Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus, yang terkait dengan fisik sarana dan prasarana layanan KB, dan
merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional. Dengan adanya kebijakan DAK KB tersebut, ketidaktersediaan sarana dan prasarana layanan KB
didaerah dapat diatasi. Sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah Muyan, Mupen, sepeda motor, dan sarana KIE lainnya, seperti alat peraga penyuluhan, BKB
Kit, KIE Kit.
2.3. Program KB Nasional
Program KB Nasional adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera menuju keluarga berkualitas Kepmen
No.120M.PAN92004. Program KB mempunyai arti yang penting dalam upaya mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera. Saat ini, program KB Nasional diarahkan untuk mengendalikan angka kelahiran melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas
pelayanan KB, peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi KIE bagi pasangan usia subur PUS tentang kesehatan reproduksi, melindungi peserta KB dari efek
samping penggunaan alat KB dan obat kontrasepsi, peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alat dan obat kontrasepsi, peningkatan pemakaian kontrasepsi yang
lebih efektif da efisien untuk jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Arah program KB dalam jangka panjang adalah terwujudnya penduduk tumbuh seimbang PTS dan meningkatnya kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Untuk mewujudkan PTS dan meningkatkan kualitas penduduk, diupayakan pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk melalui
peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana yang bermutu, efektif, merata dam terjangkau, pemberdayaan keluarga dan masyarakat
serta peningkatan ketahanan keluarga menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas.
2.4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB
Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB atau disebut juga dengan Penyuluh Keluarga Berencana PKB adalah pegawai negeri sipil yang diberikan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi, dan
pengembangan keluarga berencana nasional Kepmen No.120M.PAN92004. Sebagai petugas lapangan KB Nasional, PLKB meyelenggarakan fungsi sebagai :
1. Penyuluhan KB, yaitu kegiatan penyampaian informasi dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
2. Pelayanan KB, yaitu kegiatan pemberian fasilitasi kepada keluarga dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dalam mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran utama program KB adalah Pasangan Usia Subur PUS yakni suami istri di mana istri berusia 15-49 tahun karena mempunyai kemungkinan untuk hamil
dan memiliki anak. Dengan demikian, PLKB harus mampu memberikan informasi kepada mereka agar menjadi tahu, mau dan mampu merencanakan dan membentuk
keluarga kecil sejahtera.
2.4.1. Peran, fungsi, dan tugas PLKB
Petugas Lapangan KB PLKB berperan sebagai :
1. Pengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desakelurahan
2. Penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di
desakelurahan 3.
Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB Nasional di desakelurahan,
4. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam
pelaksanaan program KB Nasional di desakelurahan PLKB mempunyai fungsi merencanakan, mengorganisasikan,
mengembangkan, melaporkan dan mengevaluasi program KB Nasional dan program pembangunan lainnya di tingkat kecamatanKelurahan.
Tugas PLKB:
1. Perencanaan
PKBPLKB dalam bidang perencanaan bertugas meliputi penguasaan potensi wilayah kerja sejak pengumpulan data, analisa penentuan masalah prioritas,
Universitas Sumatera Utara
penyusunan rencana kerja dan memfasilitasi penyusunan jadwal kegiatan tingkat RT, RW dan DesaKelurahan
2. Pengorganisasian
Tugas PLKB dibidang pengorganisasian meliputi memperluas pengetahuan dan wawasan program, rekruitmen kader, mengembangkan kemampuan dan
memerankan kader dan mitra kerja lainnya dalam program KB Nasional. Bila di wilayah kerjanya tidak ada kader, PLKB diharapkan dapat membentuk
kader, memberikan pelatihanorientasi untuk meningkatkan pengetahuna dan ketrampilan kader, memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang lebih
besar kepada kader untuk berperan sampai dengan pengembangan kemitraan dan jaringan kerja dengan berbagai instansi yang ada.
