BAB II KAJIAN TEORI
A. Kebijakan dan Pendidik 1. Kebijakan
a. Pengertian kebijakan
Kebijakan atau kebijaksanaan di dalam peraturan pemerintah maupun dalam kehidupan sehari-hari pasti sering didengar dan dilaksanakan. Selama
ini banyak orang yang mengira bahwa kebijakan dan kebijaksanaan mempunyai arti yang sama, atau bahkan ketika melaksanakan suatu
kebijakan orang mengatakan bahwa itu adalah kebijaksanaan. Untuk itu perlu dipertegas tentang perbedaan antar kedua pengertian kebijakan dan
kebijaksanan, sesuai dengan kamus Bahasa Indonesia. Pengertian kebijakan adalah:
a. Kepandaian, kemandirian, kebijaksanaan dan b. Rangkaian konsep awal yang menjadi garis besar dan rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak tentang Pemerintah, Organisasi dan sebagainya prasyarat cita-cita, tujuan atau
maksud dengan garis pedoman untuk Manajemen dalam usaha mencapai sasaran; Garis Haluan.
Sedangkan pengertian kebijaksanaan adalah:
1
a. Kepandaian menggunakan budinya pengalaman dan pengetahuan b. Kecakapan bertindak dalam mengahadapi kesulitan tersebut.
1
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Edisi Ketiga, h.149.
Dari pengertian kebijakan dan kebijaksanaan di atas, jelas terlihat perbedaan antara keduanya. Kebijaksanaan merupakan pengertian kebijakan
dalam arti sempit seperti kepandaian dan kemandirian. Dalam pengertian lain, kebijakan bisa berarti suatu konsep atau rencana dalam suatu program
atau kegiatan. Jadi kebijakan mempunyai pengertian yang lebih luas dari kebijaksanaan.
Selain pengertian kebijakan di atas, banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli kebijakan. Secara umum kebijakan atau policy
dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah atau sejumlah
aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Hal ini senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Anderson, seperti yang dikutip oleh Solichin Abdul
Wahab bahwa “kebijakan merupakan suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya
masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi”
2
. Akan tetapi menurut Budi Winarno pengertian kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif
memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun kurang memadai untuk pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis
menyangkut analisis kebijakan.
3
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Amara Raksasanya yang dikutip oleh Ali Imron khusunya dalam batasan kebijakan, “kebijakan adalah
suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan”.
4
Seperti yang dikutip oleh Irfan Islamy, Carl J. Friedrick mendefinisikan kebijakan sebagai “suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu, sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluang-peluang.
5
Menurut Lasswell yang di kutip oleh Wayne Person dalam bukunya Public Policy, Pengantar Teory dan Praktik Praksis Kebijakan bahwa kata
2
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h.3.
3
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Med Pressindo, 2002, h. 14
4
Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Proses, Produk dan dan Masa Depannya, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 13.
5
M. Irfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, h. 17.
”kebijakan” policy umumnya di pakai untuk menunjukkan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau
privat....”kebijakan” bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis political yang sering kali diyakini mengandung makna ”keberpihakan” dan
”korupsi”.
6
Dengan demikian kita bisa memandang ilmu kebijakan sebagai sebuah disiplin yang menitikberatkan pada usaha menjelaskan proses
pembuatan kebijakan dan proses pelaksanaan kebijakan serta sebagai usaha untuk menemukan data dan menyediakan interpretasi yang relevan dengan
persoalan kebijakan pada saat tertentu. Dalam sebuah konstitusi Jepang, yakni Undang-Undang Pendidikan
yang ditetapkan pada Tahun 1947. Pokok-pokok undang-undang tersebut adalah 1 Prinsip Legalisme, 2 Prinsip Administrasi yang Demokratis, 3
Prinsip Netralitas, 4 Prinsip Penyesuaian dan Penetapan Kondisi Pendidikan, dan 5 Prinsip Desentralisasi. Research and Statistic Planning
Division, Ministry of Education, Science, Sports and Culture of Japan, 2000.
7
Prinsip yang pertama menetapkan bahwa mekanisme pengelolaan diatur dengan undang-undang dan peraturan-peraturan. Sebelum Perang
Dunia II masalah pendidikan diputuskan oleh Peraturan Kekaisaran dan pendapat parlemen dan warga negara diabaikan. Namun, setelah reformasi
pendidikan pasca perang urusan pendidikan diatur oleh undang-undang dan peraturan di parlemen. Prinsip kedua mengindikasikan bahwa sistem
administrasi pendidikan harus dibangun berdasarkan konsensus nasional dan mencerminkan kebutuhan masyarakat dalam membuat formulasi kebijakan
pendidikan dan prosesnya. Prinsip ketiga menjamin bahwa kewenangan pendidikan harus independen dan tidak dipengaruhi dan diinterfensi oleh
kekuatan politik. Prinsip keempat mengidikasikan bahwa pemegang kewenangan pusat dan lokal mempunyai tanggung jawab untuk
menyediakan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang cukup untuk mencapai
tujuan pendidikan. Prinsip kelima menyatakan bahwa pendidikan harus
6
Wayne Person, Public Policy, Pengantar Teory dan Praktik Praksis Kebijakan,..., h.17.
7
Bambang Sigit, Manajemen Pendidikan’s Site-Karakter Kebijakan Pendidikan Nasional, http: www.Bambangsigityahoo.com. 20 Januari 2010.
dikelola berdasarkan otonomi pemerintah lokal karena pendidikan merupakan fungsi dari pemerintah lokal.
Amir Santoso sebagaiamana dikutip Budi Winarno, dengan membandingkan berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli
kebijakan, menyimpulkan bahwa pada dasarnya, pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua katagori.
8
Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan pemerintah.
Pandangan kedua menurut Amir Santoso berangkat dari para ahli yang memberi perhatian khusus pada pelaksanaan kebijakan para ahli dalam
katagori ini juga terbagi dalam dua kubu, yakni mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai
maksud dan tujuan tertentu serta akibat-akibat yang dapat diramalkan. Dengan kata lain menurut Amir Santoso kebijakan publik adalah
“serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut”. Sedangkan kubu kedua lebih melihat kebijakan publik dari rangkaian keputusan dan tindakan.
Dalam kebijakan pemerintah yang diambil untuk memecahkan masalah, di dalamnya terdapat juga kebijakan pendidikan di samping
kebijakan di bidang lain seperti kebijakan ekonomi, sosial, keamanan dan sebagainaya. Kebijakan pendidikan merupakan penggabungan kata
kebijakan dan pendidikan. Kebijakan merupakan rangkaian peraturan sedangkan pendidikan menunjuk pada bidangnya. Carter V.Good
sebagaimana dikutip oleh Ali Imron memberikan pengertian kebijakan pendidikan sebagai :
Suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional; pertimbangan
tersebut dijadikan dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga; pertimbangan tersebut merupakan perencanaan umum yang
dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai.
9
Dari berbagai definisi kebijakan yang diberikan oleh para ahli, perlu menyimpulkan kebijakan merupakan tindakan atau strategi yang diambl oleh
8
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik,...h. 17.
9
Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Proses, Produk dan dan Masa Depannya,... h. 18.
seseorang, kelompok atau pemerintah dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah tertentu, begitu pula dengan kebijakan pendidikan yang
diambil untuk memecahkan masalah pendidikan nasional yang ada sekarang.
b. Implementasi Kebijakan