Sistem Kekerabatan Kebudayaan Bali

Antropologi SMA Kelas XII 110 1 Ada yang sifatnya umum, artinya dapat digunakan untuk semua golonganseperti pura Besakih. 2 Ada yang berhubungan dengan kelompok sosial setempat seperti pura desa kayangan tiga. 3 Ada yang berhubungan dengan organisasi dan perkumpulan khusus seperti subak dan seka serta perkumpulan tari atau semacam sanggar tari. 4 Ada yang merupakan tempat pemujaan leluhur dari klen-klen besar. Adapun tempat pemujaan leluhur dari klen kecil serta keluarga luas adalah tempat-tempat sesaji rumah yang disebut sanggah. Di Bali ada beribu-ribu pura dan sanggah, masing-masing dengan hari perayaan berdasarkan sistem penanggalan yang telah ditetapkan. Di Bali dipakai dua macam penanggalan, yaitu penanggalan Hindu-Bali dan Jawa-Bali. Pada umumnya, apabila masyarakat menyelenggarakan upacara keagamaan terutama upacara besar, penentuan penyelesaian upacara itu dilakukan oleh seorang pemimpin agama. Pemimpin agama yang bertugas melaksanakan upacara adalah orang yang dilantik menjadi pendeta yang pada umumnya disebut sulingih. Mereka juga disebut dengan istilah lain bergantung pada klen atau kasta mereka, misalnya penyebutan pedanda untuk pendeta dari kasta Brahmana baik yang beraliran Siwa maupun Buddha, atau penyebutan resi untuk pendeta dari kasta Satria.

b. Sistem Kekerabatan

Orang Bali dianggap sebagai warga masyarakat sepenuhnya jika sudah menikah. Karena itu, perkawinan sangat penting dalam kehidupan mereka. Menurut adat lama yang dipengaruhi oleh sistem klen dan kasta, orang-orang seklen dipengaruhi oleh sistem klen dan kasta, orang-orang seklen tunggal kawitan, tunggal dadia, tunggal sanggah setingkat kedudukannya dalam adat, agama, dan kasta. Karena itu, orang Bali berusaha untuk kawin dengan orang-orang yang berada dalam batas klennya atau setidak-tidaknya antara orang-orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Perkawinan adat di Bali bersifat endogami klen.Perkawinan yang dicita-citakan oleh orang Bali umumnya adalah perkawinan antara anak- anak dari dua orang saudara laki-laki. Dahulu, jika terjadi perkawinan campuran, wanita akan dinyatakan keluar dari dadia. Secara fisik, suami-istri akan dihukum buang maselong untuk beberapa lama ke tempat yang jauh dari tempat asalnya. Sekarang, hukum itu tidak pernah dijalankan lagi. Perkawinan campuran antarkasta sudah relatif banyak dilaksanakan. Tiap keluarga batih maupun keluarga luas dalam sebuah desa di Bali harus memelihara hubungan dengan kelompok kerabatannya yang lebih luas, ialah klen tunggal dadia. Struktur tunggal dadia ini berbeda- beda. Di desa-desa dan di pegunungan, orang-orang dari tunggal dadia yang telah memencar karena hidup neolokal tidak lagi mendirikan tempat pemujaan leluhur di masing-masing tempat kediamannya. Di desa-desa tanah datar, orang-orang dari tunggal dadia yang hidup neolokal wajib mendirikan tempat pemujaan tersebut yang disebut kemulan taksu. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab 4 – Etnografi Indonesia 111 Suatu kuil di tingkat dadia merayakan upacara-upacara sekitar lingkungan hidup dari semua warganya. Suatu kuil tingkat dadia mempersatukan dan mengintensifkan rasa solidaritas anggota-anggota suatu klen kecil. Di samping itu, ada lagi kelompok kerabat yang lebih besar yang melengkapi beberapa kerabat tunggal dadia sanggah. Mereka memuja kuil leluhur yang sama dan disebut kuil pura paibon atau panti. Kelompok kerabat yang demikian disebut klen besar.

c. Sistem Politik