238
rhinitis 3,6 kisaran 0,2 – 7,8, tertinggi di Kota Cimahi, diikuti kota Depok dan kota
Bekasi. Hemofili seperti buta warna mempunyai prevalensi yang sama yaitu 0,6 kisaran 0,1
– 2,0, tertinggi di kabupaten Cirebon diikuti kota Sukabumi dan Kab. Karawang, tidak
terdapat di Kab. Subang. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kenapa angka prevalensi buta warna dan hemofili hampir bersamaan antara kabupatenkota yang ada
di provinsi Jawa Barat.Persentase low vision di tingkat provinsi 4,4, katarak pada penduduk usia 30 tahun keatas berdasarkan diagnosis nakes dalam 12 bulam terakhir
wawancara 1,66. Rendahnya persentase diagnosis katarak oleh nakes mungkin berhubungan dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kesehatan matanya, meskipun mereka telah mengalami gejala gangguan penglihatan. Selanjutnya seperempat penduduk Jawa Barat mengalami masalah gigi mulut gimul
dan hanya sepertiganya menerima perawatan dari tenaga medis. Hal ini juga menunjukkan masih rendahnya kesadaran untuk memeriksakan gigi ke tenaga
kesehatan. Walaupun sebagian besar penduduk Jawa Barat 95,8 sudah menggosok gigi tiap hari, tetapi masih sedikit 8,2 yang berperilaku benar dalam menyikat gigi yaitu
menyikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Persentase low vision di Jawa Barat berkisar antara 2,18 Kota Depok sampai 8,76 Kab. Kuningan, sedangkan persentase kebutaan berkisar 0,16 Kab. Subang sampai
1,45 Kab. Kuningan dan Kota Tasikmalaya. Menurut karakteristik umur, persentase low vision makin meningkat sesuai pertambahan usia dan meningkat tajam pada kisaran
usia 45 tahun keatas, sedangkan persentase kebutaan meningkat tajam pada golongan usia 55 tahun keatas.Persentase low vision dan kebutaan pada perempuan cenderung
lebih tinggi dibanding laki-laki
4.5. Perilaku.
Penduduk Jawa Barat berusia diatas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok, sebagian besar merokok setiap hari pertama kali pada usia 15
– 19 tahun. Namun yang perlu menjadi perhatian adanya anak usia dini 10-14 tahun yang sudah mulai
merokok. Ironisnya pada responden dengan usia dini remaja dini telah mulai merokok pertama kali setiap hari pada usia 10 hingga 14 tahun artinya sebagian besar perokok
remaja dini tersebut mengenal rokok dan langsung merokok setiap hari, kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga sangat diperlukan adanya penyuluhan bahaya
merokok sedini mungkin sejak mereka dibangku SD. Persentase perokok di Jawa Barat 26,7 lebih tinggi dibandingkan dengan persentase perokok secara nasional 23,7.
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Ciamis merupakan kabupatenkota dengan persentase perokok tertinggi di Jawa Barat. Sepertiga 32,6
penduduk umur ≥10 tahun termasuk perokok saat ini, dan menghisap rerata 8 batang per hari. Prevalensi perokok
tertinggi adalah di Kabupaten Cianjur 39,2. Umumnya 81,5 perokok biasa merokok di dalam rumah. Berdasarkan umur responden proporsi penduduk yang mengkonsumsi
minuman beralkohol sebagian bersar berusia 15 hinga 24 tahun 5,0, dan 2,7 diantaranya masih mengkonsumsi minuman hingga 1 bulan terakhir. Perilaku yang
cukup menarik dalam riskesdas di Jawa Barat, bahwa hampir semua 97 penduduk 10 tahun keatas kurang makan buah dan sayur dan terdapat merata di semua daerah. Satu
dari tiga 29,7 penduduk 10 tahun di Jawa Barat tidak aktif melakukan kegiatan fisik, Kota Cirebon dengan prevalensi kurang aktifitas fisik tertinggi yaitu separuh 50,1 dan
Kabupaten Kuningan dengan kurang aktifitas fisik tertinggi 15,7. Sebanyak 71,6 penduduk umur 10 tahun di Jawa Barat pernah mendengar tentang flu burung, yang
berpengetahuan benar tentang flu burung 54,9 bersikap benar tentang flu burung proporsi 60,1. Proporsi penduduk 10 tahun di Jawa Barat yang pernah mendengar
tentang HIVAIDS sebesar 45,1, berpengetahuan benar tentang penularan HIVAIDS
239
sebesar 34,9, dan berpengetahuan benar tentang pencegahan HIVAIDS sebesar 21,6. Di Provinsi Jawa Barat pencapaian keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat masih
rendah 38,4 yang seharusnya bisa mencapai 65 target 2010. Namun bila dilihat pencapaian per-kabupaten nampak di Kabupaten Sumedang sudah dapat mencapai
target nasional tersebut. Secara umum, pencapaian keluarga bersih dan sehat pada keluarga yang tinggal di perkotaan lebih baik 45,1 dibandingkan dengan di pedesaan
31,1. Sebagian besar penduduk Jawa Barat berperilaku benar dalam hal Buang Air Besar BAB yaitu sebesar 77,5 dan yang berperilaku benar cuci tangan dengan sabun
sebesar 40,7.
