Sistem Kekerabatan Sistem Politik

Bab 4 – Etnografi Indonesia 115 6 upacara pembakaran mayat. Kalau orang Dayak meninggal, mayatnya dikubur dulu dalam sebuah peti mayat yang terbuat dari kayu berbentuk perahu lesung raung dalam bahasa Ngaju. Kuburan ini dianggap sebagai kuburan sementara sebelum mayat dibakar dalam suatu upacara terpenting bagi orang Dayak, yaitu upacara pembakaran mayat secara besar- besaran yang pada orang Ngaju disebut tiwah daro Ot. Danum; Ijambe’ Ma’anyan. Pada upacara tersebut, tulang-belulang semua orang sekerabat yang telah meninggal digali kemudian dibakar dan abunya ditempatkan pada tempat pemakaman berupa bangunan tambak. Upacara ini biasanya dilakukan oleh keluarga-keluarga luas secara besar-besaran dan berlangsung sampai dua-tiga minggu lamanya. Pengunjung dari berbagai desa datang untuk merayakan upacara pembakaran mayat tiwah ini. Upacara tiwah memakan biaya yang cukup besar. Biaya tersebut meliputi biaya makanan dan minuman untuk para tamu, biaya para pelaku upacara para balian, dan biaya alat-alat musik untuk mempertunjukkan tarian suci yang menarik. Tetapi walupun memakan biaya banyak ritual ini dipercaya juga akan membawa suatu berkah bagi orang yang melaksanakan ritual. Upacara ini dilaksanakan oleh keluarga yang memiliki ekonomi atas. TUGAS SISWA Berpikir Kritis Sebutkan dan deskripsikan beberapa suku Dayak yang kalian ketahui. Tulislah di buku tugas kalian dan kumpulkan hasilnya kepada guru

b. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan orang Dayak didasarkan pada prinsip ambilineal, yaitu menghitung hubungan kekerabatan untuk sebagian masyarakat melalui garis keturunan laki-laki, dan sebagian masyarakat melalui garis keturunan perempuan. Dahulu, ketika rumah-rumah panjang masih ada, kelompok kekerabatan didasarkan pada prinsip ambilineal kecil atau utrolokal dengan orientasi terhadap nenek moyang yang masih hidup, dua atau tiga generasi. Pada masa sekarang, kelompok kekerabatan keluarga luas utrolokal merupakan isi suatu rumah tangga. Rumah tangga ini juga berlaku sebagai kesatuan fisik, misalnya dalam sistem gotong-royong dan sebagai kesatuan rohaniah dalam upacara agama Kaharingan. Setiap keluarga luas mempunyai pelindung. Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi SMA Kelas XII 116 Kewargaan dari suatu rumah tangga tidak statis, karena tergantung dari tempat tinggal pada waktu ia menikah. Perkawinan yang dianggap ideal pada orang Dayak adalah perkawinan antara dua orang bersaudara sepupu, yang kakek-kakeknya adalah saudara sekandung hajanen dalam bahasa Ngaju. Perkawinan dua orang saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara kandung cross cousin juga dianggap baik. Perkawinan yang dianggap sumbang adalah perkawinan antara dua sepupu yang ayah- ayahnya adalah bersaudara sekandung part-paralel cousin. Orang Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan laki-laki suku bangsa lain, asalkan laki-laki tersebut bersedia tunduk kepada adat mereka dan bersedia terus berdiam di desa mereka.

c. Sistem Politik

Pemerintahan desa secara formal berada di tangan pembekal dan panghulu. Pembekal bertindak sebagai pemimpin administratif. Panghulu merupakan kepala adat dalam desa. Syarat untuk mejadi pembekal adalah kemampuan menulis dan membaca huruf latin, mempunyai rumah, serta mempunyai pengaruh. Adapun syarat untuk menjadi panghulu adalah ahli dalam masalah- masalah adat, karena panghulu akan menjadi orang yang diminta bertindak untuk memutuskan perkara-perkara hukum adat, dan menjadi wakil desanya pada upacara-upacara adat yang diadakan di desa tetangga. Kedudukan pembekal dan panghulu sangat terpandang di desa. Mereka memperoleh jabatan melalui pemilihan oleh warga desa. Dahulu kedua jabatan itu dirangkap oleh seorang kepala desa yang disebut patih. Tetapi, sejalan dengan perkembangan zaman yang mengakibatkan pekerjaan administratif semakin bertambah, akhirnya terjadi pemisahan. Selain pembekal dan panghulu ada pula satu dean yang terdiri atas or- ang tua-tua desa yang dianggap juga ahli dalam adat. Mereka merupakan penasehat panghulu dalam soal adat. Dewan ini disebut mantir. Menurut A.B. Hudson, hukum pidana RI telah berlaku pada orang Dayak untuk mendampingi hukum adat yang ada. Keduanya saling mengisi, tetapi terkadang terdapat perbedaan. Misalnya, seorang penduduk desa memasang perangkap rusa di hutan. Seorang laki-laki kemudian terkena perangkap tersebut hingga ia meninggal. Laki-laki tersebut merupakan anak tunggal dari seseorang yang sudah lanjut usianya. Anak laki-laki tersebut merupakan tulang punggung keluarga dan pencari nafkah. Menurut hukum pidana, si pemasang perangkap rusa tidak bersalah karena tidak terdapat unsur kejahatan. Tetapi menurut hukum adat Dayak ia bersalah dan harus di-danda memberi ganti kerugian. Denda bagi pemasang perangkap tersebut adalah harus memberi nafkah orang tua korban. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab 4 – Etnografi Indonesia 117

d. Sistem Ekonomi