19
Tabel 3.3. Persentase Balita menurut Status Gizi BBU dan KabupatenKota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Kategori status gizi BBU KabupatenKota
Gizi buruk Gizi kurang
Gizi baik Gizi lebih
Kab.Bogor 3,4
12,5 80,9
3,2 Kab.Sukabumi
3,4 10,2
83,3 3,1
Kab.Cianjur 4,9
9,9 82,6
2,6 Kab.Bandung
3,4 12,3
82,5 1,9
Kab.Garut 5,7
10,5 79,4
4,5 Kab.Tasikmalaya
4,1 12,1
81,5 2,2
Kab.Ciamis 3,3
12,3 81,4
3,0 Kab.Kuningan
2,4 10,3
84,5 2,8
Kab.Cirebon 4,6
17,6 75,6
2,2 Kab.Majalengka
4,2 15,6
76,0 4,2
Kab.Sumedang 2,2
10,5 84,3
3,1 Kab.Indramayu
4,8 14,0
78,2 3,0
Kab.Subang 5,1
11,0 80,9
3,0 Kab.Purwakarta
3,6 8,5
85,0 2,9
Kab.Karawang 1,7
7,7 83,6
7,0 Kab.Bekasi
5,0 9,2
81,8 4,0
Kota Bogor 1,9
11,5 85,1
1,5 Kota Sukabumi
2,7 8,3
88,4 0,5
Kota Bandung 2,3
8,3 85,1
4,3 Kota Cirebon
4,3 14,3
78,9 2,5
Kota Bekasi 2,4
10,2 80,9
6,5 Kota Depok
2,8 9,5
81,0 6,7
Kota Cimahi 1,6
10,4 84,8
3,2 Kota Tasikmalaya
3,3 14,0
79,8 2,9
Kota Banjar 2,8
15,0 81,5
0,7 JAWA BARAT
3,7 11,3
81,5 3,5
BBU= Berat Badan menurut Umur
b. Status gizi balita berdasarkan indikator TBU
Indikator TBU menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang
tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik. Status pendek dan sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung
menjadi satu kategori dan disebut masalah pendek.
20
Tabel 3.4 Sebaran Balita menurut Status Gizi TBU dan KabupatenKota
di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2007
Kategori status gizi TBU KabupatenKota
Sangat pendek Pendek
Normal
Kab.Bogor 14,8
16,9 68,3
Kab.Sukabumi 17,7
22,1 60,2
Kab.Cianjur 24,0
21,1 54,9
Kab.Bandung 19,1
25,9 55,0
Kab.Garut 22,8
19,0 58,2
Kab.Tasikmalaya 17,8
25,6 56,6
Kab.Ciamis 14,4
19,0 66,6
Kab.Kuningan 11,8
23,2 65,0
Kab.Cirebon 13,9
20,2 65,9
Kab.Majalengka 20,2
22,2 57,6
Kab.Sumedang 15,5
17,5 67,0
Kab.Indramayu 15,7
19,8 64,6
Kab.Subang 18,3
22,5 59,2
Kab.Purwakarta 12,0
18,7 69,3
Kab.Karawang 16,2
18,2 65,5
Kab.Bekasi 11,7
16,1 72,2
Kota Bogor 9,4
18,9 71,6
Kota Sukabumi 7,3
25,2 67,5
Kota Bandung 13,5
15,8 70,7
Kota Cirebon 16,2
18,8 64,9
Kota Bekasi 9,0
12,5 78,5
Kota Depok 8,8
20,2 71,0
Kota Cimahi 11,9
21,2 66,9
Kota Tasikmalaya 22,5
20,2 57,3
Kota Banjar 8,8
23,6 67,6
JAWA BARAT 15,7
19,7 64,6
TBU= Tinggi Badan menurut Umur
Prevalensi balita ―sangat pendek + pendek‖ di propinsi Jawa Barat adalah 35,4. Angka tersebut sudah berada di bawah angka nasional 36,8. Dari 25 kabupatenkota ada 8
kabupatenkota yang mempunyai prevalensi balita pendek + sangat pendek di atas angka nasional, yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, dan kota Tasikmalaya. Secara umum masalah balita pendek + sangat pendek di Provinsi Jawa Barat
masih cukup tinggi. Semua kabupatenkota memiliki prevalensi balita pendek + sangat pendek di atas 20.
c. Status gizi balita berdasarkan indikator BBTB Indikator BBTB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun
sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus.