65 3 Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat
Kompetensi mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi lain dalam skala internasional.
D. Hambatan Pelaksanaan Uji Coba Implementasi Kurikulum 2013
Uji coba implementasi Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada 15 Juli 2013, diprioritaskan bagi sekolah eks RSBI dan berakreditasi A yaitu total
sebanyak 6.325 sekolah. Sementara jumlah guru yang akan melaksanakan Kurikulum 2013 tersebut total sebanyak 55.762 guru dan peserta didik sebanyak
1.570.337 peserta didik. Sebelumnya, pemerintah telah menyampaikan strategi implementasi kurikulum baru tersebut melalui Dokumen Kurikulum 2013 yang
dapat di unduh draftnya dari situs http:kurikulumkemendikbud.go.id, namun dalam penerapannya di lapangan masih ditemui berbagai masalah.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan miring terkait Kurikulum 2013 yang disampaikan melalui berbagai media yang bahkan sudah
marak sebelum draf kurikulum baru tersebut disetujui oleh pemerintah. Permasalahan yang paling menjadi sorotan masyarakat selama ini adalah
permasalahan terkait kesiapan guru dalam implementasi kurikulum baru. Hal ini sebenarnya sangat wajar, mengingat guru diakui sebagai ujung tombak dari
implementasi Kurikulum 2013 yang pertama kali paling merasakan dampak langsung dari berlakunya kurikulum baru tersebut.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia FSGI, Retno Lisyarti, bahkan mengajukan somasi untuk mendesak pemerintah untuk menunda pelaksanaan
Kurikulum 2013. Pasalnya, persiapan yang digelar pemerintah bagi guru-guru untuk menghadapi Kurikulum 2013 lewat pelatihan, tidak berlangsung baik. Hal
66 itu diketahui dari laporan para guru yang mengikuti pelatihan tersebut, mulai di
tingkat pusat sampai daerah. Buruknya pelatihan itu dapat dilihat dari metode penyampaiannya yang satu arah sehingga tidak partisipatif. Padahal, selama ini
Retno melihat Kemendikbud selalu gembar-gembor bahwa metode pelatihan itu partisipatif dan demokratis.
Materi yang diberikan dalam pelatihan itu menurut Retno hanya memaparkan konsep dan rasionalisasi Kurikulum 2013 dan para pematerinya
pun terlihat kurang menguasai masalah. Padahal, hal penting yang perlu disampaikan dalam pelatihan itu adalah analisis materi yang bakal diajarkan
nanti di kelas-kelas, rancangan pembelajaran dan praktik. Walau meminta pelaksanaan kurikulum ditunda, Retno mengatakan bukan berarti serikat guru
menolak perubahan dunia pendidikan. Malah, ia menegaskan perubahan itu perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun tidak dapat
diwujudkan hanya dengan membuat kurikulum baru. Selain itu, Retno menyoroti metode pendampingan terhadap guru-guru
yang dilatih. Para pendamping itu harusnya kepala sekolah atau petugas pengawas dari dinas pendidikan. Namun karena para pendamping itu banyak
yang tidak bisa hadir dalam pelatihan maka diganti staf kurikulum. Sayangnya, staf kurikulum itu dianggap tidak mengerti tugasnya ketika melakukan
pendampingan. Ketidaksiapan itu menurut Retno juga terjadi di tingkat sekolah. Ia
menilai banyak sekolah yang belum mengetahui desain induk kurikulum. Hal itu membuktikan bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah selama ini minim.
67 Parahnya, walau tidak paham Kurikulum 2013, banyak sekolah yang
memaksakan diri untuk melaksanakannya. Mengingat anggaran yang ada untuk menjalani Kurikulum 2013 itu dari pemerintah pusat belum siap, Retno melihat
sekolah negeri akan menalanginya lewat APBD. Sedangkan sekolah swasta membebankan biaya yang diperlukan sekolah kepada muridnya.
Melihat persiapan yang minim itu dan pada Senin, 15 Juli 2013 anak murid mulai masuk sekolah, Retno memperkirakan sekolah belum menyiapkan
jadwal belajar untuk peserta didiknya. Untuk sekolah tingkat SMP, jadwal belajar yang akan digunakan menurut Retno merujuk pada tahun ajaran yang
lalu. Kebingungan serupa juga tampak pada sekolah tingkat SMA. Terutama terkait dengan amanat Kurikulum 2013 tentang peminatan yang diasumsikan
berbeda dengan penjurusan. Peminatan itu tak ayal membuat guru dan kepala sekolah BK kebingungan. Apakah peminatan itu berarti mengelompokan peserta
didik sesuai minatnya dengan mengacu nilai semasa SMP atau dites lagi. Selain itu Retno melihat pada Kurikulum 2013, metode penilaian pada
rapor peserta didik bukan lagi menggunakan angka, tapi penilaian. Sayangnya, penilaian rapor itu tidak dijabarkan secara jelas sehingga membingungkan para
guru di sekolah. Untuk mengupayakan agar persoalan tersebut tuntas, Retno mendesak agar Komisi X DPR turun langsung ke sekolah-sekolah untuk
mengetahui carut-marutnya persiapan menjalani Kurikulum 2013. Oleh karenanya, sangat layak jika pelaksanaan kurikulum itu ditunda. Baginya,
pelaksanaan kurikulum dapat berjalan lancar jika para guru menjalani pelatihan yang baik. Ironisnya, hal itu tidak terjadi.
