Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal Dalam Tantangan Globalisasi

Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal Dalam Tantangan Globalisasi

Kemandirian lokal merupakan paradigma pembangunan daerah yang sedang digalakkan dalam rangka keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Yang dimaksud dengan paradigma kemandirian lokal menurut Gany dalam Koiruddin 2005:138 adalah suatu pembangunan yang berorientasi kepada: 1. Pemenuhan kebutuhan tatanan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan. 2. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki. 3. Pengelolaan atas dasar peran serta partisipasi masyarakat yang perlu dibuka secara lebih luas lagi. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa pandangan tentang kemandirian lokal tersebut, menimbulkan pemahaman bahwa paradigma pembangunan yang dijalankan akan sangat diperlukan guna mencapai tingkat keseimbangan bagi suatu pembangunan daerah yang sedang dijalankan. Tujuan pembangunan daerah itu sendiri adalah untuk mengurangi ketergantungan baik dengan pemerintah pusat, daerah lainnya, maupun negara-negara lainnya. Dengan kebijakan otonomi daerah yang memadai, maka paradigma kemandirian lokal memproleh peluang yang sangat lebar untuk diimplementasikan oleh daerah-daerah otonom. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Konsep kemandirian lokal diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan pembangunan yang optimal, ini penting guna menjawab tantangan yang menyatakan bahwa pertumbuhan pembangunan seringkali tidak beroriantasi pada pemerataan atau keadilan. Daerah perlu menetapkan orientasinya menuju pembangunan dengan konsep kemandirian lokal dimaksud. Uraian tersebut memiliki makna bahwa otonomi daerah mengandung pengertian teramat luas, sebab tidak hanya menyangkut penyerahan kekuasaan atau kompetisi seseorang kepada kelompok atau daerah yang mengatur diri sendiri, namun otonomi daerah itu juga bermakna sebuah tantangan bagi daerah, untuk memiliki kemampuan untuk merancang, merumuskan, dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi melalui pengembangan suatu tatanan yang mandiri, dan tetap terbingkai pada semangat kesatuan negara Republik Indonesia. Mardiasmo 2002:11 menyatakan bahwa, pemberian otonomi daerah akan mengubah prilaku Pemerintah Daerah untuk lebih efisien dan profesionalisme. Pemerintah Daerah perlu melakukan perekayasaan ulang terhadap birokrasi yang selama ini dijalankan. Hal tersebut karena pada saat ini dan dimasa yang akan datang pemerintah pusat dan daerah akan menghadapi gelombang perubahan baik yang berasal dari tekanan eksternal maupun dari internal masyarakatnya. Selanjutnya ia menyatakan, bahwa dari sisi eksternal, Pemerintah akan menghadapi globalisasi yang syarat dengan persaingan dan liberalisme arus informasi, investasi, modal, tenaga kerja dan budaya. Disisi internal, pemerintah akan menghadapi masyarakat yang Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 semakin cerdas knowledge based society dan masyarakat yang semakin banyak tuntutannya demanding community. Masih dalam Mardiasmo 2002:11, Shah 1997, meramalkan bahwa pada era seperti ini, ketika globalization cascade sudah semakin meluas, Pemerintah termasuk pemerintah daerah akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada perdagangan internasional, informasi dan ide serta transaksi keuangan. Dimasa depan, negara menjadi terlalu besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kecil, tetapi terlalu kecil untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sejalan dengan di atas, Salam 2004:206 menyatakan bahwa: otonomi daerah yang syarat mengandung nilai pelimpahan wewenang, bukan hanya berarti pelimpahan wewenang pengurusan sesuai dengan keinginan masyarakat, atau pemerintah setempat, namun juga berarti bahwa adanya suatu kerjasama yang erat antara organisasi atau pemerintah yang bersangkutan dengan lingkungan eksternalnya secara sinergis. Karena itu beberapa hal yang perlu dicermati dalam pembangunan dan perkembangan otonomi daerah pada era globalisasi adalah: 1. Adanya transformasi kehidupan, seperti dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. 2. Ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia. Dinamika ekonomi nasional sangat erat terkait dengan gerak ekonomi negara lain. 3. Lembaga bantuan menjadi lembaga penolong dirinya sendiri. 4. Demokrasi perwakilan menjadi demokrasi partisipasi. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 5. Susunan hirarki organisasi menjadi jaringan kerja. Poin-poin di atas telah terjadi pada masyarakat kita, baik kita sadari atau tidak, seperti pengaruh negatif dari masyarakat informatif yaitu meluas sikap konsumerisme dan tersingkirnya nilai budaya lokal, tuntutan masyarakat terhadap kebijakan publik yang semakin kuat sehingga lembaga hanya berfungsi sebagai fasilitator. Selanjutnya, Kaloh 2002:112-114 menyatakan bahwa: era otonomi luas menuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas ketanggapan dan kreativitas, dari segenap aparatur negara. Dalam negara dunia yang penuh kompetisi sangat diperlukan kemampuan birokrasi dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan responsif terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Munculnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik merupakan konsekuensi dari komitmen terhadap demokrasi. Kemudian, perlu diupayakan agar birokrasi dapat membangkitkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat dalam program-program Pemerintah. Layanan kepada masyarakat tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan efisiensi, tetapi juga unsur equality. Dengan demikian perlu kesetaraan antara nilai efisiensi dan demokrasi, khususnya dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Era globalisasi juga menuntut dilakukannya reformasi struktural Pemerintahan di daerah. Perubahan dunia yang begitu cepat berlangsung dalam era globalisasi ini menyebabkan kita harus menghadapi dua tantangan yaitu tantangan perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, dan tantangan dalam menerima arus perubahan Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 peradaban masyarakat pasca industri. Hal ini menyebabkan lahirnya berbagai tuntutan baru masyarakat dan lingkungannya terhadap perubahan dan penyesuaian terhadap administrasi pemerintahan dan pembangunan di daerah. Timbulnya fenomena ketergantungan internasional yang tidak dapat dipungkiri, karena posisi Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota memiliki peluang membangun hubungan sosial, ekonomi, perdagangan dan budaya langsung dengan dunia internasional. Hubungan langsung antara wilayah dalam suatu negara dengan perekonomian global tersebut mendorong terwujudnya peningkatan motivasi untuk meningkatkan daya saing. Terutama pada urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah daerah. Urusan-urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah darah dalam penciptaan daya saing tersebut antara lain adalah urusan dalam bidang infra struktur wilayah, pendidikan dasar, kesehatan masyarakat, kemampuan produktif masyarakat daerah, ekonomi dan perdagangan dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyiapan Sumber Daya Aparatur yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan profesional . Pendidikan dan pelatihan-pelatihan sudah harus lebih ditingkatkan karena pejabat harus bersikap profesional. Perubahan dunia saat ini menjadi dunia tanpa batas, perdagangan bebas, dunia yang terbuka, akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Sumber Daya aparatur untuk saling mengenal satu dengan yang lain, saling mengetahui kekayaan dan kebudayaan Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 bangsa yang lain, maka dengan sendirinya akan berakibat pada perolehan pengetahuan yang lebih banyak dan horizon yang lebih luas. Globalisasi pada era abad 21 menuntut Sumber Daya Aparatur yang prima, hal ini disebabkan karena era globalisasi adalah era dimana masyarakatnya adalah masyarakat yang lebih terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan sendirinya, hanya Sumber Daya Aparatur yang prima yang dapat bertahan didalam kehidupan yang penuh persaingan dan menuntut kualitas kehidupan baik didalam produk maupun di didalam memberi pelayanan bersama. Menurut Kaloh 2002:114, dalam pengembangan sumber daya aparatur prima diperlukan pengembangan sifat-sifat sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk mengembangkan jaringan-jaringan kerjasama Net work. Networking diperlukan oleh karena manusia tidak lagi hidup terpisah-pisah tapi berhubungan satu dengan yang lain. Manusia abad 21 hidup didalam dunia tanpa sekat, sehingga yang dapat survive adalah manusia yang ahli dalam networking. Dunia perdagangan bebas akan semakin lancar apabila ada networking. Tanpa networking, maka perluasan pasar akan menjadi sulit. 2. Kerjasama Team work. Setiap orang didalam abad 21 mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keunggulan spesifikasinya. Secara keseluruhan sumber daya aparatur yang telah dikembangkan kemampuan spesifiknya akan dapat membangun suatu teamwork yang pada gilirannya dapat menghasilkan berbagai produk yang lebih unggul. Industri- Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 industri maju telah melaksanakan konsep team work tersebut, sehingga mungkin saja hanya dapat menghasilkan produk yang tinggi mutunya, tetapi juga produk yang dihasilkan tersebut semakin lama semakin disempurnakan. Oleh sebab itu pelaksananya adalah harus personil yang terus menerus meningkatkan keunggulannya. 3. Cinta kepada kualitas yang tinggi. Seorang aparatur negara yang prima adalah mereka yang terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam melaksanakan sesuatu sehingga kualitas yang dicapai hari ini akan ditingkatkan esok harinya dan seterusnya. Dengan demikian hasil karya atau produk akan terus-menerus meningkat dan dapat bersaing dengan produk lain dari bangsa lain. Unesco menyatakan bahwa Kaloh, 2005:115: Belajar pada abad 21 harus didasarkan pada empat pilar : 1. Learning to think. 