dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas dengan metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya menerima saja apa yang
disampaikan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi pasif dan proses belajar siswa menjadi kurang bermakna.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Dwi Wahyuni 2009 dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Nested terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa” studi eksperimen di SDN Sukamulya 1 Tangerang. Jurusan pendidikan matematika fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Jakarta. Memiliki kesimpulan : Pembelajaran terpadu model nested dalam pembelajaran matematika memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar matematika kelas eksperimen sebesar 70,26 dan kelas kontrol 61,80.
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Eric Dwi Putra 2009 dengan judul “Pembelajaran Terpadu dengan menggunakan Model Nested pada Mata
Pelajaran Matematika di SDN 1 Panji Lor Situbondo”. Program strata satu Universitas Muhammadiyah Malang. Memiliki kesimpulan : Respon siswa
dan guru pada pembelajaran terpadu model nested dalam pelajaran matematika sangat baik dan terbukti efektif. Aktivitas siswa selama
pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran terpadu model nested adalah dengan rata-rata 81,02 dalam memperhatikan guru, 78,22 dalam
partisipasi, 81,46 dalam kecepatan dan kreativitas, 78,23 dalam menjawab pertanyaan.
E. Kerangka Berpikir
Matematika adalah dasar dari ilmu-ilmu yang berkembang saat ini. Matematika memberikan peranan yang sangat besar dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pendidikan formal, pembelajaran matematika dimulai dari tingkat Sekolah Dasar SD hingga Perguruan Tinggi. Matematika merupakan bidang
studi yang sangat penting, karena matematika sebagai ilmu dasar dalam mempelajari berbagai keahlian dan kejuruan. Dengan belajar matematika,
seseorang akan dilatih untuk berpikir jelas, tepat dan cepat. Tetapi, sampai saat ini matematika masih dikategorikan sebagai pelajaran yang sulit dan
rumit oleh sebagian besar siswa. Kesulitan siswa yang dihadapi untuk memahami matematika tidak
mereka jadikan sebuah tantangan, melainkan menjadi sebuah beban dalam belajar. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing
siswa dan dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat kekhawatiran pada
prestasi belajar matematika siswa. Kebanyakan guru dalam mengajar matematika terlau menekankan pada
penguasaan sejumlah informasikonsep belaka. Penumpukan informasikonsep pada peserta didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat
sama sekali jika hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada peserta didik melalui satu arah. Kenyataan di lapangan peserta didik hanya menghafal
konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang
dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan peserta didik kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam
memecahan masalah matematika. Model pembelajaran yang digunakan saat ini terkesan monoton, siswa
hanya diberikan rumus-rumus yang sudah ada di dalam buku, siswa hanya diminta untuk menghafal rumus-rumus tersebut tanpa mengetahui manfaat
dari penggunaan rumus tersebut. Pembaharuan yang dilakukan dapat dimulai dari model pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam mengajar di kelas. Agar siswa mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah matematika secara keseluruhan,
perlu adanya model yang mendukung.
Dalam hal ini, peneliti tertarik menggunakan pembelajaran terpadu model nested dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Peneliti tertarik
menggunakan pembelajaran ini, karena melalui pembelajaran terpadu model nested guru dapat memadukan berbagai keterampilan belajar yang ingin
dilatihkan kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran. Sesuai dengan karakeristik mata pelajaran, dalam
matematika dipadukan keterampilan berpikir thinking skill dan keterampilan mengorganisir organizing skill. Dengan memadukan keterampilan berpikir
thinking skill dan keterampilan mengorganisir organizing skill, diharapkan siswa dapat menyelesaikan berbagai masalah matematika, baik masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun masalah matematika non rutin.
F. Pengajuan Hipotesis