melaksanakan kegiatan PLKB di lapangan dan semakin sedikit frekuensi pelaksanaan tugas. Hasil penelitian yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan pada
penelitian ini adalah karena PLKB yang belum menikah belum mempunyai beban keluarga yang akan memengaruhi pikiran dan kinerjanya sehingga dapat
memfokuskan konsentrasinya pada pekerjaan. Perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat
suatu pekerjaan lebih berharga Mangkunegara, 2006. Hasil pengamatan di lapangan, PLKB yang sudah menikah justru kurang frekuensi nya dalam
melaksanakan tugas di lapangan dibanding PLKB yang belum menikah. Hasil disebabkan oleh karena pada tahun 2013 sudah tidak ada lagi dana operasional untuk
melaksanakan tugas dilapangan sehingga PLKB harus memotong penghasilan perbulan mereka untuk biaya transportasi selama di lapangan. Diasumsikan jumlah
tanggungan dalam keluarga dapat menjadi beban atau masalah keluarga yang memengaruhi kinerja PLKB. Apabila PLKB mempunyai beban atau masalah karena
banyaknya tanggungan, maka hal ini dapat memengaruhi kinerja individu tersebut. Dalam hal ini, pegawai akan merasa puas apabila kebutuhannya tercukupi dan
sebagai dampaknya akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika kebutuhannya tidak terpenuhi akan sulit menghasilkan kinerja yang baik.
5.2.4. Pengaruh Keterampilan Terhadap Kinerja PLKB Di Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki keterampilan baik sebanyak 43 orang 75,4 dan responden yang memiliki keterampilan kurang
baik sebanyak 14 orang 24,6. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa keterampilan memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap kinerja PLKB p= 0,041 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Puspita 2010 yang
menyatakan bahwa kinerja aparatur penyuluh KB dipengaruhi oleh kompetensi kemampuan dan keterampilan, motivasi, dan lingkungan kerja.
Hasil penelitian di lapangan ditemukan beberapa gejala mengenai pelaksanaan tugas PLKB, seperti PLKB bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,
capaian program kadang-kadang tidak sesuai target yang ditetapkan karena tidak semua PLKB memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Keterampilan mengoordinasi adalah keterampilan mengoordinasi kegiatan penyuluhan dan pelayanan di tingkat desa.
Pemberian arahandirecting dilihat dari kemampuan mengarahkan Kader dalam menjalankan tugas merencanakan kegiatan, melakukan pendataan dan
menumbuhkembangkan kelompok ”3 Bina”BKBBKRBKL. Adapun keterampilan memotivasi kader dilihat dari pelatihan atau pembekalan materi, pemberian
penghargaan materinon-materi serta dorongan untuk menumbuhkembangkan ”3 Bina” di wilayah tersebut. Kenyataan di lapangan adalah masih ada di sebagian
kecamatankelurahan yang tidak memiliki kelompok kegiatan BKB, BKR, dan BKL. Kompetensi di bidang keahlian merupakan kemampuan utamainti selaku
penyuluh KB. Kemampuan ini mencakup pemahaman dalam masalah kependudukan dan program KB secara umum dan kesehatan reproduksi, penggerakan dan
pemotivasian kader, konseling, pelibatan laki-lakisuami dalam program KB, serta pengadvokasian.
Universitas Sumatera Utara
Pengadvokasian ini meliputi advokasi kepada tokoh formal dan tokoh informal agar tokoh formal dan informal. PKB harus mampu mengadvokasi mereka
agar menjadi paham tentang isu, permasalahan dan tantangan program KB khususnya diwilayah mereka. Namun, kenyataan dilapangan masih ada sebagian
kecamatankelurahan yang tidak ada tokoh agama dan tokoh masyarakat yang ikut berperan serta untuk mensukseskan program KB Nasional di daerahnya. Hal ini
dikarenakan oleh PLKB yang kurang terampil atau bahkan memang tidak melakukan advokasi kepada tokoh informal tersebut.
Keterampilan tidak statis, tetapi berubah sesuai dengan pertumbuhan organisasi tersebut. Karena itu pengembangan keterampilan harus merupakan sesuatu
kegiatan yang terencana yang akan menyesuaikan diri pada kebutuhan-kebutuhan organisasi dan individu. Setelah otonomi daerah, tugas pokok dan fungsi PLKB
bertambah. PLKB tidak hanya menangani peroalan KB dilapangan, melainkan juga mengatasi persoalan pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak. Untuk itu,
PLKB perlu mengembangkan keterampilannya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang bertambah sesuai dengan perekembangan Badan PP dan KB.
Kemampuan memahami masalah kependudukan dan program KB secara umum adalah kemampuan memahami masalah KB secara umum serta dampak makro dan
mikro dari peningkatan jumlah penduduk. Kemampuan memahami masalah reproduksi adalah kemampuan memahami alatorgan-organ reproduksi perempuan
dan laki-laki, hak reproduksi, permasalahan AKI dan AKB baik ditingkat nasional maupun lokal. Untuk itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme
Universitas Sumatera Utara
PLKB. Upaya lainnya adalah dengan “mendekatkan dan mempercepat” akses informasi melalui internet, dan mempercepat proses input dan penganalisisan data
melalui penguasaan komputer. Hasil penelitian di lapangan ditemukan beberapa PLKB tidak mampu menganalisa data melalui komputer, tidak terampil mengakses
internet untuk mecari informasi-informasi yang mendukung pelaksanaan tugas. Pelatihan diperlukan untuk mengembangkan keterampilan khusus untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard. Hal ini lah yang tidak didapatkan dari pendidikan formal yang lebih bersifat umum. John dan William 1993
menyatakan bahwa pengalamn-pengalaman belajar masa lalu yang berbeda-beda dari sekolah latihan industri jauh lebih besar dari pengalaman-pengalaman belajar dari
sekolah atau perguruan tingg
i.
Hal ini juga dikemukakan oleh Amstrong 2004, cara untuk membantu individu untuk meningkatkan diri adalah degan mengikuti pelatihan
training pekerjaan.
5.3 Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Kinerja PLKB Di Kota Medan