Nilai- Nilai Pendidikan Tauhid Dalam QS. Ash-Shaffat ayat 100-110

BAB IV HASIL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM

Q.S ASH-SHAFFAT AYAT 100-110 Al- Qur’an turun pada dasarnya adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Mengajak mereka beraqidah tauhid. Mengajarkan nilai, prilaku, dalam dimensi dan kehidupan. Membimbing prilaku yang lurus, benar untuk kebaikan manusia dan masyarakat. Mengarahkan jalan yang benar dalam pendidikan jiwa sehingga tumbuh menjadi manusia yang bahagia, tentram dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Didalam al- Qur’an banyak sekali menyoroti masalah tauhid karena masalah tauhid termasuk masalah yang pokok dalam Islam. Ilmu tauhid pada intinya berkaitan dengan upaya memahami dan meyakini adanya Allah dengan segala sifat dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Allah yang demikian itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia semata-mata ditujukan kepada Allah. Aspek dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan eksistensi Allah Yang Mahasempurna, Mahakuasa dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya. Keyakinan demikian membawa seseorang kepada kepercayaan akan adanya Malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, Nabi-nabiRasul-rasul, takdir kehidupan sesudah mati, dan melahirkan kesadaran akan kewajibannya kepada Khalik Pencipta. Sebab semua yang disebut ini merupakan konsekuensi adanya Allah Swt. “Apabila ketauhidan telah tertanam mendalam dalam diri seorang muslim, diikuti dengan amaliah dan ibadat sesuai dengan petunjuk al- Qur’an dan serta mencerminkan sikap dan nilai-nilai ketauhidan, maka ia disebut muttaqin orang yang takwa .” 1 Sebagaimana dikemukakan diatas pembahasan tauhid yang pokok tersimpul dalam rukun iman. Berikut ini dikemukakan pengertian masing-masing rukun iman yang akan dikaitkan dengan kisah Nabi Ibrahim: Iman ialah membenarkan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang diketahui sebagai berita yang dibawa oleh Nabi Saw dari sisi Allah Swt juga dikatakan sebagai at-tasdiq bil-qalbi membenarkan dengan hati, al-iqrar bil-lisan pengakuan dengan ucapan, dan al- ‘amal bil-arkan mengamalkan dengan anggota tubuh. Rukun iman ada enam yaitu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir serta takdir baik dan buruk yang datang dari Allah ta’ala. Dalam QS. Ash-Shaffat ayat 100-110 ini sebenarnya tidak hanya berisi tentang pendidikan tauhid, tetapi juga terdapat pendidikan akhlak dan pendidikan Ibadah. namun saya disini lebih banyak membahas tentang pendidikan tauhid karena merupakan tema skripsi yang diangkat. 1 M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 200 Cet-4 h.72