Riskesdas mengumpulkan data tentang makanan berisiko yang dikonsumsi oleh penduduk Jawa Barat usia 10 tahun. Enam dari sepuluh penduduk 58,8 usia 10
tahun sering mengonsumsi makanan manis, tertinggi ditemukan di Kabupaten Kuningan 81,8 dan terendah di Kota Banjar 28,6. Sedangkan prevalensi sering
mengonsumsi makanan asin secara keseluruhan di Provinsi Jawa Barat ditemukan pada separuh penduduk 54,9, tertinggi di Kabupaten Kuningan 94,1 dan
terendah di Kota Banjar 24,2. Secara umum terdapat 2 dari 10 23,6 penduduk di Jawa Barat sering mengonsumsi makanan berlemak, tertinggi di Kabupaten Subang
91,8 dan terendah di Kota Banjar 3,5. Penduduk Jawa Barat jarang mengkonsumsi jeroan dan makanan dipanggang. Satu dari 10 11,6 penduduk di
Jawa Barat sering mengkonsumsi makanan diawetkan, terbanyak di Subang 67,4. Minuman berkafein sering dikonsumsi oleh 3 dari 10 29,5 penduduk Jawa Barat,
tertinggi di Karawang 44,5 dan terendah di Kabupaten Cirebon 18,1. Penyedap sering dikonsumsi oleh 9 dari 10 89,3 penduduk secara keseluruhan, tertinggi di
Subang 98 dan terendah Kota Bekasi 82,2.
4.6. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Secara umum hampir separuh wilayah Jawa Barat mempunyai kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Terdapat 13 wilayah yang mempunyai
persentase 50 pada klasifikasi jarak Yankes 1km, dan 14 kabkota mempunyai persentase 70 katagori jarak yankes kurang dari 15 menit. Umumnya jarak dan waktu
tempuh ke fasilitas kesehatan di perkotaan lebih dekat dan lebih pendek waktu tempuhnya dibandingkan dengan pedesaan. Pada umumnya jarak rumah ke UKBM di
Jawa Barat 1 km dengan waktu tempuh 15 menit. Dalam 3 bulan terakhir wawancara, hanya 28,4 yang memanfaatkan UKBM, sebagian besar 65,7 karena tidak
membutuhkan. Wilayah kabupaten seperti Tasikmalaya, Ciamis dan Majalengka, untuk daerah perkotaan seperti kota Bogor, Bandung, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, dan
Banjar. Daerah-daerah tersebut angka tidak membutuhkan cukup tinggi diatas 70Persentase yang memanfaatkan UKBM di pedesaan 29,2 hampir sama dengan di
perkotaan 27,7. Jenis pelayanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumahtangga adalah penimbangan 89, imunisasi 56 disusul PMT dan suplemen gizi 52,2 dan
51,3. Penduduk yang melakukan pengobatan rawat jalan dan rawat inap sebagian dari ASKESJamsostek 15,8 dan 15,1, dan sebagian ada yang menggunakan
AskeskinSKTM 5,7 dan 10,2.
4.7. Kesehatan lingkungan.
Separuh 50,2 rumah tangga di Jawa Barat menggunakan 50 literoranghari. Proporsi tertinggi rumah tangga dengan penggunaan air bersih 20 literoranghari
adalah di Kota Depok 73 disusul Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur 70,3 dan 69,9. Menurut jenis sumber air terbanyak mengandalkan sumur baik berupa pompa
29,2, sumur terlindungi 28.1 maupun tidak terlindungi 8.6. Pelayanan pemerintah ataupun lembaga lainnya terhadap penyediaan air bersih melalui leding baik eceran