3. Pelaksana dan Pengelola Program
Tugas PLKBPKB sebagai pelaksana dan pengelola melakukan berbagai kegiatan mulai penyiapan IMP dan mitra kerja lainnya dalam melaksanakan
program, memfasilitasi peran IMP dan mitra lainnya penyiapan dukungan untuk terselenggaranya program KB Nasional di kecamatankelurahan serta
Advokasi, KIEKonseling maupun pemberian pelayanan program KB KB- KR dan program KS-PK.
4. Pengembangan
Tugas PLKBPKB melaksanakan pengembangan kemampuan teknis IMP dan mitra lainnya dalam penyelenggaraan program KB Nasional di desakelurahan
Universitas Sumatera Utara
5. Evaluasi dan Pelaporan
Tugas PLKBPKB dalam evaluasi dan pelaporan progam KB Nasional sesuai dengan sistem pelaporan yang telah ditentukan secara berkala.
Dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugas sehari-hari, PKB mengacu kepada 10 langkah PLKB, yaitu:
1. Pendekatan Tokoh Formal 2. Pendataan dan Pemetaan
3. Pendekatan Tokoh Informal 4. Pembentukan Kesepakatan
5. Penegasan Kesepakatan 6. Penerangan dan Motivasi
7. Pembentukan Grup Pelopor 8. Pelayanan KB
9. Pembinaan 10. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi
Adapun tugas PLKB adalah: 1.
Melakukan konsolidasi dengan semua pihak terkait untuk menyusun rencana pelaksanaan kegiatan program KB Nasional ditingkat lini lapangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengumpulkan dan mengolah data mengenai aspek-aspek demografis, sosial
bidaya, geografis, tingkat peran serta masyarakat dan IMP sebagai bahan analisis dan evaluasi tingkat desa.
3. Melakukan kunjunganpendekatan kepada tokoh formalinformal dalam rangka
pendekatan untuk memperoleh kesepakatan operasional dalam program KB Nasional.
4. Melakukan penggerakan kepada masyarakat dan IMP agar lebih aktif berperan
dalam program KB Nasional di wilayah kerjanya. 5.
Mengumpulkan data dan informasi masalah serta melakukan pembahasan masalah bersama kader atau poktan dan pihak-pihak terkait dalam pertemuan
berkala. 6.
Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak terkait ditingkat desa untuk memperoleh dukungan dalam kegiatan koordinasi pelaksanaan program KB
ditingkat desa. 7.
Menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas kerjanya.
8. Menyampaikan laporan kepada Camat dan PPLKBKoordinator dengan
tembusannya kepala desa mengenai tugas pekerjaan yang telah diselesaikan. 9.
Melakuka tugas pekerjaan lainnya sesuai petunjuk kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Penjenjangan Jabatan PLKB
Jenjang jabatan fungsional PLKB terdiri dari PLKB terampil dan PLKB ahli. PLKB terampil adalah PLKB yang mempunyai latar belakang pendidikan minimal
SLTA atau D I. pangkat serendah-rendahya adalah pengatur muda IIa ditambah dengan kualifikasi pendidikan bidang studi disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Jenjang jabatan PLKB terampil dari yang terendah sampai dengan tertinggi adalah aPLKB pelaksana Pemula, b PLKB Pelaksana, c PLKB
Pelaksana Lanjutan, d PLKB Penyelia. PLKB ahli adalah PLKB yang berpendidikan minimal sarjana SI,
pangkatgolongan IIIa dengan kualifikasi pendidikan bidang studi sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Jenjang jabatan PLKB ahli dari yang terendah
sampai yang tertinggi adalah a PLKB Pertama, bPLKB Muda, cPLKB Madya.
2.4.3. Hubungan Langkah Kerja PLKB Dengan Puskesmas
Keberhasilan program KB salah satunya sangat tergantung oleh berjalannya kegiatan langkah kerja PLKB dan hubungan kerja ditingkat lini lapangan dengan
puskesmas. Langkah kerja PLKB sangat erat korelasinya dengan puskesmas dalam menunjang dan meningkatkan program KB nasional. Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber
daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan KabupatenKota. Untuk mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan
dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua
yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. azas
penyelenggaran puskesmas terdiri dari : 1.
