Perubahan Mindset URAIAN MATERI

41 Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program pp.322013 :pasal 1 ayat 13. Sedangkan Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran PP.322013 : pasal 1 ayat 14.

3. Perubahan Mindset

Perubahan apapun di bidang apapun termasuk bidang pendidikan tidak akan bermakna apa-apa, ketika para pelaku pendidikan tidak mengubah mindset. Mindset atau pola pikir adalah asumsi, cara, atau notasi seseorang atau kelompok orang dalam menghargai atau menerima sesuatu hal sehingga dengan rela mengadopsinya atau menerimanya sebagai sesuatu pilihan. Fenomena ini kadang-kadang disebut juga sebagai proses mental, pola pikir umum atau paradigma sehingga menjadi dasar pengambilan keputusan Wikipedia. Inti dari fenomena ini ialah dapat menerima sesuatu sebagai sebuah pilihan. Dinyatakan Carol Dweck 2012 bahwa pola pikir merupakan sumber kekuatan kemampuan seseorang. Mengenai kekuatan dibedakan dalam dua pandangan. Pertama menyatakan bahwa pola pikir itu tetap “pixed mindset” atau karakteristiknya dibawa sejak lahir. Pandangan kedua pola pikir dipandang sebagai sesuatu yang tumbuh – “growth mindset”. Berdasarkan asumsi pertama keberhasilan seseorang ditentukan dengan kemampuannya yang dibawanya sejak lahir atau pixed mindset, sementara yang kedua menyatakan bahwa kekuatan datang pola pikir yang tumbuh. Kecerdasannya tumbuh karena pada dirinya berkembang pola pikir yang tumbuh – “growth mindset”. Pertumbuhannya karena kerja keras, belajar, pelatihan serta ketabahannya. Pernyataan guru dalam memberikan pujian, seperti “hasil pekerjaanmu baik sekali, kau sangat cerdas”. Pernyataan ini lebih memungkinkan mengembangkan pola pikir yang tetap. Sedangkan pujian seperti “hasil pekerjaanmu sangat baik, Anda telah bekerja keras” memungkikan siswa mengembangkan pola pikir yang tumbuh. Dengan contoh ini sebaiknya guru memilih pernyataan yang memungkinkan pikiran siswanya tumbuh. Pola pikir melandasi tumbuhnya pola sikap seseorang. Pola sikap merupakan dasar pengembangan pola tindak. Dalam pengembangan pola sikap bersentuhan dengan emosi. Pembelajaran bersentuhan dengan perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Belajar tidak hanya memerlukan kecakapan berpikir, namun memerlukan hati. Jika hati tertutup, maka daya pikir pun tak dapat berkembang. Contoh dapat dilihat ketika 42 orang marah, pikirannya tak dapat bekerja maksimal karena pikiran bekerja memerlukan ketenangan sikap. Persoalan utama dalam hal ini ialah bagaimana kita dapat mengubah sikap. Dalam konsep taksonomi Bloom, pengembangan sikap digambarkan sebagai berikut; Berterima Recieving yang ditunjukkan dengan tumbuhnya kesadaran seperti yang tampak pada kesediaan untuk mendengar atau memperhatikan secara selektif. Kata kerja operasional yang dapat guru gunakan di antaranya menanya, memilih, mengikuti, memberi, memegang teguh, mengidentifikasi, menyeleksi, memperhatikan, mengulang, menggunakan dsb. Contoh Indikator sikap: 1. Memperhatikan pertanyaan teman sebagai wujud dari sikap menghargai 2. Menanya bagian yang kurang dipahami dengan sopan. 3. Memegang teguh janji untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. 4. Mengikuti petunjuk sesuai dengan aturan yang berlaku. Merespon Responding; yang ditunjukkan dengan aktif berpartisipasi sebagai bagian dari komunitas belajar. Merespon dapat dinyatakan dalam aktivitas bertanya, bertindak, menyetujui cara atau praktik, atau menyatakan menolak. Kata kunci merespon dalam bersikap menjawab, mengukan, mendiskusikan, melakukan praktik, melaporkan, memilih, mengatakan, menuliskan sikap atas suatu penomena. Contoh Indikator merespon dengan baik: 1. Menanya dengan sopan untuk memahami isi pembicaraan. 2. Menyatakan persetujuan atas usul teman dengan cara yang baik. 3. Mengajukan penolakan secara sopan. 4. Membantu teman yang sedang dalam kesulitan. 