2. Learning to do. 3. Learning to be. 4. Learning to live together. Learning to think berarti belajar untuk berfikir, Learning to do: belajar untuk berbuat, Learning to be: belajar untuk menjadi, Learning to live together: belajar untuk hidup bersama. Dalam konteks ini secara gamblang dapat disebutkan bahwa konteks belajar yang baik adalah belajar untuk berfikir karena arus informasi yang datang begitu cepat berubah dan semakin lama semakin banyak pada abad 21, tidak mungkin lagi dikuasai oleh Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 manusia karena kemampuan otaknya yang terbatas oleh karena itu, proses yang terus menerus terjadi seumur hidup adalah belajar bagaimana berfikir. Setelah itu maka dilanjutkan dengan bagaimana melakukannya setelah konsepnya dipahami dengan akal, kemudian bagaimana menjadi sesuatu seperti yang dipelajari, pada akhirnya yaitu belajar untuk hidup bersama, dalam arti saling bekerjasama dalam hubungan timbal balik, meskipun dalam suasana yang kompetitif. Inti yang ingin penulis kemukakan disini adalah, solusi untuk melaksanakan pembangunan yang kompetitif sesuai dengan tuntutan globalisasi adalah pelaksanaan Otonomi daerah yang mandiri dan bertanggung jawab, dimana Otonomi daerah tersebut akan mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah, pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas dan peningkatan peran serta masyarakat serta pengembangan peran dan fungsi DPRD. Pemberian otonomi daerah menimbulkan kewenangan kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Bahwa daerah sudah diberikan kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat akan mempengaruhi kualitas pemerintahan secara umum, antara lain terjadi pergeseran orientasi pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Orientasi ini akan menjadi dasar bagi pelaksanaan peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan wirausaha dalam proses pembangunan di daerah. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Dalam hubungan dengan pelimpahan wewenang dalam rangka mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa fokus otonomi daerah adalah pada daerah Kabupatenkota, dimana urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah berdasarkan pasal 14, Undang-undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah yaitu meliputi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan. 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum. 5. Penanganan bidang kesehatan. 6. Penyelenggaraan pendidikan. 7. Penanggulangan masalah sosial. 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan. 9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah. 10. Pengendalian lingkungan hidup. 11. Pelayanan pertanahan. 12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil. 13. Pelayanan Administrasi umum Pemerintahan. 14. Pelayanan Administrasi Penanaman modal. 15. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar lainnya. 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang-undangan. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Berdasarkan keseluruhan uraian dimaksud, dapat disimpulkan bahwa, tentunya untuk aparatur Kabupatenkota, dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas dan potensinya, dalam rangka upaya kemandirian guna pelaksanaan semua urusan wajib tersebut. Pada prinsipnya, berdasarkan uraian dimaksud, jelaslah bahwa pelaksanaan otonomi daerah merupakan salah satu upaya kita untuk menghadapi era globalisasi dan abad 21 yang penuh dengan berbagai perubahan dan tantangan, diharapkan Pemerintah akan menciptakan pemerintah daerah otonom yang efisien, efektif, akuntabel dan responsif yang berlangsung secara berkelanjutan, untuk itu diharapkan kesiapan dari unsur sumber daya aparatur pemerintahnya sebagai faktor pelaksana dan penggerak utama, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik di daerah, pada akhirnya jika tiap daerah masing- masing membangun daerahnya dan berkompetitif maka akan menunjang pembangunan nasional secara utuh dan akhirnya upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

2.2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Profesionalisme Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian dan Pendidikan Pelatihan Daerah Kabupaten Dairi

4 60 134

Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karo Kabanjahe)

2 34 102

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara (BKN) Medan

5 40 129

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Kasus di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Aceh Selatan)

4 63 134

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ( DIKLAT) PEGAWAI DENGAN KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI DI BIDANG PELAYANAN PADA BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN JEMBER

0 6 6

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ( DIKLAT) PEGAWAI DENGAN KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI DI BIDANG PELAYANAN PADA BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN JEMBER

0 7 6

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 1 13

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 0 21

PENGARUH PENDIDIKAN - PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BANTEN

0 1 271