A. Pendidikan Keimanan

1. Iman Kepada Allah

Menurut Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, yang dimaksud iman kepada Allah ialah “membenaradanya Allah SWT dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa Allah Swt wajib ada-Nya karena zatnya sendiri Wajib Al-Wujud li Dzatihi, Tunggal dan Esa, Raja Yang Mahakuasa, Yang hidup dan Berdiri Sendiri, Yang Qadim dan Azali untuk selamanya. ” 2 Keimanan sesorang kepada Allah ini sangat berpengaruh terhadap hidup dan kehidupannya, antara lain: a. Ketakwaannya akan selalu meningkat. b. Kekuatan batin, ketabahan, keberanian, dan harga dirinya akan timbul karena ia hanya mengabdi kepada Allah dan meminta pertolongan kepadanya, tidak kepada yang lain. c. Rasa aman, damai dan tentram akan bersemi dalam jiwanya karena ia telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. 3 Dalam kisah ini yang terdapat dalam QS. Ash-Shaffat menunjukan bahwa Nabi Ibrahim memiliki keimanan yang tinggi dengan bukti keimanannya yakni ia dengan sabar menunggu keturunan yang tak kunjung dianugrahkan kepadanya hingga usia 86 tahun dan beliau dengan kesabaran itu seraya bermunajat:       افاصلا ∕ ٣ : ١١ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang saleh. QS. Ash-Shaffat37: 100 2 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, Bandung: Al-Bayan, 1998 h.113 3 Asmuni, op. cit., h.73 Bila dicermati Nabi Ibrahim telah menanamkan pendidikan tauhid sejak dini sebelum anak itu lahir kedunia, ia terus berharap anak itu agar memiliki jiwa tauhid, menurut Abuddin Nata jika dilihat fungsinya “orang yang bertauhid itu meniru dan menyontoh terhadap subjek yang terdapat dalam rukun iman itu. Jika percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat Allah. ” 4 Demikian pula Allah bersifat Asma’ul Husna yang jumlahnya ada sembilan puluh sembilan maka Asmaul Husna itu harus dipraktekan dalam kehidupan dengan demikian beriman kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan tauhid. Dalam kandungan ayat tersebut Nabi Ibrahim bukan saja berdoa kepada Allah untuk memperoleh anak tetapi Nabi Ibrahim juga menyisipkan harapan agar anaknya termasuk golongan orang sholeh. Yang ia harapkan kelak anak ini akan menjadi penerus agamanya serta memiliki jiwa yang taat kepada Allah yang otomatis pula akan taat kepada orang tuanya. Disinilah proses pendidikan serta kaderisasi yang telah disiapkan Nabi Ibrahim As. Dalam rangka menyiapkan menjadi pemimpin masa depan sebagai peletak dasar sebuah masyarakat muslim. Oleh karena itu apabila sang anak telah dapat menghayati bentuk-bentuk keimanan, dan anak telah memiliki keyakinan kuat serta memiliki pengetahuan tentang penciptanya dengan baik, diharapkan segala bentuk persoalan yang ia hadapi tidak akan membuatnya resah ataupun gelisah. Keimanan yang sudah melekat di dalam dada mereka yang akan membuatnya mampu menghadapi persoalan hidup yang sedang dihadapinya hingga masa dewasanya kelak. 5 Sebagai manusia, Nabi Ibrahim pun mengalami konflik batin yang hebat dalam dirinya. Tetapi beliau menyadari sepenuhnya bahwa cinta kepada anak, istri dan harta tidak dapat disejajarkan dengan atau melebihi cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah harus di atas segala-galanya, termasuk cinta kepada diri sendiri. 4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996 h.22 5 Muhammad Nur Abdul Hafis, Mendidik Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1997 Cet.1 h.119

Dokumen yang terkait

KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI TAUHID PADA KISAH NABI IBRAHIM AS DI DALAM AL-QUR�AN

1 56 31

Aktualisasi Pendidikan Akhlak Anak Dalam Keluarga Nabi Ibrahim As (Suatu Kajian Tafsir Berdasarkan Qs. Ibrahim : 37, Qs. As Shofaat : 102 Dan Qs. Al Baqarah : 132)

1 6 94

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN (Kajian tentang ayat-ayat kisah Maryam)

0 3 169

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH DALAM DOA NABI IBRAHIM Nilai-nilai Pendidikan Akidah dalam Doa Nabi Ibrahim (Telaah Tafsir Ar-Rāzī dan At-Ṭabarī pada Surat Ibrahim Ayat 35-41).

0 4 15

STRATEGI KEBERHASILAN NABI IBRAHIM BAGI PENDIDIKAN ANAK DAN RELEVANSINYA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN Strategi Keberhasilan Nabi Ibrahim Bagi Pendidikan Anak Dan Relevansinya Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Telaah atas Tafsir Surat ash-Shaffat ayat

0 4 16

PENDAHULUAN Strategi Keberhasilan Nabi Ibrahim Bagi Pendidikan Anak Dan Relevansinya Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Telaah atas Tafsir Surat ash-Shaffat ayat 99-113).

0 2 27

NILAI –NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT DALAM KISAH-KISAH BINATANG (TELAAH QS. AN-NAML AYAT 17-19) Nilai–Nilai Pendidikan Yang Terdapat Dalam Kisah-Kisah Binatang (Telaah Qs. An-Naml Ayat 17-19).

0 2 16

NILAI –NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT DALAM KISAH-KISAH BINATANG (TELAAH QS. AN-NAML AYAT 17-19) Nilai–Nilai Pendidikan Yang Terdapat Dalam Kisah-Kisah Binatang (Telaah Qs. An-Naml Ayat 17-19).

0 10 17

POLA PEMBINAAN TAUHID KEPADA ANAK (ANALISIS KISAH NABI IBRAHIM AS DAN ISMA’IL AS DALAM TAFSIR AL-IBRIZ KARYA BISRI MUSTAFA QS. ASH-SHAFFAT: 100-110) - STAIN Kudus Repository

0 0 7

POLA PEMBINAAN TAUHID KEPADA ANAK (ANALISIS KISAH NABI IBRAHIM AS DAN ISMA’IL AS DALAM TAFSIR AL-IBRIZ KARYA BISRI MUSTAFA QS. ASH-SHAFFAT: 100-110) - STAIN Kudus Repository

0 1 27