130 selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan
pengulangan penjelasan sampai peserta didik menjadi lebih paham terkait materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Dari hasil wawancara dengan guru tentang alat apa saja yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses evaluasi pembelajaran, peneliti mendapatkan
berbagai data sebagaimana berikut ini, Su: “Pakai lembaran-lembaran observasi, unjuk kerja dan hasil karya
siswa juga ada, tes tertulis juga ada.” Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Alatnya, ya, berupa instrumen penilaian yang ada rubrik-rubrik
penilaiannya itu. Misalnya, anak aktif atau anak dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan benar, nilainya berapa.
Terus misalnya, anak belum percaya diri, dalam membaca puisi dia kalimatnya belum jelas diucapkan, seperti itu rubrik-
r
ubriknya yang berupa instrumen penilaian yang dicentangi.” Rabu, 9 Oktober 2013
Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Dari berbagai data hasil wawancara guru di atas, peneliti dapat
menyatakan bahwa seluruh guru sepakat menjawab bahwa alat evaluasi yang mereka gunakan adalah menggunakan lembar-lembar penilaian yang dapat
berupa lembar observasi dengan checklist, ataupun dengan menggunakan rubrik penilaian yang sesuai dengan buku petunjuk guru.
4. Proses Pengawasan Pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, pengawasan proses
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi,
131 pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. Pengawasan
proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas. Pada saat peneliti melakukan proses penelitian di Sekolah Dasar
Negeri Bantul Timur, peneliti mendapati posisi jabatan kepala sekolah sedang kosong, berdasarkan dari pengakuan salah satu guru yang menyatakan bahwa
kepala sekolah yang sebelumnya menjabat sedang vakum, dan sampai pada saat peneliti melakukan penelitian, peneliti hanya mendapati adanya seorang
Pejabat Pelaksana Tugas PLT yang untuk sementara ini menggantikan tugas sebagai kepala sekolah Sekolah Dasar Negeri Bantul Timur.
Peneliti sebelumnya bermaksud untuk menjadikan kepala sekolah sebagai subjek penelitian untuk peneliti wawancarai sebagai sumber data
pokok dalam proses pengawasan pembelajaran dalam pelaksanaan uji coba implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah dasar Negeri Bantul Timur, namun
karena adanya halangan tersebut, peneliti memutuskan untuk mengambil data melalui wawancara dengan guru meskipun dengan risiko mendapatkan data
yang kurang relevan, dikarenakan guru bukan sebagai pelaku atau subjek dalam proses pengawasan pembelajaran dalam pelaksanaan uji coba
implementasi Kurikulum 2013, namun guru lebih merupakan objek pengawasannya.
Dalam data hasil wawancara dengan seluruh guru kelas I dan kelas IV terkait apakah setiap masing-masing guru selalu di supervise oleh kepala
sekolah dan pejabat lain selama melaksanakan proses pembelajaran dalam
132 pelaksanaan uji coba implementasi Kurikulum 2013, didapatkan berbagai
jawaban sebagai berikut, Su: “Ya, dari pengawas, kemarin monitoring dari LPMP sudah, dari
pusat kurikulum, puskur, juga sudah selama 3 hari. Kalau kepala sekolahnya belum, karena sekolah belum mempunyai kepala
sekolah tetap.” Rabu, 2 Oktober 2013 Es: “Ya, diberi pendampingan untuk berjalannya kurikulum ini, dari
guru inti, kepala sekolah, dan pengawas. Tapi tidak terencana, baru mau direncanakan untuk besok-besok mungkin. Jadi belum
terplaning cuman kalau ada kesulitan, baru kita konsultasi untuk pemecahan masalahnya.” Rabu, 9 Oktober 2013
Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Dari berbagai jawaban hasil wawancara guru di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa seluruh guru menyatakan sudah di supervise oleh pengawas dengan cara menunggui saat proses pembelajaran berlangsung
dalam jangkau waktu tertentu, namun ada salah satu guru yang pada saat ada jadwal supervise, pengawas tidak melakukannya, tidak ada pengawas yang
masuk ke kelasnya, padahal guru sudah menyiapkan diri untuk disupervise, sedangkan di kelas yang lain seluruh pengawas hadir di kelas, mengenai
sebab mengapa tidak ada pengawas yang datang pada saat ada jadwal supervise di kelasnya sementara di kelas lain ada, guru mengaku tidak ada
kejelasan informasi. Seluruh guru menyatakan bahwa selama proses pelaksanaan uji coba
implementasi Kurikulum 2013 ini, baru sekali ada supervise dari pengawas, tentang kejelasan kapan jadwal supervise selanjutnya diadakan, seluruh guru
menjawab belum mengetahuinya. Untuk supervise yang dilakukan oleh kepala sekolah, hanya 1 guru yang mengaku pernah mengalaminya. Untuk ke
133 lima guru yang lainnya belum sempat disupervise oleh kepala sekolah,
dikarenakan pada saat peneliti melakukan penelitian di SD N Bantul Timur, posisi jabatan kepala sekolah memang sudah kosong, hanya ada seorang PLT
yang sementara ini menggantikan posisinya, sedangkan PLT tersebut, saat ini masih menjabat sebagai kepala sekolah di SD lain, sehingga tidak dapat
melaksanakan sebagai kepala sekolah SD N Bantul Timur secara penuh, termasuk melakukan supervise terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013.
5. Hambatan Pelaksanaan Uji Coba Implementasi Kurikulum 2013