untuk PLKB. Sebanyak 66,7 responden menyatakan insentif yang mereka terima belum sesuai dengan beban tugas PLKB. Dari hasil wawancara, responden juga
mengatakan bahwa tunjangan beras yang mereka terima dalam bentuk tunai juga kurang sesuai dengan harga beras yang ada dipasaran saat ini. Selain itu, tidak adanya
dana operasional lagi bagi PLKB selama bekerja di lapangan, mau tidak mau membuat PLKB harus memangkas imbalan yang mereka terima setiap bulan untuk
biaya transportasi selama di lapangan.
5.4.3. Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja PLKB di Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju bahwa desain pekerjaan yang selama ini dibuat telah baik sebanyak 21 orang 36,8 dan
responden yang menyatakan bahwa desain pekerjaan yang selama ini dibuat kurang baik sebanyak 36 orang 63,2. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan
bahwa desain pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap kinerja PLKB p= 0,909 0,05. Hal ini tidak sejalan dengan teori kinerja Gibson, dkk
1996 yang menyatakan bahwa desain pekerjaan mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja individu.
Amtrong 2004 menyatakan bahwa slaah satu yang menyebabkan kinerja pegawai rendah adalah karena masalah yang disebabkan oleh manajer, yaitu gagal
mengklarifikasi persyaratan- persyaratan dan harapan-harapan, standard, dan pelaksanaan prioritas pekerjaan, gagal memberikan dukungan, petunjuk, dan
informasi yang tepat, dan memntukan sasaran yang tidak masuk akal dan tidak dapat dicapai.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel desain pekerjaan. Hampir semua PLKB 68,4 mengatakan tidak puas pada desain
pekerjaan yang dibuat karena tidak cukup baik dalam memberikan kesempatan kepada PLKB untuk naik pangkat. Selain itu, desain pekerjaan dari atasan yang
belum secara sempurna secara jelas uraian tugas dan tanggung jawabnya ditambah lagi dengan tugas tambahan dari kecamatan danatau kelurahan hal ini menyebabakan
tumpang tindih pekerjaan PLKB. PLKB yang menyatakan desain pekerjaan sudah baik tidak memengaruhi
kinerjanya disebabkan berbagai faktor, yakni selain tugas pokok yang diharus diselesaikan oleh PLKB, PLKB juga mendapat tugas tambahan yang harus
diselesaikan secara bersamaan, seperti tugas tambahan dari kelurahannya, ikut membantu acara-acara yang diselenggarakan oleh kantor lurah. Hal ini akan
menyebabakan kebosanan dalam bekerja, dan akhirnya PLKB tidak professional dalam melaksanakan tugas pokoknya. Robbins 2006 menyatakan jika pekerjaan
terbagi-bagi, maka karyawan akan dapat merasakan sebagai tugas yang sangat membosankan dan tidak memuaskan.
Faktor lain yang juga memengaruhi adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah dukungan yang diberikan berbagai kelompok dalam masyarakat yang
terkait langsung maupun tidak langsung dengan program KB. Mereka adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, media, kalangan PUS, kalangan remaja,
kelompok laki-lakisuami, organisasi profesi, LSM hingga organisasi swastaperusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teladan penerapan
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai ber-KB serta terlibat aktif menyosialisasikan dan mengampanyekan program ini. Salah satu unsur tokoh informal masyarakat adalah para kader,
disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki serta kedekatan emosional yang dibangun dengan masyarakat setempat. Namun demikian, karena sifat
pekerjaannya yang sukarela, maka keaktifan mereka sangat tergantung kepada dukungan PKB dan instansi yang menangani. Hasil penelitian Herartri 2008 tentang
peran Kader KB tahun 2008 menunjukkan bahwa belum seluruh kader mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Mereka hanya mengerjakan tugas yang
diberikan PKB. Hal ini disebabkan minimnya fasilitasi dan dukungan operasional. Kelompok informal lainnya yang ikut berperan memengaruhi kinerja PLKB
adalah dukungan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Di beberapa kecamatan kelurahan masih ada tokoh agama dan tokoh masyarakay yang belum ikut berperan
aktif dalam program KB. Padahal, Sinergi berbagai kelompok masyarakat akan memiliki kekuatan dan dampak yang jauh lebih besar dan lebih luas dalam
menghidupkan nilai-nilai KB kepada masyarakat, tidak saja PUS melainkan juga remaja dan kelompok lain yang terkait. Untuk itulah, PLKB harus jeli memanfaatkan
berbagai kelompok yang ada untuk ikut menyukseskan misinya, karena memang PLKB tidak bisa bekerja sendiri di tengah masyarakat.
Aspek lingkungan lainnya yang ikut mempengaruhi kinerja PKB adalah dukungan PemkabPemkot. Dukungan PemkabPemkot adalah dukungan yang
diberikan pihak eksekutif dan legislatif di tingkat lokal terhadap pelaksanaan KB di wilayah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman kedua lembaga
Universitas Sumatera Utara
ini melalui para pejabatnya tentang permasalahan KB di wilayah mereka, kesadaran tentang pentingnya program KB di wilayah mereka, dan alokasi anggaran
yangdisediakan dan pemanfaatannya, serta jumlah PLKB yang disediakan.
Universitas Sumatera Utara
107
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai determinan kinerja Petugas Lapangan KB PLKB Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kota
Medan Tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa : 1.
Hasil penelitian responden menunjukkan bahwa 25 orang 43,9 responden memilki kinerja yang baik dan 32 orang 56,1 responden memiliki kinerja
yang kurang baik. 2.
Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa variabel status perkawinan, keterampilan, motivasi, sumber daya organisasi, dan imbalan memiliki
hubungan dengan kinerja PLKB di Kota Medan. 3.
Terdapat pengaruh yang siginifikan antara variabel status perkawinan, keterampilan, sumber daya organisasi, dan imbalan terhadap kinerja PLKB di
Kota Medan. 4.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel umur, pendidikan, sikap, motivasi, dan desain pekerjaan terhadap kinerja PLKB di Kota Medan.
5. Variabel Imbalan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kinerja PLKB di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara