Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kesehatan lingkungan.
240
maupun meteran masih rendah yaitu 9,7 dan 3,0, tertinggi di Kota Cirebon disusul Kota Bogor. Penggunaan air kemasan sebanyak 7,0, tertinggi di Kota dan Kabupaten Bekasi
serta Kota Cimahi. Secara umum 44,2 penduduk Jawa Barat kurang akses terhadap air bersih dan 45,8 kurang akses terhadap sanitasi. Sebagian besar rumah tangga di Jawa
Barat mempunyai akses terhadap air bersih cukup baik, 29,3 rumah tangga menggunakan air bersih diatas 100 liter oranghari, Kabupaten Subang merupakan
kabupatenkota dengan proporsi konsumsi air bersih 100 liter per-oranghari yang paling tinggi 77,5. Namun masih ada keluarga di Jawa Barat yang mengkonsumsi air
bersih 5 liter per-oranghari yaitu: Kota Depok 8,4 dan Kabupaten Ciamis 8,2. Sebaran rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan sanitasi dan
KabupatenKota secara keseluruhan di provinsi Jawa Barat tidak jauh berbeda. Hanya pada akses terhadap air bersih terdapat perbedaan, di Jawa Barat katagori akses
diatas rerata nasional sementara katagori kurang akses dibawah rerata nasional 65,0. Ditinjau dari data KabupatenKota, maka katagori kurang akses terhadap air bersih
Sebaran tertinggi di Kota Depok 99.7 Sementara wilayah yang tertinggi sebaran kurang akses terhadap sanitasi adalah Kabupaten Tasikmalaya 70,7. Sebaran akses
terhadap air bersih tergolong kurang di perkotaan 39,8 lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan 49,1
241
DAFTAR PUSTAKA 1. ------------------
Faktor Resiko
Terjadinya Hipertensi.
http:www.klinik pria.comdatatopik hipertensi.htm. 2005
2. ------------------- Hipertensi.
http:www.medicastore.compenyakithiperten.htm. 9202002
3. Abas B. Jahari, Sandjaja, Herman Sudiman, Soekirman, Idrus Jusat, Fasli Jalal, Dini Latief, Atmarita. Status gizi balita di Indonesia sebelum dan selama krisis Analisis
data antropometri Susenas 1989 - 1999. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret 2000.
4. AMA American Medical Association, 2001, Depression Linked With Increased Risk of
Heart Failure
Among Elderly
With Hypertension,
http:www.medem.comMedLBarticle_ID=ZZZUKQQ9EPCsub_cat=73 8242002. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I.
Laporan SKRT 2001: Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Kesehatan Ibu dan Anak.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan Data Susenas 2001: Status Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Perilaku
Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Tahun 2002 10. Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003. ORC Macro 2002-2003. 11. Balitbangkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based
Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable Diseases in Depok Indonesia, 2006.
12. Basuki, B Setianto, B. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension : A Rural Indonesia Study. 2000.
13. Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And Health
– A Common Framework For Describing Health States. p.344-348, 2000 14. Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO
STEP wise approach. Summary.Geneva World Health Organization, 2001 15. Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to
Surveillance STEPS of NCD Risk Faktors, Geneva: World Health Organization 16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R. Surveillance
Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to Surveillance STEPS of NCD Risk Factors. Geneva: World Health Organization,
2002.
17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang menjalani pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK
UNPADRSHS ― . Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI, 2002.
242
18. CDC Growth Charts for the United State : Methods and Development. Vital and Health Statistics. Department of Health and Human Services. Series 11, Number
246, May 2002 19. CDC. State
– Specific Trend in Self Report 3d Blood Pressure Screening and High Blood Pressure
– United States, 1991 – 1999. 2002. MMWR, 51 21 : 456. 20. CDC. State-Specific Mortality from Stroke and Distribution of Place of Death United
States, 2002. MMWR, 51 20, : 429 . 21. Darmojo, B. Mengamati Penelitian Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.
Disampaikan pada seminar hypertensi PERKI , 2000. 22. Departemen Kesehatan R.I, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI 23. Departemen Kesehatan R.I, 2003, Pemantauan Pertumbuhan Balita, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI 24. Departemen Kesehatan R.I. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman
Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan KabupatenKota Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan.
25. Departemen Kesehatan R.I. Panduan Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu. Tahun 2002
26. Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Panduan Manajemen PHBS Menuju KabupatenKota Sehat. Tahun 2002
27.
Departemen Kesehatan RI. SKRT 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 1997
28. Departemen Kesehatan, Direktorat Epim-Kesma. Program Imunisasi di Indonesia, Bagian I, Jakarta, Depkes, 2003.
29. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta. 2001.
30. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta 2004.
31. Djaja, S. et al. Statistik Penyakit Penyebab Kematian, SKRT 1995 32.
George Alberty. Non Communicable Disease. Tomorrow‘s pandemic. Bulletin WHO 2001; 7910: 907.
33. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu community health centre in Indonesia. 1995
34. Hashimoto K, Ikewaki K, Yagi H, Nagasawa H, Imamoto S, Shibata T, Mochizuki S. Glucose
Intolerance is
Common in
Japanese Patients
With Acute
CoronarySyndrome Who Were Not Previously Diagnosed With Diabetes. Diabetes Care 28: 1182 -1186, 2005.
35. International Classification Of Functioning, Disability And Health ICF.World Health Organization, Geneva, 2001
36. Jadoon, Mohammad Z,, Dineen B,, Bourne R,R,A,, Shah S,P,, Khan, Mohammad A,, Johnson G,J,, et al, Prevalence of Blindness and Visual Impairment in Pakistan: The
Pakistan National Blindness and Visual Impairment Survey, Investigative Ophthalmology and Visual Science, 2006;47:4749-55,
37. Janet. AS. Diet Obesitas dan hipertensi. http:www.surya.co.id 31072002 10a.phtml. 2002
243
38. Kaplan NM. Clinical Hipertension, 8
th
Ed. Lippincott :Williams Wilkins 2002. 39. Kaplan NM. Primary Hypertention Phatogenesis In : Clinical Hypertention, 7
th
Ed. Baltimore : Williams and Wilkins Inc. 1998 : 41-132
40. Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradono J dan Soemantri S, 2002. Status Kesehatan
Mulut dan Gigi di Indonesia. Analisis Data . Survei Kesehatan Rumah Tangga 41. Kristanti CM, Suhardi, dan Soemantri S, 1997. Status Kesehatan Mulut dan Gigi di
Indonesia. Seri Survei Kesehatan Rumah Tangga.