68 Pada kesempatan yang sama Sekjen Federasi Guru Independen Indonesia
FGII, Iwan Hermawan, mengatakan rencana pemerintah mengganti kurikulum 2006 dengan 2013 menimbulkan keresahan di kalangan pendidik. Misalnya,
ketidakpastian berapa jumlah mata pelajaran yang harus disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Awalnya, Iwan mendapat kabar hanya tiga mata pelajaran.
Namun, informasi terakhir yang ia dapat dari tim pelaksana kurikulum, semua mata pelajaran dijalankan sesuai Kurikulum 2013.
Padahal, tidak sedikit sekolah yang sudah mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan tiga mata pelajaran. Dalam persiapan itu, sekolah
memberhentikan para guru yang tidak mengajar pada tiga mata pelajaran itu, kemudian menyesuaikannya dengan jadwal belajar. Mengingat instruksi terbaru
dari pihak berwenang adalah semua mata pelajaran berlaku untuk disesuaikan dengan Kurikulum 2013, maka sekolah saat ini kerepotan untuk menyesuaikan
jadwal belajar dan SDM guru. Secara umum, Iwan mengatakan isi materi yang ada dalam Kurikulum
2013 tidak berbeda dengan sebelumnya. Pembedanya hanya bagaimana cara penyampaiannya kepada murid. Pasalnya, dalam Kurikulum 2013 menekankan
agar penyampaian dilakukan secara ilmiah dan kritis. Menurutnya, untuk mengubah cara pengajaran itu tidak dapat dilakukan dengan pelatihan yang
singkat sebagaimana telah digelar pemerintah. Seperti yang dijelaskan Retno, Iwan melihat banyak sekolah yang tidak
ditunjuk untuk menjalankan Kurikulum 2013 tapi memaksakan diri untuk ikut melaksanakannya. Menurutnya, hal itu terjadi karena pemerintah melakukan
69 diskriminasi. Pasalnya, bermacam sekolah yang ditunjuk untuk menjalankan
Kurikulum 2013 mendapat bantuan anggaran. Sedangkan sekolah lain yang tidak ditunjuk, tidak mendapat anggaran. Oleh karena itu, sekarang banyak
sekolah yang latah ingin menggunakan Kurikulum 2013. Padahal secara riil mereka kebingungan bagaimana menjalankannya.
Direktur LBH Jakarta, Febi Yonesta, mengatakan penerbitan Kurikulum 2013 cacat hukum, baik secara formal prosedural ataupun substansi. Misalnya,
sebelum regulasi yang menjadi dasar pembentukan kurikulum itu terbit, kurikulum itu sudah terlebih dulu dibentuk. Seharusnya, kurikulum itu baru
dibentuk setelah peraturan induknya keluar. Kemudian, pembentukan Kurikulum 2013 tidak melibatkan pemangku kepentingan, seperti guru. Alhasil,
ketika kurikulum itu digulirkan, para guru kebingungan dan keberatan Pikiran Rakyat, 11 Juli 2013.
Menanggapi berbagai isu negatif terkait pelaksanaan Kurikulum 2013 tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Mohammad Nuh
mengajak semua kalangan yang tetap menolak kurikulum baru 2013 termasuk Federasi Serikat Guru Indonesia FSGI yang mengajukan somasi agar tidak
membuang energi. Mendikbud mengajak FSGI untuk berkontribusi dengan ikut memberi pelatihan bagi peningkatan kualitas guru, sehingga kualitas guru bisa
lebih baik. Meskipun dia mengakui, memang masih ada banyak orang yang tidak percaya dan menolak kurikulum, namun menurutnya semua itu adalah bagian
dari dinamika politik. Tetapi, kalau menolak karena belum siap, tidak ada
70 masalah. Sebab, faktanya ada ribuan sekolah yang justru mau menerapkan
kurikulum baru secara mandiri. Lebih lanjut, menurut Mendikbud, ada tiga kategori kesiapan penerapan
kurikulum baru tersebut. Pertama, sekolahnya siap, gurunya siap, dan buku-buku pelajaran tersedia. Ketiga unsur tersebut, sudah terpenuhi, karena para guru
sudah siap, dengan buku edisi cetakan pertama sudah selesai telah terdistribusi sampai ke sekolah-sekolah. Hingga Minggu 14 Juli 2013 dilaporkan 80 persen
buku-buku sudah sampai ke sekolah sasaran. Apalagi buku pelajaran tersebut, baru akan dipakai dua atau tiga hari setelah masuk sekolah , sehingga masih ada
waktu guru untuk mempersiapkannya. Sebab, bahan pelajaran itu juga bukan hal baru bagi guru yang selama ini sudah mengajar, apalagi mereka yang sudah ikut
pelatihan Suara Pembaruan, 15 Juli 2013.
E. Kerangka Berpikir