127 Seluruh data dari hasil analisis pengamatan pelaksanaan proses
pembelajaran di seluruh kelas I dan kelas IV tersebut telah terlampir dalam lampiran
3. Proses Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,
menggunakan pendekatan penilaian otentik authentic assesment yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Dari data
yang didapatkan oleh peneliti melalui wawancara dengan seluruh guru kelas I dan kelas IV mengenai kapan guru melakukan penilaian, akan peneliti
sampaikan melalui deskripsi berikut, Su: “Pada saat proses pembelajaran dan setelah akhir pembelajaran.”
Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Pada waktu proses pembelajaran dan akhir pembelajaran. Waktu
proses tadi, ‘kan, saya mengamati anak-anak, bagaimana sikapnya, saya peringatkan selalu harus tertib, kemudian pada
saat siswa melakukan kegiatan itu saya juga harus sudah punya instrumen untuk saya centangi untuk penilaian, tapi, ya, itu tadi,
terlambat juga, karena banyak instrumen yang harus saya buat
jadi saya kewalahan dalam membuat instrumennya.” Rabu, 9 Oktober 2013
Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Dari berbagai jawaban guru di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada setiap melaksanakan proses pembelajaran, guru juga melaksanakan proses penilaian. Penilaian yang dilakukan guru menggunakan
penilaian proses, sehingga setiap tingkah laku maupun peran aktif peserta didik akan mendapatkan nilai dari guru. Salah seorang guru mengatakan
bahwa, dalam satu minggu terdapat 6 kali penilaian proses, dan 4 kali
128 penilaian hasil, sehingga dalam waktu satu minggu guru telah melakukan
penilaian setidaknya sebanyak 10 kali. Meskipun sebagian besar guru mengakui, masih merasa kesulitan dalam melakukan penilaian, terutama
untuk penilaian proses, di mana guru harus melakukan proses pembelajaran ditambah melakukan penilaian juga, hal ini dirasakan sangat merepotkan oleh
sebagian besar guru. Untuk model penilaian yang digunakan oleh guru dalam proses
penilaian pembelajaran, peneliti mendapati berbagai pernyataan dari guru sebagai berikut,
Su: “Modelnya tergantung materinya, terkadang tes, terkadang diskusi, ada pemberian tugas, ada tes tertulis, mungkin yang harus
maju ke depan, misalnya bercerita.” Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Penilaian itu untuk unjuk kerja, seperti tadi. Terus ada tes lisan,
tes tulis di akhir pelajaran. Misalkan untuk matematika, ‘kan, bisa
tes tulis, tes lisan ditanyakan, terus unjuk kerja. Mungkin ada observasi juga melihat bagaimana anak-anak, mengamati
bagaimana sikapnya, begitu.” Rabu, 9 Oktober 2013 Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir
Dari berbagai pernyataan guru di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model penilaian yang pasti dilakukan oleh setiap masing-masing guru
adalah menggunakan model penilaian otentik, karena dari hasil wawancara guru, guru menyatakan bahwa untuk Kurikulum 2013, model penilaiannya
memang diharuskan menggunakan model penilaian otentik, sesuai yang tercantum dalam buku petunjuk guru. Sedangkan jenis penilaiannya, guru
menyatakan menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk
merencanakan program perbaikan remedial, pengayaan enrichment, atau
129 pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Dari hasil data wawancara dengan guru terkait
bagaimana cara guru dalam merencanakan program perbaikan remedial, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling, peneliti mendapatkan
berbagai pengakuan dari guru sebagai berikut, Su: “Belum, karena ini ‘kan, masih ragu-ragu, ‘kan, penilaiannya
termasuk sikap juga, saya kira untuk sikap, anak-anak sudah baik, tapi yang untuk pengetahuan, untuk perbaikan dan pengayaan ini
saya memang belum merencanakannya, karena untuk anak-anak sini skornya sudah tercapai jadi, ya, sudah bagus, jadi belum ada
rencana untuk program perbaikan.” Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Belum selama ini. Remidinya langsung di proses
pembelajarannya itu, misalkan tadi anak-anak menggambarnya kurang tepat, jadi langsung saya beri tahu. Kalau remidi khusus
seperti pada KTSP kemarin, saya belum melaksanakan. Sebenarnya konsepnya itu saya belum jelas, apa ada remidi atau
tidak, selama ini saya belum jelas karena masih baru.” Rabu, 9 Oktober 2013
Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Dari berbagai pengakuan guru di atas, peneliti dapat menyatakan
bahwa hampir seluruh guru mengatakan belum merencanakan program perbaikan remedial, pengayaan enrichment, atau pelayanan konseling
dengan berbagai alasannya masing-masing. Namun dari berbagai alasan yang disebutkan oleh setiap masing-masing guru tersebut, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa selama proses pelaksanaan uji coba implementasi Kurikulum 2013 ini, guru masih belum mendapatkan kepastian mengenai
adanya program perbaikan dan pengayaan dari pusat. Namun kebanyakan guru berpendapat bahwa proses perbaikan tersebut dilakukan pada saat
130 selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan
pengulangan penjelasan sampai peserta didik menjadi lebih paham terkait materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Dari hasil wawancara dengan guru tentang alat apa saja yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses evaluasi pembelajaran, peneliti mendapatkan
berbagai data sebagaimana berikut ini, Su: “Pakai lembaran-lembaran observasi, unjuk kerja dan hasil karya
siswa juga ada, tes tertulis juga ada.” Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Alatnya, ya, berupa instrumen penilaian yang ada rubrik-rubrik
penilaiannya itu. Misalnya, anak aktif atau anak dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan benar, nilainya berapa.
Terus misalnya, anak belum percaya diri, dalam membaca puisi dia kalimatnya belum jelas diucapkan, seperti itu rubrik-
r
ubriknya yang berupa instrumen penilaian yang dicentangi.” Rabu, 9 Oktober 2013
Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Dari berbagai data hasil wawancara guru di atas, peneliti dapat
menyatakan bahwa seluruh guru sepakat menjawab bahwa alat evaluasi yang mereka gunakan adalah menggunakan lembar-lembar penilaian yang dapat
berupa lembar observasi dengan checklist, ataupun dengan menggunakan rubrik penilaian yang sesuai dengan buku petunjuk guru.
4. Proses Pengawasan Pembelajaran