2.2 Komposisi Menyirih
2.2.1. Sirih
Nama latin dari sirih adalah Piper betle. Nama lokal sirih adalah Betel Perancis, Betel, Betlehe, Vitele Portugal; Sirih Indonesia, Suruh, Sedah Jawa,
Seureuh Sunda, Belo Karo, Ranub Aceh, Demban Batak Toba, Lahina atau
Tawuno Nias, Sireh, Sirih Palembang, Suruh, Sirih Minang, Canbai Lampung, Ju
Jiang China Suriawiria U, 2006.
Sirih Piper betle termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapi puluhan meter. Bentuk daunnya
pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek hijau agak kecoklatan
dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun sirih disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan oleh ”ibu-ibu generasi tua untuk
kelengkapan ”nyuntil” tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir dan tembakau Suriawiria U, 2006
Daun sirih mengandung minyak atsiri betlephenol, seskuitterpen, pati, diatase, gula, chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, fungisida, dan anti
jamur. Daun sirih mengandung phenolic yang menstimulasi katekolamin, sehingga menyirih mempengaruhi fungsi simpatik dan parasimpatik. Daun sirih memiliki manfaat
yang sangat luas sebagai bahan obat batuk, bronchitis, gangguan lambung, rematik, menghilangkan bau badan, keputihan dan sebagainya. Bahkan, rebusan daun sirih juga
sangat bermanfaat untuk obat sariawan, pelancar dahak, pencuci luka, obat gatal-gatal,
Universitas Sumatera Utara
obat sakit perut yang melilit, obat jantung, menghentikan pendarahan Suriawiria U, 2006
2.2.2 Pinang
Nama Latin bagi pinang ialah Areca cathechu. Dalam bahasa Hindi buah ini dipanggil supari dan pan-supari sebagai sirih pinang. Tetapi bahasa Malaysia disebut
adakku dan addekka , Sri Lanka dikenali sebagai puvak, Thai sebagai mak dan masyarakat
Cina menyebutnya dengan nama pin-lang Suriawiria U, 2006. Tumbuhan Tropika ini ditanam untuk mendapatkan buahnya dan karena
keindahannya, tumbuhan ini digunakan sebagai hiasan taman. Tingginya antara 10 hingga 30 m dan meruncing dibagian pucuk. Buah pinang berbentuk bulat dan berwarna
hijau semasa muda dan apabila masak maka pinang menjadi berwarna kuning dan merah http.sirih pinang.com..
Secara tradisonal, biji pinang Areca catecu sudah digunakan secara luas sejak ratusan tahun lalu. Penggunaan paling populer adalah kegiatan menyirih dengan bahan
campuran biji pinang, daun sirih, dan kapur. Ada juga yang mencampurnya dengan tembakau. Sebelum dikonsumsi, pinang diproses terlebih dahulu dengan dibakar,
dijemur, dan dipanaskan. Pinang diduga dapat menghasilkan rasa senang, rasa lebih baik, sensasi hangat di tubuh, keringat, menembah saliva, menambah stamina kerja, menahan
rasa lapar. Selain tersebut di atas, pinang juga mempengaruhi sistem saraf pusat dan otonom Gandhi G, 2001.
Komponen penting dari pinang adalah tannin 11-26 dan alkoloid 0,15- 0,67. Sedangkan komposisi kecilnya adalah arakaidin, guakin guvokalin, dan
arekolidin kandungan alkoloid terbesar, yang dapat digunakan sebagai obat cacing.
Universitas Sumatera Utara
Namun penggunaan pinang berlebihan justru membahayakan kesehatan. Karena arekolin merupakan senyawa alkoloid aktif yang mempengaruhi syaraf parasimpatik dengan
merangsang reseptor muskarinik dan nikotinik sehingga harus digunakan dalam jumlah kecil. Sebanyak 2 mg arekolin murni sudah dapat menimbulkan efek stimulan yang kuat,
sehingga dosis yang dianjurkan tidak melebihi 5 mg untuk sekali pakai. Penggunaan serbuk biji sebaiknya tidak lebih dari 4 kg untuk sekali pakai. Jika digunakan pada dosis
8 g, akan segera berakibat fatal karena arekolin bersifat sebagai sitoksik dan sastatik kuat. Secara in vitro dalam tabung reaksi, penggunaan arekolin dengan konsentrasi 0,042 mM
milimol mengakibatkan penurunan daya hidup sel serta penurunan kecepatan sintesis DNA dan protein. Arekolin juga menyebabkan terjadinya kegagalan glutationa, yaitu
sejenis enzim yang berfungsi melindungi sel dari efek merugikan Agusta A, 2001. Biji pinang juga mengandung senyawa golongan fenolik dalam jumlah relatif
tinggi. Selama proses pengunyahan biji pinang di mulut, oksigen reaktif radikal bebas akan terbentuk senyawa fenolik itu. Adanya kapur sirih yang menciptakan kondisi pH
alkali akan lebih merangsang pembentukan oksigen reaktif itu. Oksigen reaktif inilah salah satu penyebab terjadinya kerusakan DNA atau genetik sel epiteltial dalam mulut
Chiba I, 2001. Kerusakan dapat berkembang menjadi fibrinosis submukosa, yaitu salah satu
jenis kanker mulut, yang telah mengjangkiti sekitar, 0.5 pengguna biji pinang. Biji pinang juga mengandung tannin yang dapat menimbulkan luka pada mulut dan usus,
yang jika dibiarkan dapat berakhir dengan munculnya kanker. Namun Tanin dalam pinang dapat juga digunakan untuk mengobati diare Agusta A, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan berbahaya lain pada biji pinang adalah senyawa turunan nitroso, yaitu N-nitrosoguvakolina, N-nitrosoguvasina, 3-N-nitrosometilamino propinaldehidida dan
3-N-nitrosometillamino propianitrile . Keempat turunan nitroso ini merupakan senyawa
bersifat sitotosik meracuni sel dan geneositoksik meracuni gen pada sel ephithial buccal
, dan dapat juka menyebabkan terjadinya tumor pada pankreas, paru-paru dan hati. Pada hewan percobaan, senyawa nitroso biji pinang juga terbukti dapat menyebabkan
efek diabetogenik yaitu pemunculan diabetes secara spontan Agusta A, 2001.
2.2.3. Gambir