnya dengan lingkungannya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keenam informan mendapatkan pengetahuan menyirih dari lingkungan sosial sekitar, yang akhirnya memberikan harapan bahwa menyirih dapat bermanfaat bagi kesehatan informan masing-masing.

5.3. Komposisi Menyirih

Sejak zaman neolitik atau 300 tahun yang lalu menyirih sudah ada , karena bahan menyirih itu sendiri merupakan tanaman, sejak zaman tersebut komposisi menyirih adalah sirih, tembakau, pinang, gambir dan kapur, sampai pada saat ini pun komposisi menyirih tersebut belum bergeser. Bahan-bahan yang digunakan untuk menyirih di Tanah Karo sebagian besar menggunakan daun sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau yang digunakan untuk menyuntil. Komposisi yang digunakan oleh 6 informan untuk menyirih adalah sirih, gambir, kapur dan tembakau. 1 informan menggunakan tambahan kemiri untuk menambah rasa yang lebih enak sewaktu menyirih, dapat dilihat bahwa kemiri yang mengandung minyak sehingga sewaktu mengunyah sirih informan merasa lebih enak. 3 informan tidak mengkonsumsi pinang dikarenakan karena menimbulkan perasaan yang tidak enak pada pemakai. Informan menggangap bahwa dengan mengkonsumsi pinang dapat membuat jantung berdebar, dan sakit kepala. Hal tersebut dikarenakan pinang yang mengandung arekolin yang merupakan senyawa alkoloid aktif yang mempengaruhi syaraf parasimpatik. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut, Universitas Sumatera Utara ” Kapur, gambir, sirih, tembakau, tapi aku gak pake pinang aku karena gak tahan jantungku” Hal senada diungkapkan informan yang lain juga, ” Kapur, gambir, sirih, tembakau, pinang, kalu aku kalo gak ada pinangnya kurang enak kurasa, pening kepalaku.” Menurut Suku Karo, efek negatif yang ditimbulkan akibat menyirih hanyalah dari segi estetis yang membuat gigi berubah menjadi kehitaman. Namun dari hasil penelitian diperoleh bahwa komposisi menyirih tidak menggunakan pinang karena menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada pemakainya apabila dipakai berlebihan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati Suproyo di Klaten dan Kabumen dimana pinang dalam dosis yang wajar yaitu 2 mg arekolin dapat menimbulkan efek stimulan yang kuat namun apabila lebih dari dosis akan berakibat fatal terhadap kesehatan karena mengandung tannin yang jika dibiarkan akan berakhir dengan munculnya kanker.

5.4. Manfaat menyirih terhadap kesehatan