Prinsip-prinsip Belajar Pendidikan dan Pelatihan

Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Pada prinsipnya, para peserta Diklat harus menyadari pentingnya mengikuti Diklat dengan benar karena kegunaan Diklat dimaksud dalam upaya peningkatan kompetensi mereka, sehingga hasil yang diharapkan dapat maksimal yang pada akhirnya akan memberikan dampak yang positif bagi PNS dimaksud dalam memberikan pelayanan pada publik yang mereka layani sesuai dengan kualitas yang mereka miliki dan kebutuhan publik.

2.3.3. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar adalah kegiatan utama yang dominan dalam Pendidikan dan Pelatihan. Belajar berkaitan dengan menemukan sesuatu informasi yang baru sehingga kualitas seorang individu menjadi lebih baik. Sehubungan dengan teori belajar, Sikula 1981:234-236, menyatakan: learning theories concentrate on ”how” an individual learns. From such studies, learning cycle models similar to life cycle models have resulted. Human learning like human growth, seems to advance rapidly at some points, to level off at others and to decline eventually in still other periods. The reasons and conditions for such periods are the focal point of learning analisys. Such research is important because knowing how a person learn can assist individuals, groups and organization in specific skill training and general education development. Menurut Sikula, bahwa teori belajar menekankan pada bagaimana seorang individu belajar. Dari berbagai studi diketahui bahwa siklus model belajar sama dengan yang dihasilkan oleh siklus model kehidupan. Manusia belajar seperti manusia tumbuh dan Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 berkembang, artinya harus ada peningkatan yang berarti dalam beberapa hal agar terjadi kemajuan terus menerus dari berbagai periode. Alasan-alasan dan situasi-situasi pada periode tertentu adalah poin utama dari prinsip belajar. Penelitian perlu dilakukan karena dengan mengetahui bagaimana seseorang belajar, dapat membantu individu, kelompok, atau organisasi, dalam peningkatan ketrampilan terntentu, dan pengembangan pendidikan secara umum. Sehubungan dengan pandangan di atas, Sikula menetapkan, ada 24 prinsip belajar yang harus diperhatikan dalam pengembangan dan pelatihan yaitu: 1. “All human being can learn. Individual of all ages and various intelectual capacities have the ability to learn new behaviors”.Semua orang dapat belajar. Semua orang dari berbagai usia dan variasi kemampuan intelektual yang berbeda, memiliki kemampuan untuk mempelajari perilaku-perilaku baru. 2. “An individual must be motivated to learn. This motivation may exist in a variety of for, such as self actualization, promotional possibilities or financial incentives. However, most learning motivation is self – motivation”. Seorang individu harus memiliki motivasi untuk belajar, motivasi itu dalam bentuk nyata seperti aktualisasi diri, kemungkinan-kemungkinan dipromosikan, insentif berupa uang. Namun demikian, kebanyakan motivasi belajar merupakan motivasi pribadi. 3. “Learning is active not passive. Effective education required actions and involvement from all participants”. Belajar adalah aktif bukan pasif. Pendidikan yang efektif menuntut aksi dan melibatkan semua peserta. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 4. “Leaners may acquire knowledge more rapidly with guidance. Feedback is necessary because trial and error are too time consuming and inefficient”. Peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih cepat dengan bimbingan. Umpan balik diperlukan karena belajar dengan spekulasi terlalu banyak memerlukan waktu dan tidak efisien. 5. “Appropriate materials should be provided. Educators should posses a reasonable repertoire of training toolls and materials, such as cases, problem, discussion, questions and readings”. Materi yang sesuai harus disediakan. Pengajar harus memiliki alat-alat pelatihan dan materi-materi yang cukup lengkap seperti kasus-kasus, masalah-masalah, diskusi-diskusi, pertanyaan-pertanyaan dan bacaan-bacaan. 6. “Time must be provided to practice the learning. Part of the learning process requires a great deal of time for student internalization, assimilation, testing, acceptance and confidence”. Waktu harus disediakan untuk menerapkan apa yang dipelajari. Sebahagian dari proses belajar, menuntut banyak waktu bagi peserta untuk mencerna, menilai, menerima dan meyakini materi pelajaran. 7. “Learning methods should be varied. Variety shoud be introduced to offset fatique and boredom”. Metode-metode belajar harus bervariasi untuk mencegah timbulnya kelelahan dan kebosanan. 8. “The leaners must secure satisfaction from the learning. Education must fulfill human needs, desires and expectations “. Peserta harus memperoleh kepuasan belajar. Pendidikan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dan harapan peserta. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 9. ‘‘Leaners need reinforcement of correct behavior. Positive and immediate rewards reinforce and cement desired behaviors”. Peserta memerlukan penguat perilaku yang tepat. Hadiah-hadiah positif dan langsung dapat menguatkan perilaku yang diinginkan. 10. “Standars of performance should be set for leaner. Goals or bench mark should be established so that individuals can judge their educational achievements and progress”. Standar prestasi harus ditentukan untuk peserta. Tujuan-tujuan harus ditetapkan sehingga peserta dapat menilai prestasi pendidikan dan kemajuan mereka. 11. “Different levels of learning exist. Learning may involve awarenes, changed attitudes or changed behavior. Some learning involves mental process, while other instructional activities concentrate on physical maneurs. Different time and methode requirements are needed to bring about different level of learning.” Tingkatan belajar nyata berbeda-beda. Belajar dapat melibatkan kesadaran, perubahan sikap ataupun perubahan perilaku. Beberapa cara belajar melibatkan proses mental sementara kegiatan lainnya lebih menekankan pada perubahan sikap tubuh. Perbedaan waktu dan metode dibutuhkan untuk membawa perubahan pada tingkat belajar yang berbeda. 12. “Learning is adjustment on the part of an individual. Actual learning represents a change in the student, and all changes required adjustments”. Belajar merupakan suatu penyesuaian diri dari individu dan menimbulkan perubahan pada orang yng belajar dan semua perubahan itu menuntut penyesuaian diri. 13. “Individual differences play a large part in the effectiveness of the learning process. What can be learned easily by some individuals maybe very difficult for others because Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 of differences in basic abilities or cultures backgrounds”. Perbedaan individu memainkan peranan besar dalam efektivitas belajar. Hal-hal yang dapat dipelajari dengan mudah oleh sebagian individu mungkin dirasakan sukar oleh individu lain, karena adanya perbedaan kemampuan dan latar belakang budaya. 14. “Learning is a cumualtive process”. An individual’s reaction in any lesson is conditioned and modified by what has been learned in earlier lessons and experience”. Belajar adalah suatu proses kumulatif. Reaksi seorang individu dalam pelajaran tertentu adalah dikondisikan dan dimodifikasi oleh apa yang telah dipelajarinya dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya dan pengalamannya. 15. “Ego involved is widely regarded as major factor in learning”. Keterlibatan ego adalah faktor utama dalam belajar . 16. “The rate of learning decreases when complex skills are involved. Simple skills can be learned easily and quicker than complex activities ”. Kecepatan belajar akan menurun bila menyangkut skill yang komplek. Skill yang sederhana dapat dipelajari dengan cepat daripada aktivitas-aktivitas yang komplek. 17. “Learning is closely related to attention and concentration. The learning process is more effective if distractions are avoided”. Belajar berhubungan erat dengan perhatian dan konsentrasi. Proses belajar akan lebih efektif jika tidak ada gangguan. 18. “Learning involves long-term retention and immediate acquation of knowledge. Such retention is encouredged by understanding, emphasizing, and repeating”. Belajar Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 meliputi ingatan jangka panjang dan penguasaan segera dari pengetahuan, seperti ingatan dapat diperkuat dengan pemahaman, pengulangan. 19. “There are upward spurts of understanding followed by plateus in the curve of learning. New knowledge is always gathered in a sporadic fashion” Arah ke atas grafik proses belajar, diikuti oleh garis mendatar dalam kurva belajar. Pengetahuan baru selalu terkumpul walaupun biasanya jarang terjadi. 20. “Accuracy generally deserves more emphasis than speed during the learning process. Speed can be improved but accuracy is more difficult to control”. Ketelitian umumnya pantas mendapat penekanan lebih banyak daripada kecepatan selama proses belajar. Kecepatan dapat ditingkatkan tetapi ketelitian adalah lebih sulit untuk dikontrol. 21. “The law of effect states that a particular response becomes more certain the more often it accurs. In other words, repetitions tends to fix the response or adjustment”. Hukum pengaruh menyatakan bahwa jawaban yang tepat terhadap sesuatu masalah menjadi lebih pasti setelah jawaban tersebut semakin timbul. Dengan kata lain, pengulangan cenderung memantapkan suatu jawaban atau suatu penyesuaian. 22. “Sleep affects learning, sleeping immediately following but not during a learning expirience often improver retention.” Tidur mempengaruhi belajar. Tidur setelah belajar meningkatkan ingatan. 23. “Learning should be reality based. Education should be highly related to the learner’s life expirience”. Belajar harus didasarkan pada kenyataan. Pendidikan harus berhubungan erat dengan pengalaman hidup peserta. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 24. “Learning should be goal oriented. Specific purposes and rewards affiliatied with the learning effort generaly enhance educational attainment endeavors. Belajar harus berorientasi pada tujuan. Adanya penetapan tujuan-tujuan yang spesifik dan pemberian hadiah-hadiah berhubungan dengan upaya belajar umumnya, serta usaha keras untuk mencapai hasil. Dapat penulis tambahkan, bahwa prinsip-prinsip belajar pada pengembangan dan pelatihan tersebut, juga digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, hal ini terjadi karena pendidikan adalah juga merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia. Sejalan dengan pendapat di atas, Siagian 2007:190 tentang prinsip-prinsip belajar menyatakan bahwa dikalangan para pakar, telah umum dikatakan pendapat yang mengatakan bahwa pada dasarnya, prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar pada lima hal, meliputi: partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan umpan balik. Prinsip partisipasi berpegangan pada fakta bahwa pada umumnya, proses belajar berlangsung lebih cepat dan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh diingat lebih lama. Prinsip repetisi berpandangan bahwa semua informasi yang pernah diterima seseorang tersimpan di otaknya, hanya saja agar dapat dipergunakan informasi tersebut perlu diangkat ke permukaan, caranya ialah melalui repetisi atasu pengulangan. Prinsip ketiga yaitu relevansi, berdasarkan pandangan teori proses belajar mengajar yaitu bahwa, kegiatan belajar akan berlangsung lebih efektif apabila bahan yang diperlajari Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 mempunyai relevansi tertentu dan mempunyai makna konkret, bila yang dipelajari itu relevan dengan kebutuhan seseorang. Dalam hubungannya dengan program pendidikan dan pelatihan, dapat digambarkan bahwa suatu program Diklat akan diikuti dengan lebih serius oleh para peserta, apabila penjelasan yang diberikan oleh pelatih memberikan keyakinan dalam diri para peserta bahwa pengetahuan atau ketrampilan yang akan diperoleh, relevan dengan tugas mereka, baik untuk masa sekarang maupun ke depan. Sedangkan prinsip pengalihan adalah suatu prinsip yang menerapkan sistem pengalihan dalam belajar, maksudnya bahwa suatu pengalihan bisa terjadi karena penerapan teori dalam suatu situasi nyata atau di praktekkan yang bersifat simulasi. Prinsip belajar kelima adalah umpan balik, dengan prinsip ini peserta latihan akan mengetahui apakah tujuan pendidikan dan pelatihan tercapai baik dalam bentuk pengetahuan baru, maupun ketrampilan yang belum dimilikinya sebelumnya. Selanjutnya, dapat penulis tambahkan, ada beberapa prinsip pembelajaran yang perlu mendapat perhatian dan pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan, yaitu: 1. Optimalisasi penggunaan fasilitas audio visual. 2. Tujuan dan sasaran diklat disetujui bersama antara peserta dan penyelenggara. 3. Optimalisasi minat belajar peserta Diklat. 4. Materi Diklat terstruktur berdasarkan tingkat kesulitan dan kompleksitasnya. 5. Peserta Diklat menerima umpan balik atas kemajuan belajarnya. 6. Peserta Diklat belajar mengubah perilaku sesuai materi program Diklat. 7. Peserta Diklat memiliki waktu yang cukup untuk mempraktekkan materi Diklat. Marly Helena Ak : Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 8. Peserta Diklat aktif berpartisipasi dalam proses belajar. 9. Materi Diklat bersifat menantang dan inovatif dalam batas kemampuan peserta. 10. Program Diklat berorientasi dan bersifat akomodatif terhadap kebutuhan peserta Lembaga Administrasi Negara, 19951996 dalam Suherman: 2005. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dapat kita pahami bahwa untuk melakukan kegiatan belajar, ada hal-hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan sehingga hasil yang dicapai dapat menjadi optimal. Bahwa kegiatan pembelajaran seharusnya dirancang dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang diharapkan. Artinya, jika kita kaitkan dengan program Pendidikan dan Pelatihan, bahwa program Pendidikan dan Pelatihan yang dirancang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang diharapkan sehingga para peserta Diklat akan dapat mengikuti Diklat secara serius dan tujuan diklat itu sendiri dapat dicapai.

2.3.4. Metode Pendidikan dan Pelatihan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Profesionalisme Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian dan Pendidikan Pelatihan Daerah Kabupaten Dairi

4 60 134

Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karo Kabanjahe)

2 34 102

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara (BKN) Medan

5 40 129

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Kasus di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Aceh Selatan)

4 63 134

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ( DIKLAT) PEGAWAI DENGAN KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI DI BIDANG PELAYANAN PADA BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN JEMBER

0 6 6

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ( DIKLAT) PEGAWAI DENGAN KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI DI BIDANG PELAYANAN PADA BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN JEMBER

0 7 6

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL, DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 1 13

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 0 21

PENGARUH PENDIDIKAN - PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BANTEN

0 1 271