4. Kepalan bagian perencanaan kebutuhan mengajukan kepada kepala biro
perlengkapan dan perbekalan, hasil analisa kecukupan kontrasepsi saat ini dan yang akan datang.
b. BKKBN provinsi
1. Sekretaris BKKBN provinsi bersama staf yang kompeten menyusun perencanaan
kebutuhan kontrasepsi.
2. Sekretaris BKKBN provinsi bersama staf melakukan analisis kondisi stock
kontrasepsi di wilayahnya.
3. Sekretaris BKKBN provinsi mengajukan hasil analisis dan rencana kebutuhan
kontrasepsi kepada Kepala BKKBN Provinsi. c. Satuan Kerja Perangkat DaerahSKPD KB KabupatenKota
1. Kepala bagian tata usaha SKPDOrganisasi Perangkat Daerah OPD KB bersama
staf melakukan analisa kebutuhan kontrasepsi di wilayahnya. 2.
Kepala bagian tata usaha SKPDOPD KB bersama staf melakukan koordinasi untuk memperoleh angka stock alokon bulanan.
3. Kepala bagian tata usaha SKPDOPD KB bersama staf menyusun rencana
kebutuhan kontrasepsi di wilayahnya serta mengajukan kepada kepala SKPD KB di wilayahnya selanjutnya kepala SKPD KB kabupatenkota mengirinkan usulan
kebutuhan kontrasepsi kepada BKKBN provinsi yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam merencanakan kebutuhan alokon, perlu mempertimbangkan 6 tepat sesuai prinsip manajemen logistik agar kebutuhan barang yang direncakan dapat
semaksimal mungkin memenuhi permintaan sasaran. Keenam prinsip tersebut meliputi:
a. Tepat Kuantitas: perencanaan kebutuhan didasarkan pada jumlah yang tepat
sesuai dengan permintaan klien yang menjadi sasaran program. b.
Tepat Jenis: perencanaan kebutuhan didasarkan pada jenis barang yang tepat
sesuai dengan permintaan klien yang menjadi sasaran program. c.
Tepat Tempat: Perencanaan kebutuhan alokon didasarkan pada permintaan yang tepat tempat sesuai dengan permintaan klien yang menjadi sasaran program di
tempatnya sehingga alokon dapat bermanfaat. d.
Tepat waktu: Perencanaan kebutuhan alokon didasarkan pada permintaan yang tepat waktu artinya barang dapat disalurkan tepat pada waktu klien yang menjadi
klien sasaran program membutuhkannya. e.
Tepat Kondisi: Perencanaan kebutuhan alokon didasarkan pada permintaan yang tepat kondisi sesuai dengan kondisi di tempat klien yang menjadi sasaran
program. f.
Tepat biaya: Perencanaan kebutuhan alokon didasarkan pada penggunaan biaya yang tepat dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.2. Alur Distribusi Alat dan Obat Kontrasepsi
Mekanisme penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran alokon telah diatur di dalam Petunjuk Teknis Penerimaan, Penyimpanan, dan Penyaluran Kontrasepsi
Program KB Nasional di KabupatenKota BKKBN, 2009. Secara rinci, alur distribusi alokon dari BKKBN pusat sampai ke akseptor KB dapat digambarkan
sebagai berikut:
Keterangan gambar
:
BKKBN Pusat BKKBN Provinsi
SKPD KB Kabkota
KKB Puskesmas
• PPM PA
Pra S+KS 1 •
PPM PB Pra S+KS1
• RIKS
• Stock
Alokon
DBS
KKB swtorg Profesi RS LSM
PKBRS
Pustu Polindes
PPKBD P
Aks. Baru dan ulang
Aks. Baru dan ulang
Aks. ulang Permintaan
Dropping Drop jlr swasta
Universitas Sumatera Utara
a. BKKBN pusat melaksanakan pengadaaan alokon kemudian mendistribusikannya
ke BKKBN provinsi. Pengadaan alokon didasarkan pada besarnya perkiran permintaan masyarakat dan ketersediaan stock alokon;
b. BKKBN provinsi melanjutkan distribusi alokon ke setiap kabupatenkota. Di era
otonomi, kewenangan BKKBN berhenti sampai dengan distribusi alokon ke kabupatenkota;
c. Kabupatenkota menyalurkan kontrasepsi ke puskesmas di wilayah
masing ‐masing menggunakan pengangkutan ekspedisi;
d. Kabupatenkota dapat pula menyalurkan alokon ke klinik, LSMorganisasi
profesi, RS swasta, Bidan Praktek Swasta BPS, Dokter Praktek SwastaDPS khusus untuk IUD dan kondom, sedangkan kontrasepsi lainnya dapat diberikan
apabila pelayanan ditujukan bagi KPS dan KS ‐I;
e. Puskesmas menyalurkan ke puskesmas pembantu, puskesmas desapolindes, dan
Pos Pembina KB Desa PPKBD. Untuk puskesmas pembantu dan polindes diberikan alokon IUD, suntik, implant, pil, dan kondom yang diberikan kepada
akseptor KB baru dan aktifulang dari KPS dan KS ‐I, sementara untuk PPKBD
hanya diberikan alokon jenis pil dan kondom untuk peserta KB aktif dari KPS dan KS
‐I; f.
