Iman Kepada Hari Akhir
dan yang mudharat, yang diluar ketentuan Allah dan penetapan Allah qadha’ dan
qadar-Nya, dari kehendak dan kemauan-Nya. ”
19
Allah Swt berfirman:
رمقلا :
٦
Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami ciptakan dengan qadar ketentuan, takdir. QS. Al-Qamar54: 49
“Orang yang percaya pada qadha dan qadhar Allah itu senantiasa mau bersyukur terhadap keputusan Allah dan rela menerima segala keputusan-Nya.
Yang dapat bertahan dalam menerima keputusan-keputusan Allah seperti itu hanyalah orang-orang yang telah mempunyai sifat ridha artinya rela menerima
dengan apa yang telah ditentukan dan ditakdirkan Tuhannya. ”
20
Orang-orang yang telah memiliki sifat ridha itu tidak akan mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang dialaminya, tidak merasa menyesal dalam
hidup kekurangan karena mereka kuat berpegang kepada aqidah iman kepada qadha dan qadar yang kesemuanya datang dari Allah Swt.
Dalam QS. Ash-Shaffat terdapat perbincangan Nabi Ismail pada Ayahnya ketika ia diminta pendapat tentang pendapatnya tentang penyembelihan dirinya:
افاصلا
∕ ٣
: ١١
19
Sumaith, op. cit., h.119
20
Abuddin Nata, op. cit., h.27
Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar QS. Ash-Shaffat37: 102
Disini menunjukan ketidak gentaran Nabi Ismail dalam menghadapi maut. Nabi Ismail melawan rasa takut tersebut dengan mengatakan kepada ayahnya
Insya Allah ia sabar dalam menghadapi ini semua, mengesankan ia rela bahwa semua ketentuan ini merupakan takdir yang datangnya dari Allah.
Dapat dilihat keberhasilan seorang ayah dalam mendidik keluarganya menjadi keluarga yang patuh dan taat. Sebagai anak, Isma’il bukan hanya telah berbakti
kepada orang tua, tetapi juga seorang yang memiliki iman yang kuat dan tangguh kepada Allah. Kesediaan Isma’il untuk dikorbankan oleh ayahnya menunjukkan
betapa tingginya kualitas iman yang dimilikinya. Semua itu adalah berkat hasil didikkan dari orang tua yang bijaksana. Hanya orang tua yang memiliki kualitas
jiwa yang tinggi pula yang dapat melahirkan anak-anak dengan kualitas yang tahan uji. Perhatikanlah bagaimana
Isma’il menanggapi berita penyembelihan dirinya. Ia bukan saja dapat menerima dengan tabah, tetapi juga turut menghilangkan
kebimbangan bapaknya jika memang ada. Ia yakinkan bapaknya bahwa ia akan sabar menerima keputusan dari Allah.