Status gizi dewasa berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh IMT

30 Tabel 3.13 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan dan KabupatenKota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007 Provinsi Prevalensi obesitas umum Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan Kab.Bogor 12.4 25.6 19,1 Kab.Sukabumi 10.3 22.7 16,4 Kab.Cianjur 8.2 22.8 15,4 Kab.Bandung 13.1 33.2 24.3 Kab.Garut 10.6 20.7 16.1 Kab.Tasikmalaya 10 25.5 18,2 Kab.Ciamis 11 27.6 20 Kab.Kuningan 14.3 29.3 22,5 Kab.Cirebon 12.6 27 20,5 Kab.Majalengka 14.1 28.7 22 Kab.Sumedang 10.9 28.1 20 Kab.Indramayu 12.2 35.5 23,9 Kab.Subang 10.5 28.7 19,9 Kab.Purwakarta 13.8 33.6 23,5 Kab.Karawang 13.6 29.2 21,2 Kab.Bekasi 20.1 32.4 26,6 Kota Bogor 18.8 31.7 25,8 Kota Sukabumi 22.3 35.3 29,1 Kota Bandung 18.5 33.3 25,9 Kota Cirebon 19 30.5 25,6 Kota Bekasi 24.4 32.6 28,5 Kota Depok 20.8 35.8 29,5 Kota Cimahi 19.3 29.9 24,8 Kota Tasikmalaya 18.2 31.2 25 Kota Banjar 15.9 30.1 23,7 JAWA BARAT 14.3 29 22 31 Tabel 3.14 Persentase Status Gizi Dewasa 15 Tahun Ke Atas Menurut IMT dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007 Karakteristik Responden Kategori IMT Kurus Normal BB Lebih Obese Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 24,4 57,9 7,6 10,1 Tidak Tamat SD 16,4 62,1 9,0 12,6 Tamat SD 13,1 64,8 9,7 12,4 SLTP 15,6 63,9 8,3 12,2 SLTA 13,9 62,8 9,9 13,3 PT 8,7 60,7 12,9 17,7 Tempat tinggal Perkotaan 14.0 60.8 10.3 14.9 Pedesaan 15.9 65.7 8.3 10.1 Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil-1 18,3 65,0 7,5 9,2 Kuintil-2 17,1 64,2 8,1 10,6 Kuintil-3 15,4 63,6 9,3 11,8 Kuintil-4 12,8 63,8 9,6 13,8 Kuintil-5 11,7 59,6 11,8 16,9 Tabel 3.14. menyajikan hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT dengan beberapa variabel karakteristik responden. Dari tabel ini terlihat bahwa : a. Persentase obesitas umum lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan. b. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan cenderung semakin tinggi persentase obesitas umum, ini berlaku juga untuk persentase BB lebih dan obese. c. Berdasarkan tingkat pendidikan terlihat persentase obesitas umum tertinggi pada kelompok dengan pendidikan perguruan tinggi.

b. Status gizi dewasa berdasarkan indikator Lingkar Perut LP

Tabel 3.15 dan Tabel 3.16 menyajikan prevalensi obesitas sentral menurut kabupatenkota, jenis kelamin dan karakteristik lain penduduk. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki-laki dengan LP di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas 31able31n WHO Asia-Pasifik, 2005. 32 Tabel 3.15 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut KabupatenKota di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007 KabupatenKota Obesitas Sentral LP;L90, P80 Kab.Bogor 16,2 Kab.Sukabumi 13,5 Kab.Cianjur 12,3 Kab.Bandung 21,0 Kab.Garut 13,5 Kab.Tasikmalaya 16,6 Kab.Ciamis 15,4 Kab.Kuningan 18,9 Kab.Cirebon 16,9 Kab.Majalengka 19,2 Kab.Sumedang 15,5 Kab.Indramayu 21,5 Kab.Subang 18,3 Kab.Purwakarta 19,5 Kab.Karawang 20,8 Kab.Bekasi 23,2 Kota Bogor 24,6 Kota Sukabumi 25,1 Kota Bandung 22,0 Kota Cirebon 27,5 Kota Bekasi 47,1 Kota Depok 25,4 Kota Cimahi 25,0 Kota Tasikmalaya 20,0 Kota Banjar 21,0 JAWA BARAT 20,3 Catatan: LP= lingkar perut ; L =Laki-laki ; P = Perempuan Prevalensi obesitas sentral secara umum di Provinsi Jawa Barat sebesar 20,3, lebih tinggi daripada angka nasional 18,8 Bila dilihat per-KabupatenKota, maka prevalensi tertinggi di Kota Bekasi sebesar 47,1 dan terendah di Kabupaten Cianjur yaitu 12,3.