Untuk distribusi alokon dari swasta, kabupatenkota hanya mendistribusikan alokon ke RS, RS swasta, LSM, KB swasta, organisasi profesi, dan dokterbidan
swasta.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.3. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga
Bentuk koordinasi antara BKKBN provinsi dan BPPKB Kota Medan ditunjukkan dalam bagan berikut :
Keterangan Gambar : Petugas lapangan KB adalah pegawai negeri sipil yang diberikan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi, dan pengembangan keluarga berencana nasional di
lini lapangan. PLKB merupakan kelompok jabatan fungsional BPPKB Kota Medan. Tugas PLKB adalah melakukan penggerakkan kegiatan, pengelolaan dan
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan, serta pengumpulan data basis melalui pendataan keluarga. Untuk melaksanakan tugas tersebut, PLKB dibantu oleh kader KB yaitu : PPKBD dan sub
PPKBD. Hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKBD dan sub PPKBD dicatat dalam R1PUS10 kemudian disampaikan kepada PLKB. kemudian PLKB membuat
laporan hasil kegiatan dan pencatatan data dari klinik KB selama satu bulan ke dalam C1Des-Dal10 dan F1Dal10. Laporan tersebut kemudian diserahkan kepada
Pengawas petugas lapangan KB PPLKB di kecamatan. PPLKB membuat laporan Rek.Kec.FIDal10 sesuai data yang dibuat oleh
PLKB dari setiap kelurahan yang ada diwilayahnya dan diirimkan ke SKPD KB kabkota BPPKB. Kemudian BPPKB membuat laporan bulanan pengendalian
lapangan tingkat kabkota Rek.Kab.FIDal10 sesuai data yang diperoeh dari seluruh kecamatan Kota Medan dan dikirimkan ke BKKBN Provinsi. BKKBN
Provinsi membuat laporan pengendalian lapangan program kependudukan dan KB Nasional Provinsi Sumatera Utara Rek.Prov.FIDal10 yang diterima dari seluruh
SKPD KB kabkota yang ada di provinsi sumatera utara dan dikirimkan ke BKKBN Pusat setiap bulan.
Berbagai bentuk koordinasi kerja telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan untuk hal–hal yang bersifat strategis seperti harmonisasi kebijakan sasaran pelayanan
KB bagi masyarakat miskin kriteria miskin, evaluasi bersama, pedoman pelayanan, dan dukungan anggaran. Bentuk dan macam koordinasi kerja perlu didata sebagai
informasi sejauhmana upaya penguatan kelembagaan, pengembangan program dan kegiatan serta respon pihak terkait untuk mendukung program KB .
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan program KB, BPPKB Kota Medan telah berupaya dengan intensif untuk melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, antara lain yaitu
petugas lini lapangan, bidan, dokter, puskesmas, klinik, RS, Bappeda, BKKBN provinsi, dinas kesehatan, dan dinas sosial serta pemerintah kotaKabupaten.
Substansi koordinasi mencakup baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan serta evaluasinya. Koordinasi yang paling intensif dilakukan adalah dengan BKKBN
provinsi, khususnya untuk pengadaan alokon dan pelaksanaan program KB. BPPKB Kota Medan juga cukup intensif melakukan konsultasi dengan Pemko
Medan terkait penyampaian pelaksanaan program KB. Upaya untuk meningkatkan dukungan pelaksanaan program melalui APBD juga telah cukup intensif
dikoordinasikan dengan Bappeda. Tidak kalah pentingnya adalah penyusunan perencanaan program yang melibatkan partisipasi petugas lini lapangan. Di tingkat
puskesmas koordinasi kerja yang dilakukan oleh puskesmas antara lain adalah safari KB dengan Muyan. Dilaksanakan melalui kerja sama antara BKKBN Provinsi Sumut
dengan BPPKB Kota Medan. Dalam rangka pengumpulan akseptor, puskesmas bekerjasama dengan PLKB atau petugas KB serta dinas sosial.
2.2.4.4. Pengembangan Sumber Daya Manusia
BKKBN Pusat maupun BKKBN provinsi mempunyai peran sangat besar dalam pengembangan SDM di daerah dalam bidang KB. Berbagai perlatihan telah
dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi Sumut bekerjasama dengan SKPD KB, puskesmas, dan dinas kesehatan. Secara ringkas pelatihan tersebut mencakup sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Pelatihan untuk petugas lini lapangan • Latihan dasar umum PKB,
• Refreshing bagi PKB, • Latihan KIP Konseling KB.
2 Pelatihan untuk bidang tenaga medis • Pelatihan insersi IUD dan implant,
• vasektomi tanpa pisau, • pelatihan contraceptive technology updateCPU,
• Pelatihan KIP Konseling KB, • Pelatihan konseling KB dengan alat bantu peraga,KesehatanABPK,
• Pelatihan Teknis Program KB–RS. 3 Pelatihan recording dan reportingRR
Selain BKKBN, Pemda juga memberikan dukungan dalam pengembangan SDM, sebagaimana dukungannya kepada BPPKB Kota Medan untuk pelatihan
komputer.
2.2.4.5. Sarana dan Prasarana Pelayanan KB
Dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, komitmen daerah terhadap pembangunan kependudukan dan KB menurun. Hal ini antara lain ditandai dengan
kurang tersedianya sarana dan prasarana untuk layanan KB. Oleh sebab itu, untuk kembali menggiatkan pembangunan kependudukan dan KB tersebut, sejak tahun
2008 dikeluarkanlah dana alokasi khusus DAK KB.
Universitas Sumatera Utara
Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus, yang terkait dengan fisik sarana dan prasarana layanan KB, dan
merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional. Dengan adanya kebijakan DAK KB tersebut, ketidaktersediaan sarana dan prasarana layanan KB
didaerah dapat diatasi. Sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah Muyan, Mupen, sepeda motor, dan sarana KIE lainnya, seperti alat peraga penyuluhan, BKB
Kit, KIE Kit.
2.3. Program KB Nasional