Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK

87 dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh guru di lapangan.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK

Karakteristik atau ciri khusus dari PTK yang sekaligus dapat membedakannya dengan penelitian lainnya adalah adanya tindakan action yang nyata, dan dilakukan pada situasi alami yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada PTK, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian sikulus kegiatan. Secara rinci, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas antara lain sebaga berikut : a. PTK merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan, dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu. b. Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu. c. PTK terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jika ada kerja sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka dapat sharing permasalahan, dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu bersifat kolaborasi dan kooperatif. d. PTK bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara berkesinambungan. 88 e. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada saat penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya mengumpulkan informasi, menata informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya, dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindak lanjut tahap sebelumnya. f. PTK sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin mempengaruhi hasil penelaahan. Oleh karena kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat dipertahankan terutama dalam pengambilan data, perolehan informasi, upaya untuk membangun pola tindakan, rekomnedasi dan lain-lain, maka PTK tetap merupakan proses ilmiah. g. PTK bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa inferensi. Sedangkan menurut Priyono 1999:3-6 yang disadur dari materi PLPG PSG LPTK Rayon 6 IAIN Walisongo berpendapat bahwa PTK memiliki enam karaktristik sebagai berikut: a. On the job problem oriented masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja peneliti yang ada dalam kewenangan tanggung jawab peneliti. Ini berarti masalah yang diteliti adalah masalah-masalah yang riilnyata yang dihadapi sehari-hari. Kalau peneliti adalah seorang guru, maka masalah- masalah yang diteliti adalah masalah kelassekolah yang merupakan tanggung jawab utamanya. Sebagai contoh, classroom-based action research adalah jenis riset oleh guru yang berfokus pada masalah-masalah yang ada di kelassekolah. Ciri classroom-based action research ini diwarnai oleh pendekatan interpretivisme, yaitu orang paling tahu masalah-masalah kelas adalah guru itu sendiri, bukan orang lain outsiders. b. Problem solving oriented berorientasi pada pemecahan masalah. Penelitian- penelitian yang hanya menghasilkan pengertianpemahaman seperti pada riset empirisme dan interpretivisme dianggap tidak bermanfaat meaningful, karena tidak memecahkan masalah. 89 c. Improvement Oriented berorientasi pada peningkatan kualitas. Action Research menegaskan pentingnya masing-masing komponen dari suatu sistem organisasi itu berkembang berubah lebih baik. Kalau sistem itu sekolah, maka komponen- komponen sekolah itu guru, siswa, kepala sekolah, lingkungan kelassekolah harus berkembang lebih baik. Konsep ini diwarnai oleh prinsip riset kritikal: penelitian harus menghasilkan produk perubahan product oriented. d. Multiple data collection berbagai cara koleksi data dipergunakan. Untuk memenuhi prinsip critical approaches kebenaran itu subyektifproblematik berbagai cara pengumpulan data umumnya digunakan seperti: a observasi, b tes, c wawancara, d questionaires dan sebagainya. Semua cara ini difokuskan untuk mendapatkan validasi hasil riset, mengingat kebenaran realitas itu di samping subyektif juga problematik. Dengan penerapan semua cara kolektif data tersebut, apa yang sebenarnya disebut kebenaranrealita dapat lebih diungkap. e. Cyclic siklis konsep tindakan action pada dasarnya diterapkan melalui urutan- urutan planning, observing, action dan reflecting secara siklus yang pada hakekatnya menggambarkan pemikiran kritis dan reflektif criticalreflective thinking terhadap efektivitas kepemimpinan atas tindakan. Dampak suatu tindakan tersebut selalu diikuti secara kritis dan reflektif. f. Participatory collaborative. Peneliti bekerjasama dengan orang lain ahli melakukan setiap langkah penelitian action research, seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting. Ciri ini dipengaruhi oleh prinsip cricalisme, yaitu kebenaranrealita itu problematik sehingga pendekatan terhadap masalah harus participatory untuk meningkatkan pengamatan. Kolaborasi kerja sama antara guru dengan expert dimulai ketika kegiatan mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan, dan analisis. Sedangkan dalam pelaksanaan tindakan dan pengamatan, kolaborasi bisa dilakukan dengan selain expert, tetapi bisa dilakukan dengan teman sejawat atau kepala sekolah. Dengan PTK, para guru akan berupaya memperbaiki praksis pembelajaran agar menjadi lebih efektif. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Hal itu dapat terjadi karena setelah saudara meneliti kegiatan sendiri di kelas saudara--dengan melibatkan siswa—saudara akan memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan praksis pembelajaran

5. Prinsip-prinsip PTK