Azas pertanggungjawaban wilayah 2. Azas pemberdayaan masyarakat
3. Azas keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu. Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
puskesmas wajib, pengembangan dan inovasi dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor puskemas dalam upaya kesehatan ibu dan anak adalah keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurahkepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB. PLKB berperan dalam mendata PUS, membina, dan merekrut calon akspetor KB. Hal ini membantu puskesmas
dalam menyelenggarakan upaya KIA dan KB dan meningkatkan cakupan kesehatan Ibu dan Anak. Puskesmas berfungsi memberikan pelayanan KB kepada PUS yang
Universitas Sumatera Utara
telah didata dan dibina oleh PLKB. ini menunjukkan kerjasama lintas sektoral puskesmas dengan PLKB untuk memberikan pelayanan KB. Di Puskesmas
pengusulan permintaan alokon gratis dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dan apabila persediaan alokon habis maka dapat diajukan permintaan sewaktu – waktu.
Sedangkan laporan dilakukan tiap bulan ke kecamatan dan kemudian diteruskan ke tingkat dua. Namun, di lapangan dinas kesehatan tidak tahu persis pencatatan
distribusi alokon di puskesmas karena tidak pernah mendapat tembusan administrasi pendistribusiannya.
Biaya pendistribusian alokon dari SKPD KB ke puskesmasklinik juga belum mendapat dukungan maksimal dari pemda sehingga terkadang beban biaya ini
dibebankan kepada peserta KB sebagai bagian dari biaya administrasi. Kota Medan telah mendapat bantuan biaya pendistribusian alokon dari APBD.
Koordinasi kerja lainnya yang dilakukan oleh puskesmas antara lain adalah safari KB dengan Muyan. Dilaksanakan melalui kerja sama antara BKKBN Provinsi
Sumut dengan BPPKB Kota Medan. Dalam rangka pengumpulan akseptor, puskesmas bekerjasama dengan PLKB atau petugas KB serta dinas sosial.
2.5. Kinerja Petugas Lapangan KB PLKB
Kinerja PLKB adalah hasil kerja dan tingkat keberhasilan PLKB dalam menjalankan tugas selaku petugas lapangan KB dalam melakukan penyuluhan dan
pelayanan KB Nasional. Kinerja PLKB dapat dilihat dari kemampuan kerja PLKB yang tampak dalam situasi dan kondisi kerja sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Badan Kepegawaian Negara 2005, kinerja Pegawai Negeri Sipil PNS dilihat dari aspek kuantitas kerja, kualitas kerja, ketepatan waktu, penggunaan
tenaga sesuai dengan kemampuan, kemandirian, dan komitmen kerja. Dalam konteks penilaian kinerja PLKB dikukur melalui indikator sepuluh langkah kerja PLKB yaitu,
pendekatan tokoh formal, pendekatan tokoh informal, pendataan dan pemetaan, pembentukan kesepakatan, pemantapan kesepakatan, Komunikasi, edukasi dan
informasi KIE pada masyarakat, pembentukan grup pelopor, pelayanan KB, pembinaan peserta, evaluasi, pencatatatan, dan pelaporan.
Berdasarkan penelitian oleh Joniwar dan Meyzi Heriyanto 2008 ditemukan beberapa gejala mengenai pelaksanaan kinerja PLKB, yaitu : 1 Dalam pelaksanaan
kinerja PLKB belum sesuai dengan tugas yang diberikan, karena tidak semua PLKB terampil dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sehingga berdampak terhadap hasil
kinerja PLKB. 2 Capaian program tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, karena tidak semua Petugas Lapangan KB mempunyai kemampuan yang memadai
3 Petugas Lapangan KB masih terlihat setengah hati dalam menjalankan tugasnya, karena masih dipengaruhi oleh sifat-sifat individu yang diminta dahulu baru
dikerjakan. Ice Ratnalela Siregar 2008 juga membuktikan bahwa motivasi kerja PLKB
Kota Medan mayoritas termasuk kategori rendah. Hal ini tentu pada akhirya berdampak pada kinerja PLKB Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konsep