5. Membalas kebaikan teman. Menghargai Valuing; nilai seseorang yang melekat pada objek tertentu, fenomena, atau perilaku. Hal tersebut melekat pada sikap keberterimaan yang sederhana hingga bentuk keberterimaan yang kompleks seperti dalam bentuk komitmen. Sikap menghargai berbasis internasilissasi serangkaian nilai yang ditentukan. Nilai-nilai itu tercermin dalam prilaku yang teramati. Sikap menghargai dapat dilihat dalam proses demokratis, sikap sensitif terhadap kepentingan umum, kemampuan memecahkan masalah dengan mengembangkan rencana perbaikan sosial melalui pembentukan komitemen untuk membela kebaikan bersama.Kata kerja operasional untuk mengembangkan sikap menghargai: Melengkapi, menunjukkan, membedakan, menjelaskan, berinisiatif, 43 mengundang, bekerja sama, memutuskan,membaca, melaporkan, menyeleksi, menyebarluaskan, mempelajari, mengerjakan. Contoh Indikator menghargai: 1. Melengkapi penghargaan atas kebaikan orang lain dengan sikap yang tulus. 2. Menunjukkan penghargaan atas dukungan dalam pekerjaan kelompok. 3. Membedakan sikapnya kepada teman dengan kepada guru. 4. Memperjelas penghargaan kepada guru dengan sikap tubuh penghormatan. 5. Berinisiatif memberikan salam lebih dahulu. Mengorganisasikan Organization yaitu menerapkan nilai-nilai ke dalam prioritas yang berbeda, menghindari atau menyelesaikan konflik, dan menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanan sikap pada level ini yaitu menunjukkan kemampuan membandingkan, menghubungkan, atau menganalisis nilai. Dalam operasionalnya siswa mampu membedakan yang baik dan yang buruk; bersikap dalam memanfaatkan kebebasan, tetapi mengedepankan tanggung jawab, mampu mengembangkan sikap harmoni dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kata kerja opersional yang digunakan: mengintegrasikan, mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, membela, menjelaskan, merumuskan, menggeneralisasi, mengidentifikasi, menggabungkan, memodifikasi, memerintah, mengorganisir, mempersiapkan, menghubungkan, mensintesis. Contoh indikator sikap mengorganisir; 1. Mengintegrasikan perbedaan dalam kelompok sehingga diterima semua. 2. Mengatur pembagian tugas sehingga dipandang adil. 3. Menggabungkan kekuatan untuk mempercepat proses pekerjaan. 4. Membela pendapatnya dengan tetap menghargai pendapat teman. 5. Memerintah dengan rendah hati sehingga dapat diterima teman. Menginternalisasi nilai Berkarakter merupakan level sikap tertinggi yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilakunya. Prilaku yang menunjukkan kepatuhan kepada Tuhan, jujur, bertanggung jawab, amanah, konsisten, dan karakteriksik utama yang sekolah yakini sangat penting perlu dimiliki peserta didik. Secara umum internalisasi ini mengandung kemampuan bersikap menghargai pribadi, kepekaan sosial, dan stabilitas emosional. Pada level ini siswa hendaknya menguasai empat sifat utama yaitu berbicara dengan benar, relevan antara yang diucapkan dengan yang dilakukan; dapat dipercaya, jujur, bertanggung jawab; bersikap 44 terbuka dalam menyampaikan kebenaran, objektif, tidak mengada-ada; dan berbicara berdasarkan data yang benar serta cerdas dalam menyampaikannya. Dalam konteks sosial pada level ini kemampuan siswa ditempa agar memiliki ketangguhan menempatkan diri di tengah lingkungannya dengan cerdas. Kata kerja opersional: bertindak, menampilkan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, melakukan, mempraktikan, mengusulkan, memenuhi syarat, mempertanyaakan, merevisi, melayani, memecahkan, dan memverifikasi. Contoh indikator sikap yang berkarakter menginternalisasi nilai 1. Bertindak sesuai dengan perkataannya. 2. Menampilkan diri sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. 3. Mempengaruhi lingkungan untuk mewujudkan harapan yang dicita-citakan. 4. Mendengarkan pendapat orang-orang di sekitarnya. 5. Memodifikasi pikiran yang diyakininya benar dalam memperoleh kemaslahan terbesar. Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dalam mengembangkan sikap sekolah perlu memetakan sikap yang sekolah yang diharapkannya, mengembangkan suasana sekolah atau suasana belajar agar sikap yang diharapkan tumbuh menjadi “growth mindset” atau pola pikir yang tumbuh, dan menilai perkembangannya tanpa harus mengajarkannya secara verbal. Menurut Permendikbud pengembangan sikap ditandai dengan lima aktivitas belajar: menerima; menjalankan, menghargai, mengahayati, dan mengamalkan . Dengan memperhatikan lima standar aktivitas belajar maka sekolah perlu menyusun sebaran sikap yang akan dikembangkan dan menjadi bahan peniaian.

4. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013